Part 58

26.8K 1.9K 63
                                    

Sudah cukup lama, aku di rumah sakit. Luka-luka mengenai kejadian itu sudah mulai membaik dan aku sudah diperbolehkan untuk kembali ke rumah.

Saat ini, Arfi berada di rumah sakit. Ia memang sering sekali menjengukku dan sekarang kebetulan sekali dia ada disini ketika aku diperbolehkan pulang.

"Mau balik ke rumah?" tanya Arfi dengan hati-hati.

Aku terdiam dan merenung. Aku belum lama mengalami kejadian penculikan itu dan jika aku kembali ke rumah, aku pasti akan terus merasa was-was meskipun Arfi bilang sang ayah sedang tidak di rumah.

Setelah terdiam beberapa lama, aku menggelengkan kepalaku. Kemudian, aku melirik ke arah Ash. Ash hanya menatap wajahku dengan ekspresi yang tidak bisa kubaca.

"Tugas penelitiannya atau apalah itu udah hampir selesai kan?" tanya Arfi, "mau gimana sekarang?"

Aku menggangguk mengiyakan. Sebenarnya sebelum kejadian penculikan kami bertiga itu, tugas untuk observasi di perusahaan Ash memang sudah hampir selesai, dan sekarang karena kebetulan Arfi disini, ia sekalian bertanya padaku mengenai rencanaku selanjutnya.

Ash seperti menungguku untuk mengatakan sesuatu, dia hanya memperhatikan gerak-gerikku yang sedang berbicara dengan Arfi.

"Aku nggak mau balik ke rumah itu" jawabku pada akhirnya yang merujuk pada rumah milik ayah dari Hirana.

"Terus gimana?" tanya Arfi.

"Biarin dia tetep tinggal bareng kita" ucap Rena yang tiba-tiba muncul entah darimana.

Rena kemudian mendekati sang kakak yang sedari tadi diam.

"Kak" pintanya.

"Biar aku terus ada yang nemenin" alasannya.

Sang kakak melirik sebentar ke arah adiknya. Kemudian menatapku dengan ekspresi yang sama sekali tidak bisa aku jelaskan.

"Itu terserah Hirana" jawabnya yang sepertinya sedari tadi ia sebenarnya menunggu jawaban itu. Menunggu kata-kata keluar dari mulutku sendiri bahwa aku memang ingin menetap di rumahnya.

Rena kemudian mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Hirana, kamu masih mau kan tinggal bareng kita? Aku minta maaf, padahal aku sempet bilang kalo di rumahku aman dan nggak akan kejadian hal-hal kayak gitu lagi, tapi pada akhirnya, kamu tetep mengalami kejadian kayak gini. Sekali lagi aku minta maaf" ucapnya yang bahkan sebenarnya mengenai kejadian penculikan yang terakhir kali, itu sama sekali bukan salahnya maupun Ash. Akan tetapi, Rena merasa bertanggung jawab atas hal tersebut.

"Aku emang nggak sekuat kak Ash, tapi aku akan berusaha setidaknya biar kamu nggak diculik kayak gitu lagi, atau kita bisa nyewa bodyguard. Tapi please, tetep sama kita ya?" Rena memohon dengan muka memelas, wajah cantiknya sama sekali tidak terlihat jelek dan malah terlihat menggemaskan. Aku berdehem pelan menghilangkan pikiran tidak penting itu.

Sebenernya nggak ada salahnya juga buat tetap tinggal di tempat Ash. Atau mungkin itu adalah pilihan terbaik mumpung aku mendapatkan kesempatan ini. Tapi bukannya jika aku terlalu lama tidak ada di rumah, ayah dari Hirana itu akan menyadarinya meskipun Arfi sudah memberi alasan yang ia buat-buat. Bagaimana dengan Arfi nanti kalau dia kena imbasnya.

Aku tiba-tiba teringat kejadian sebelum aku tinggal di tempat Ashtara, ketika Arfi sempat beradu mulut dengan sang ayah, ia juga mendapatkan luka di pipinya karena pecahan kaca padahal dia anak kandungnya. Arfi, ia masih peduli padaku alias Hirana. Aku hanya tidak mau kakakku itu terluka gara-gara diriku.

Hahh. Siapa sangka, di duniaku yang ini sekarang ternyata aku punya orang-orang berharga yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.

"Iya" akupun pada akhirnya mengangguk mengiyakan penawaran Rena untuk terus tetap tinggal di tempatnya, membuat Rena senang bukan main. Pipinya menggembung dan langsung memelukku begitu saja.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang