Part 45

29.5K 2K 107
                                    

Hai, pengumuman. Yang mau baca versi Ashtara's POV ada di karyakarsa ya tapi cuma khusus part 44-45 aja. Judul sama kayak disini dengan nama kreator "Lizea". Bagi yang mau silakan, yang nggak juga nggak apa-apa. Ceritanya mirip, cuma ini dari sisi Ashtara. Dan buat cerita yang disini tetep aku usahain lanjut sampe end kokk.

Semangat dan selamat membaca~~~


~~~~~




Tak lama aku kembali. Ash sudah memegang ipad di tangannya dengan smartphone di tangan satunya. Ia sedang menelpon seseorang menggunakan smartphonenya, yang setelah aku dengar lebih jauh, mereka membicarakan urusan pekerjaan.

Memang kayak gini sepertinya kegiatan orang sibuk. Udah sakit masih aja ngurusin pekerjaan ini itu.

Aku duduk di sofa sembari menunggu Ash menyelesaikan telponnya.

Setelah ia selesai menelpon barulah aku memberikan obat yang kubawa dan mengecek suhu tubuhnya menggunakan termometer.

Setelah meminum obatnya. Ia melanjutkan mengurus sesuatu di tablet pintarnya.

“Ash” panggilku.

“Kayaknya kamu harusnya istirahat deh”

Ia menatapku sekilas dengan senyum kecil yang tampak seperti seringaian.

“Sebentar” jawabnya.

Sebenarnya aku penasaran. Jangan-jangan Ash sudah biasa kayak gini. Meskipun lagi sakit, tapi sakitnya nggak dirasa. Karena rasa penasaranku yang membuncah, akhirnya aku bertanya lagi.

“Biasanya kalo sakit siapa yang urus? Rena?” tanyaku.

“Jarang sakit” balasnya.

“Tapi tetep aja kan pasti pernah sakit, kalo sakit biasanya ngapain?”

Ash menaikkan alisnya. Entah kenapa ia terlihat sedikit bingung.

“Kalo tiba-tiba kepala pusing, apa yang biasanya kamu lakuin Ash?”

Ash memiringkan sedikit kepalanya, kemudian menyenderkan tubuhnya kembali ke punggung sofa.

“Nggak diapa-apain, lanjut kegiatan yang sedang dilakuin(?)”

“Jangan bilang kamu tetep lanjut kerja atau kuliah meskipun lagi sakit?”

“Itu cuma urusan sepele, Hirana”

“Tapi tetep aja. Oh iya bukannya kamu punya dokter khusus keluarga juga?”

“Ada”

“Nah itu, kamu bisa ke dia buat minta dicek, kan?”

“Biasanya Rena yang lebih sering ke dia karena tubuhnya sering sakit-sakitan”

“Ya kan sama, kalo pusing atau demam itu artinya tubuhmu lagi sakit. Tandanya harus istirahat atau berobat”

“Bahkan tadi kamu masih terima telpon buat urusin kerjaan”

“Apa urusannya? Selama masih bisa bergerak dan merespon, ini cuma masalah kecil” ucapnya.

“Jangan bilang kamu kayak gini dari kecil? Kata Rena, ayah sama ibumu sering keluar kota kan? Dan mbak juga cuma datang saat siang atau akhir pekan”

Ash terdiam mendengar perkataanku.

Kurasa Ash juga terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Selama hanya demam dan sakit ringan, asalkan dia masih bisa bergerak dan tidak mengganggu aktivitasnya, dia akan bersikap seperti hari-hari biasanya tanpa mempedulikan rasa sakitnya. Lagipula dia juga terbiasa mendahulukan Rena terlebih dahulu dibanding dirinya sendiri. Jika Rena sakit, dia yang mengurus. Jika dirinya sendiri yang sakit, dia tidak memberitahu siapapun.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang