Part 12

40.2K 2.2K 9
                                    

Jadi itu orang?’ ucapku dalam hati.

Setelah melihatku yang sudah berani membuka mata, barulah ia bertanya kembali.

“Nggak apa-apa?” tanyanya.

Aku diam, kemudian mengangguk.

“Saya orang kok mbak, bukan hantu. Tadi saya mau nyamperin soalnya gantungan kuncinya jatoh. Eh mbak malah lari. Ini” jelasnya sambil memberi gantungan kunci yang seharusnya menempel di tas kecil yang aku bawa.

Pipiku memerah karena malu. Bisa-bisanya aku salah mengira. Ya tapi siapa suruh dia ngejar, bukannya manggil. Dia pun akhirnya membantuku berdiri. Saat aku sudah berdiri dengan sempurna dan bisa melihat orang dihadapanku dengan jelas, dia tiba-tiba menatapku aneh.

“Hirana??” Dia melihatku dengan wajah aneh dan bingung.

“Lah Hirana toh. Ngapain malem-malem kesini?” tanyanya.

Sekarang aku yang bingung, ini orang siapa? Apa dia mengenal Hirana? Daripada berlama-lama akhirnya aku memberi tahu maksud dan tujuanku ke tempat ini.

“Aku nyari Ashtara” jawabku.

“Ashtara?” ia menaikkan alis matanya menatapku sedikit tidak suka.

“Lo masih tergila-gila sama Ash sampe nyari dia malem-malem gini ke kampus?” tanyanya dengan nada menyindir, berbanding terbalik ketika dia masih tidak menyadari kalau aku adalah Hirana.

“Udahlah, Na. Jangan sampai terlalu obsesi kayak gitu. Kasihan noh si Ash” lanjutnya lagi.

Aku memiringkan sedikit kepalaku bingung.

“Apanya? Orang aku kesini disuruh Ash. Lagian juga ogah aku dateng kesini kalo nggak terpaksa” ucapku kesal. Menyebalkan sekali, sudah aku tadi ketakutan setengah mati, sekarang aku malah diajak berbicara omong kosong dengan orang ini. Rasanya aku ingin pulang saja dan segera tidur. Mataku terasa sakit dan sembab akibat menangis tadi.

Dia kembali melihatku dengan tatapan aneh. Akan tetapi, setelah itu dia hanya menghela napas panjang.

“Yaudah ikut gue. Tapi kalo ternyata lo bohong dan dimarahin Ash, gue nggak ikut-ikutan ya” ucapnya.

Setelah itu pun kami berjalan menuju gedung tiga. Untung saja aku berjalan berdua dengannya. Setidaknya ada yang menemaniku berjalan hingga ke ruang tempat Ash berada. Karena ketika kami baru saja memasuki gedung itu, semuanya terasa gelap, lorong-lorong di lantai bawah tidak dinyalakan sama sekali lampunya. Bahkan suara yang terdengar hanya suara langkah kaki kami dan suara dentingan jam yang kuduga berasal dari dalam kelas. Ruangan tempat Ash berada di lantai 4, dan kami menaiki tangga untuk sampai kesana.

Sesampainya di depan ruangan tempat Ash berada, orang yang sedari tadi berjalan bersamaku langsung membuka pintu begitu saja.

“ASHHH. NI ADA YANG NYARIIN LU” Teriaknya.

“Shhh. Diem, dah malem. Berisik mulu lu” ucap salah satu orang yang berada di ruangan itu, tetapi bukan Ash.

Aku dapat melihat Ash berkutat dengan beberapa kertas yang entah apa isinya. Selain Ash, di ruangan tersebut juga terdapat beberapa orang lainnya. Ash tidak mempedulikan teriakan orang disampingku sampai akhirnya orang itu menyebut namaku.

“HEH, ASH. INI SI HIRANA BILANG DIA KESINI DISURUH LU” ucapnya lagi dengan suara besar.

Mendengar hal itu, Ash menghentikan kegiatannya sementara dan menoleh ke arah orang yang menyebut namaku. Disitu dia melihatku dengan wajah datarnya.

“Sini” panggilnya kepadaku dengan suara beratnya.

Satu kata itu membuat semua orang menoleh ke arahku. Wajah mereka benar-benar terkejut, bahkan ada yang sampai menganga. Aku duga mereka bertanya-tanya apa yang sebenarmya terjadi.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang