Part 5

51.7K 2.4K 18
                                    

Keesokan harinya, aku bangun saat matahari baru saja menampakkan dirinya. Kulirik jam dinding yang tergantung di kamarku, ternyata benar-benar masih pagi. Karena aku masih tidak tahu dimana keberadaan ponsel sang pemilik asli tubuh ini, akhirnya aku mencoba membuka laptop yang berada di atas meja kamarku. Untung saja tidak diberi password, jadi aku bisa langsung menyalakannya saja. Agak aneh sih kenapa nggak dipasang password tapi yaudah ora urus lah.

Aku membuka berbagai macam tab dan aplikasi. Kemudian aku tidak sengaja membuka jadwal kelas milik Hirana. Aku melihat-lihat hari ini ada kelas atau tidak dan ternyata ada kelas di siang hari nanti. Apakah aku harus datang? Aku kan sudah masuk ke dalam tubuh Hirana, jadi mungkin aku harus datang. Tapi aku takutt. Mati aku besok kalo ternyata ketemu Rena dan kawan-kawan di kampus. Apalagi ketemu Ash. Bisa mampus. Tapi nanti kalo nggak dateng bisa-bisa diteror Ash.

Aku teringat kata-katanya di rumah sakit waktu itu. Seketika aku kembali merinding. Apa aku benar-benar harus bertanggung jawab? Bertanggung jawab seperti apa yang dimaksud? Aku terus kepikiran itu. Akhirnya aku pun memutuskan untuk datang ke kampusnya Hirana siang nanti. Sayang juga kalau udah dibayar mahal-mahal tidak masuk kelas. Nah sekarang yang jadi masalah adalah aku nggak tahu dimana letak kampusnya. Untung data-data tentang kampusnya ada di laptop Hirana. Tenang-tenang ada ojek semua aman.

Aku bersiap-siap pergi ke kampus. Saat aku melihat ke arah ruang tamu, Kak Arfi sudah tidak ada di sofa. Lalu, aku melangkahkan kakiku ke dapur. Perutku sudah keroncongan. Terakhir aku makan yaitu kemarin, itu juga makanan rumah sakit yang rasanya hambar. Aku membuka kulkas, tidak ada makanan yang bisa dimakan. Untung saja aku melihat sebungkus mie instan. Aku pun memasak mie tersebut lalu memakannya. Inilah rasa yang kutunggu-tunggu dari beberapa waktu lalu. Aku sudah muak dengan makanan tanpa rasa yang disediakan rumah sakit.

Selesai bersiap, aku pergi ke kampus dengan ojek yang mangkal di sekitar rumah. Tak butuh waktu lama, abang ojek di depanku mengantarku dengan selamat sampai tujuan.

Hal pertama yang aku pikirkan setelah sampai adalah universitas tempat Hirana belajar saat ini benar-benar bagus. Gedung-gedungnya tinggi dan terlihat indah seperti baru.

Lingkungannya benar-benar bagus dan di bagian yang lain, aku dapat melihat taman yang diisi berbagai macam bunga dengan ayunan dan beberapa kursi untuk tempat menongkrong para mahasiswa di sana. Untuk orang-orangnya jangan ditanya, entah kenapa wajah-wajah mereka semua benar-benar cantik dan tampan di atas rata-rata manusia normal, baik untuk wanita maupun prianya. Beberapa gedung yang menjulang menampilkan kesan estetika yang sangat menarik.
Berbeda dengan kampus di duniaku dulu. Gedungnya banyak yang sudah tua. Suasananya juga panas dan gerah. Meski begitu, setidaknya masih banyak pohon berwarna hijau yang dipertahankan di dalam kawasan kampus.

Saat aku masuk, tujuan pertamaku adalah dimana kantinnya. Aku ingin makan dulu sebelum masuk ke kelas. Aku melangkahkan kakiku sambil mencari-cari dimana letak kantin. Selang beberapa lama, aku melihat ada keramaian yang mengerubungi satu tempat. Instingku mengatakan disitu pasti ada hal yang enak-enak. Saat aku mendekat, ternyata benar itu adalah kantin. Tempatnya besar dan luas. Terdapat banyak sekali stan yang menjual berbagai jenis makanan. Kantinnya benar-benar bersih dan terlihat elit, berbeda sekali dengan kantin dan warung di universitas yang ada di duniaku dulu.

Aku berjalan melihat-lihat makanan apa saja yang ada disana. Aku bisa melihat ada bakso, nasi goreng, ayam geprek, mie ayam, seblak, somay, dan lainnya. Selera makanku tiba-tiba meningkat. Untung saja, jenis makanan di dunia ini hampir sama dengan duniaku dulu. Aku nggak bisa bayangin kalo ternyata makanannya beda. Mungkin aku akan benar-benar rindu dengan makanan-makanan itu.

Duh, kangen seblak. Apa makan seblak aja ya. Aku pun langsung berjalan ke tempat yang menjual seblak. Baru saja sampai dan ingin memesan tiba-tiba, pundakku ditepuk oleh seseorang.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang