Keesokan paginya, aku bertemu dengan Ashtara lagi. Ternyata dia ada di rumah. Tumben banget. Biasanya meskipun nggak ada kelas pagi, dia pasti udah berangkat ke perusahaannya ngurus ini itu. Itu kata Rena sih, soalnya emang setiap pagi kita hampir nggak pernah ketemu Ashtara karena ia pasti udah berangkat duluan.
'Mungkin dia lagi capek jadi nanti ke perusahaannya agak siangan' batinku sepintas lalu.
Aku bertemu Ash di dapur karena mau membuat sarapan sekalian untuk Rena. Akan tetapi, ternyata udah ada Ash disitu. Ia berada di meja makan sambil memegang sebuah ipad di tangannya dengan kacamata yang bertengger di wajahnya.
'Wow, pose macam apa itu. Kayaknya aku pernah melihat pose-pose seperti itu di drama-drama korea yang biasa aku tonton' batinku yang tak lama aku geleng-gelengkan kepalaku mengusir imajinasi tidak jelas itu.
"Hmm, pagi(?)" aku berbicara dengan nada bicara yang sedikit aneh dan kikuk. Aku berusaha menyapanya agar tidak canggung. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya di pagi hari. Jadi aku tidak tau harus bagaimana, biasanya meskipun aku ada kelas pagi dan bangun di pagi hari, Ash pasti sudah tidak ada di rumah karena berangkat lebih dulu. Jangankan aku, Rena aja bilang kalau dia jarang ngeliat Ash di rumah.
Ash mengalihkan perhatiannya dari tablet berlogo apel yang berada di tangannya ke arahku. Saat ia mendongakkan sedikit kepalanya, aku merasa jantungku seakan berhenti beberapa saat. Wajah itu, meskipun aku berkali-kali melihatnya tetap saja wajah tampannya tidak membuatku bosan sama sekali. Malah semakin menarik.
Iris hitam, hidung mancung, dan rahang tegasnya dirambah kacamata yang bertengger di wajahnya merupakan perpaduan yang benar-benar indah. Aku benar-benar tidak boleh seperti ini. Tapi dia terlihat seperti sebuah seni yang sangat indah. Hmm atau tidak ya? Yang jelas, saat ini ia benar-benar menawan hingga rasanya aku seperti bertemu dengan para pemeran yang berada di film-film itu loh.
Aku terkesima. Tidak, seharusnya tidak boleh seperti ini, dia orang yang menyeramkan, tetapi tetap saja wajah tampannya itu benar-benar begitu menawan. Aku tetap menetapkan pikiran dan hatiku agar tidak goyah.
"Pagi" balas Ash singkat, menatapku sebentar kemudian kembali berkutat dengan kesibukannya. Aku pun dapat melihat segelas air di sisinya.
'Apa Ash cuma minum air ya di pagi hari' batinku.
Setelah mendengar balasan dari Ash aku terus melangkahkan kakiku ke arah dapur karena aku harus memasak. Seingetku Rena bilang hari ini ia juga ada kelas pagi, jadi sebelum Rena selesai bersiap-siap aku akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu.
Saat aku menyiapkan sarapan, aku baru ingat lagi kalau hari ini tidak seperti biasanya, sekarang ada Ash yang sedang duduk di meja makan di belakangku. Kemudian aku bertanya pada Ash yang sedang duduk apakah ia mau sarapan atau tidak.
"Ash, mau sarapan nggak? sekalian aku masakin buat Rena juga"
Ash yang mendengar itu hanya mengangguk kemudian mengalihkan lagi perhatiannya pada ipad di genggamannya.
Ternyata benar-benar orang sibuk. Ini pertama kalinya aku melihatnya di pagi hari, tetapi bahkan ketika dia tidak pergi ke perusahaan terlebih dahulu, ia tetap sibuk mengurus berbagai hal dari rumah.
Setelah aku selesai memasak makanan simpel selama beberapa saat. Aku menyiapkan piring untuk kami bertiga. Aku menaruh makanan di tempat biasa Rena duduk, kemudian aku menyiapkan makananku dan Ash. Aku pun duduk di salah satu kursi di sana dan memakan makananku.
Ash pun menutup ipadnya dan membuka kacamatanya perlahan. Padahal hanya adegan kecil tapi mampu membuatku menganga.
Saat ia membuka kacamatanya, aku dapat melihat surai hitamnya yang sedikit bergerak di tambah posisinya saat ini membuatku seperti sedang melihat adegan di sebuah komik-komik yang menunjukkan pesona pemeran utama. Ya, kata orang, tampannya kelewatan. Itulah yang bisa aku deskripsikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Jugendliteratur[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...