“KAKKKK ASHHH, LAGI KOSONG NGGAK” Rena berteriak. Anak ini beneran berteriak dari ujung pintu dengan suara keras.Kami yang berada di depan itu terdiam beberapa saat sebelum memasuki ruangan, terlihat ada dua orang disana, Ash sedang bersama dengan Dira. Ash menolehkan kepalanya mendengar teriakan sang adik.
“Jangan teriak-teriak, Rena” ucap Ash mengalihkan perhatiannya dari lembaran-lembaran kertas berlogo kampus tersebut ke arah kami.
“Sorry kak” Rena yang ditegur seperti itu hanya cengengesan saja. Sedangkan Dira yang memperhatikan interaksi kakak adik itu mengeleng-gelengkan kepalanya.
Rena menarik tanganku mendekat. Aku dengan sikap pasifku ini masih berusaha mencerna kejadian ini. Rena kemudian menceritakan tentang kebutuhanku yang sedang mencari perusahaan untuk tugas kelas dengan panjang lebar ditambah dengan bumbu-bumbu bujukan sesuka hatinya.
Ash dan Dira memperhatikan kami -ralat- lebih tepatnya Rena yang berbicara tanpa henti itu dengan seksama. Bahkan sepertinya aku tidak diberi kesempatan berbicara untuk menghentikan pembicaraan Rena sama sekali.
Perhatian Ash kemudian beralih ke arahku. Iris hitamnya menatapku dalam seakan-akan aku adalah mangsa yang tidak boleh terlepas.
“Jadi itu yang kamu butuhkan?” tanya Ash kepadaku setelah mendengar penjelasan Rena.
“Iya…. eh nggak, nggak usah nggak papa, aku nanti cari sendiri aja”
“Jadi kamu kesini buat apa?” tanyanya.
“Tadi Ren-aakhh” belum sempat aku menyelesaikan perkataanku. Rena mencubit kecil bagian pinggangku.
“Kakk….” nada suara Rena terhadap Ash tiba-tiba memelas, seperti seorang anak kecil yang sedang bermanja dengan sang kakak atau orang tuanya.
Ash menatap sang adik sebentar. Kemudian entah kenapa aku melihat sebuah senyuman tipis, amat terangat sangat tipis dari bibirnya. Yak abaikan kalimat tidak efektif ini.
“Oke” ucapnya.
“Serius?” tanya Rena.
“Iya”
“Tapi, ada syaratnya. Sebagai gantinya kamu harus ngelakuin sesuatu. Nggak mungkinkan aku dan perusahaan nerima kamu tanpa adanya feedback, Hirana?”
“Tapi kan - “
“Apa syaratnya kak?” tanya Rena yang menyela perkataanku. Lagi, omonganku dipotong oleh Rena. Boleh aku cubit nggak sih si Rena ini. EH tapi jangan deh, nanti aku dibantai kakaknya.
“Selama proyek tugasnya berlangsung, kamu harus tinggal di rumah sama Rena” ucap Ash.
“Ya?” aku yang mendengar itu sedikit terkejut dan segera memastikan kembali persyaratan dari Ashtara.
“Itu artinya syaratnya kamu harus tinggal bareng kita selama tugasmu berlangsung, Hirana. Kamu harus tinggal di rumahku, rumah Ash dan Rena sampai penelitian dan observasimu itu selesai” jawab Rena sambil tersenyum lebar.
“Lah gila” ucapku yang ternyata keceplosan. Aku menutup mulutku. Aku kira itu aku ucapkan dalam hati.
Lagi dan lagi, Rena seperti menulikan pendengarannya, sementara Ash sempat menatapku tajam, tapi tak lama ia tersenyum tipis. Dia tidak terlihat marah, tetapi ekspresinya terlihat mencurigakan.
“Temani Rena. Dia sering sendiri soalnya. Aku tidak bisa sering-sering berada di rumah” ucap Ash.
“Hah?” aku seperti orang linglung yang kebingungan.
“Kayaknya kalo kayak gitu susah deh” lanjutku.
Ash menatapku sebentar kemudian melirik ke arah sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Teen Fiction[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...