Part 18

38.6K 2.1K 22
                                    

Aku tertidur cukup lama di ruang kesehatan. Saat aku terbangun, suasana benar-benar sepi. Langit sudah mulai menggelap dan tidak ada siapapun di ruangan ini selain diriku. Aku meneliti keadaan sekitar mencari keberadaan Bu Nina. Tak lama, kulihat Bu Nina datang dari arah luar ruang kesehatan.

Setelah Bu Nina datang dan mengecek kondisiku, ia memperbolehkanku kembali ke rumah, lagipula langit sudah mulai gelap. Aku pun berpamitan dengannya dan pergi dari sana. Seperti biasa, keadaan kampus ini jika sudah menjelang malam memang sudah sangat sepi, tidak lagi banyak orang yang berlalu lalang.

Angin sepoi-sepoi khas angin sore menerpa tubuhku. Aku berjalan pelan di area kampus sambil menuju ke tempat yang biasa dijadikan pertemuan saat memesan ojek online. Aku rasa sebentar lagi langit akan menggelap, tetapi aku tidak mau berjalan lebih cepat. Gini-gini, kakiku masih terasa sakit. Lebih baik, pelan-pelan tapi pasti. Aku juga tidak mau memesan ojek online terlebih dahulu sebelum aku sampai di tempat biasa ojek online bisa mengambil penumpang di area kampus. Aku takut mereka menunggu lama. Apalagi, tidak semua tempat boleh dimasuki orang di luar kepentingan kampus, disini disediakan tempat khusus sendiri yang bisa dimasuki orang atau transportasi yang memang ingin berkeperluan.

Aku melangkahkan kakiku melewati taman kampus, karena kawasan khusus yang bisa dimasuki para ojek online mengambil penumpang itu berada di dekat sana. Tadinya aku mau melewati taman begitu saja, tapi tanpa sadar langkahku terhenti. Melihat taman besar yang dipenuhi bunga dan pepohonan dengan pancaran sinar matahari yang sebentar lagi tenggelam benar-benar terlihat indah. Cahaya jingga yang menyebar di berbagai penjuru benar-benar terlihat berbeda. Aku pikir-pikir lagi, kapan terakhir kali aku melihat pemandangan indah seperti ini.

Untung saja, aku belum memesan ojek online. Aku memutuskan untuk memasuki taman terlebih dahulu. Hanya sebentar. Lagipula bentar lagi malam. Aku cuma mau melihat-lihat sebentar.

Aku berjalan ke arah kursi panjang yang berada di taman itu. Saat aku melangkahkan kakiku kesana, aku mendengar orang berbincang dengan suara yang pelan. Padahal aku tadi yakin sekali disini sudah tidak ada orang selain aku. Yah aku tidak perlu pusing memikirkannya. Walaupun semua kegiatan kelas di kampus ini pasti diselesaikan maksimal sekitar sejam sebelum matahari terbenam, mungkin saja itu mahasiswa yang baru selesai mengerjakan tugas. Atau mungkin itu anak-anak organisasi yang mengadakan rapat hingga malam seperti waktu itu. Bisa saja petugas kebersihan ataupun mahasiswa-mahasiswa lainnya yang masih punya banyak kepentingan di kampus. Tadi saja aku masih melihat orang-orang yang berlalu lalang di area gedung kampus.

Halah, kok jadi mikirin gini sih. Udah biarin aja. Ini hal yang normal kan.

Aku terus saja melangkah menuju ke arah kursi. Setelah sampai di kursi panjang tersebut, aku pun duduk sambil memandangi taman sebentar, tetapi suara tersebut masih terdengar. Tadinya, aku hanya bersantai ria di kursi itu, sampai akhirnya badanku menegang saat sebuah nama terdengar. Suara itu menyebut-nyebut nama Ashtara.

Aku sebenarnya tidak ingin mempedulikannya. Akan tetapi, pembicaraan mereka semakin aneh. Entah kenapa mereka membicarakan soal sesuatu seperti penusukan dan hal-hal menyeramkan lainnya. Mereka menunggu Ashtara di sini dan berniat melakukan suatu hal yang jahat kepada Ashtara. Sepertinya mereka juga menyebut-nyebut nama Eilzhnata berulang kali.

Aku terdiam sebentar, jangan-jangan ini ada hubungannya dengan keluarga Eilzhnata dan kejadian-kejadian penculikanku kemarin-kemarin. Sebenarnya apa yang dilakukan Ashtara dan keluarga Eilzhnata itu sehingga mengundang orang-orang menyeramkan ini.

Yah, apa peduliku. Aku tidak mau berurusan lagi sama orang-orang ini. Toh Ashtara kemarin juga melakukan hal seperti itu padaku. Sebaiknya aku abaikan sajalah. Sekarang mari kita nikmati pemandangan ini.
.
.
.
Begitulah pikirku.
.
.
.
Akan tetapi, meski sudah berpikir seperti itu, hatiku merasa tidak tenang. Apalagi aku telah mendengar beberapa rencana kejahatan mereka yang akan dilakukan kepada Ash. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Sudah cukup, tidak usah terlibat dengan orang-orang dari novel ini lagi.

Baru saja aku berpikir begitu, entah kenapa tiba-tiba saat ini aku melihat sosok Ash dari jauh melewati taman. Aku menghela nafas, kebetulan apa lagi yang sebenarnya sedang terjadi saat ini. Kalau Ash benar-benar sedang berada di dekat sini. Berarti sebentar lagi orang-orang itu akan melakukan rencana mereka kepada Ash.

'AKKKHHHH, Aku tuh nggak mau ikut-ikutan lagi. Tapi kalo diam aja, aku ngerasa resah, kayak ngerasa bersalah. Kenapa sih. Woi sadar. Nggak inget apa yang terjadi waktu kamu diculik gara-gara dijadiin umpan….. Akkkhh tapi nggak bisa.'

Aku kemudian bangun dari dudukku melangkahkan kakiku pergi menuju ke arah Ash yang sedang berjalan. Bagaimana jika Ash ketemu dengan orang-orang tersebut. Percakapan mereka tadi menyeramkan. Saat sedang berjalan, tiba-tiba saja aku teringat sebuah alur yang ada di dalam novel. Kalau tidak salah, ada bagian dimana Ash hampir tertangkap oleh orang-orang itu. Saat itu Ash menghajar banyak dari mereka sendirian. Saat ia cukup kewalahan, disitulah Tere datang. Melihat hal itu, Tere langsung saja melempar tasnya yang berisi buku yang cukup berat ke arah salah satu orang yang ingin menyergap Ash dari belakang. Berkat itu Ash selamat dan mengucapkan terima kasih yang nantinya akan sering berbincang dengan Tere. Meski begitu Ash tetap saja terluka cukup banyak akibat kejadian itu.

Aku terdiam sesaat. Kalau benar ini adalah kejadian dimana adegan tersebut akan terjadi, buat apa aku menolongnya, toh nanti akan ada Tere kan yang membantunya. Aku pun melirik Ash yang masih terus berjalan. Meski begitu, dalam novel tersebut diceritakan Ash yang terluka cukup parah. Aku pun mengingat kejadian saat aku diculik waktu itu. Meski nantinya Ash akan menang, tetap saja ia akan merasa sakit kan. Aku tidak mau ada lagi orang yang merasa sakit seperti waktu itu. Bukannya lebih baik menghindar dibanding bertengkar dengan orang-orang menyeramkan itu secara langsung? Aku tidak mengerti kenapa aku punya pikiran seperti ini, yang jelas aku tidak mau melihat orang terluka. Apa ini karena perasaanku melihat sebuah karakter yang ternyata dia hidup secara nyata di hadapanku? Ataukah ini karena sisa-sisa perasaan asli Hirana terhadap Ash? Entahlah.

Akhirnya aku memutuskan untuk menghampiri Ash. Ash yang sudah berada di ujung taman langsung menoleh ketika aku memegang tangannya. Aku menarik Ashtara untuk bersembunyi ke dalam taman bagian dalam yang berada di ujung. Ashtara yang tiba-tiba tangannya ditarik olehku tidak menunjukkan ekspresi terkejut. Ia hanya pasrah saja ketika ditarik dengan muka polosnya yang kelihatan ngang ngong ngang ngong bengong.

Setelah aku berhasil menariknya ke tempat yang menurutku aman untuk bersembunyi, dia melihat ke arahku. Ia memiringkan sedikit kepalanya sambil menatapku seakan-akan bertanya-tanya apa yang aku lakukan. Di saat seperti ini saja, baru Ash terlihat menggemaskan (?) dan terlihat seperti orang baik. Padahal…… :)

Aku pun menjelaskan mengenai apa yang aku dengar.

“Kenapa?” tanyanya.

“Itu tadi anu, kayaknya ada orang jahat” ucapku. Ash melihatku dengan tatapan aneh.

“Tadi nggak sengaja denger ada yang mau ngelakuin sesuatu. Aku nggak sengaja denger pembicaraan orang-orang mencurigakan itu. Mereka nyebut nama-nama Ashtara sama Eilzhnata” ucapku yang kemudian menariknya lebih dekat ke arah tempat aku mendengar suara orang-orang tadi agar dia percaya.

Setelah mendengar hal tersebut, tidak terlihat perubahan raut wajah pada Ashtara. Tadinya dia hanya diam sebelum akhirnya membuka suaranya lagi. Kemudian, ia menatap mataku dan tersenyum tipis. Disini aku kembali merinding. Tentu saja, senyum yang ia tunjukkan padaku bukanlah senyum-senyum manis bak cahaya matahari yang biasa dijelaskan dalam novel yang aku baca, melainkan senyum yang tampak menunjukkan seperti sebuah seringaian. Wah wah nggak bisa nih. Kayaknya deskripsi di novel “I’m Yours” itu bohong nggak sih. Deskripsi mengenai wajah dan fisiknya memang sama. Sama-sama luar biasa. Akan tetapi, entah kenapa sepertinya ada kesalahan pada deskripsi sifat dan karakternya.










~~~~~~






Haloo semuaa~~~

Makasih banyak buat yang udah setia menunggu.

Yang kali ini kayaknya gak begitu panjang.

Eh tapi biasanya emang gak panjang2 banget sih.

Ehe.




Jangan lupa votenya dan komennya yaaa. Selamat membaca dan selamat menikmati ~~~







To be continued.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang