Melihat anggukanku, Ash kemudian duduk di hadapanku. Ia menyenderkan badannya ke bagian belakang kursi dengan atensi yang tidak terlepas dariku. Aku merasa tidak nyaman karena ia terus melihat ke arahku. Aku yang sudah cukup tenang akhirnya membuka suaraku.
“Emm… baru pulang?” tanyaku padanya dengan suara yang kecil.
“Iya” jawabnya singkat.
“Nggak tidur?” tanyaku.
Ash masih menatapku, hening sejenak sebelum ia menjawab.
“Tadi abis mandi, terus laper makanya kesini. Lalu ketemu sama manusia sedang berdiam di depan kulkas yang abis itu nangis” jawabnya dengan nada sedikit mengejek.
“Aku kira kamu hantu…. atau monster….” cicitku dengan suara kecil.
Mendengar itu, ia menyeringai dengan senyuman yang menyeramkan. Kemudian matanya menyipit tanpa melepaskan sedikitpun pandangannya dariku. Aduh, aku jadi merinding. Jangan-jangan orang di depanku ini emang bukan manusia atau jangan-jangan beneran monster.
“Besok ada kelas pagi?” tanyanya tiba-tiba.
“Ada”
“Yaudah tidur lagi sana” perintahnya.
“Kamu nggak tidur, Ash?”
“Mau makan dulu” jawabnya singkat. Aku pun mengangguk. Tak lama ku teringat sesuatu.
“Kamu mau makan apa? Tadi makanannya udah aku abisin sama Rena. Aku baru inget sekarang kalo tadi Rena bilang kamu kayaknya nggak pulang malem ini tapi pulangnya pagi. Kirain besok pagi pulangnya" ucapku padanya.
Ash sedikit menaikkan alisnya.
“Memang udah pagi Hirana, sekarang udah lebih dari jam 3 pagi dan kayaknya udah nggak bisa dibilang malem. Udah sana” ucapnya.
“Tapi ini nggak ada makanan sama sekali. Kamu mau makan apa?” tanyaku lagi yang merasa tidak enak karena makanan yang aku makan saat makan malam tadi semuanya telah aku habiskan bersama Rena.
“Mie instan” jawabnya singkat.
“Katanya Rena kamu jago masak”
“Cepet dan instan. Lagipula capek karena baru pulang. Kenapa emangnya? Mau masakin?” sambil berjalan ke arah lemari tempat persediaan makanan, ia bertanya dengan suara serak yang aku yakin itu hanyalah kata tanpa arti dan dia tidak benar-benar memintaku untuk memasak.
Namun, aku yang sedari tadi melihat wajah Ash merasa tidak enak. Orang kaya kok makan mie instan. Mana dia baru pulang. Pasti capek. Setelah itu pergi ke dapur malah bertemu aku. Kemudian dia malah menenangkanku yang menangis-nangis tidak jelas karena ketakutan. Aku sendiri tahu meski sedari tadi ia berbicara banyak, ia sebenarnya sedang lelah dan hanya melakukan itu agar aku dapat menenangkan sedikit hatiku.
“Ash” panggilku.
“Hm” ia menanggapi panggilanku tanpa menghentikan langkahnya.
“Mau aku yang masakin?” tanyaku yang langsung membuat laki-laki bersurai hitam itu menoleh ke arahku.
“Nasi masih ada sih, tapi lauknya aku liat dulu ya bahan yang ada di kulkas. Dari pada malem-malem makan mie” ujarku. Kemudian aku berdiri dan berjalan pelan menuju kulkas melewati Ash yang terdiam memperhatikanku.
Tanpa aku sadari, Ash menatapku dengan mata tajamnya.
“Nasi goreng mau?” tanyaku setelah melihat tidak ada begitu banyak bahan makanan di kulkas.
Tidak ada jawaban, aku membalikkan tubuhku dari kulkas menghadap ke arah Ashtara. Dia masih berdiri menatapku. Kemudian, ia melangkah mendekat ke arahku secara perlahan. Entah kenapa disitu secara otomatis aku ikut memundurkan tubuhku melihatnya mendekat ke arahku. Langkah demi langkah, dia terus berjalan mendekatiku. Suasananya berubah mencekam. Sebenarnya apa ini, aku hanya mencoba memasak nasi goreng, kenapa setiap aku berhadapan dengan Ash, atmosfernya selalu berubah-ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Ficção Adolescente[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...