Part 29

33.3K 2.1K 65
                                    

“Tapi kan bukan akuu” aku berteriak kesal, kenapa jadi aku yang kena.

Sedangkan Ash yang melihatku berteriak tidak terkejut sama sekali. Ia malah tersenyum kecil menatapku lekat-lekat.

Entah kenapa melihat Ash yang seperti itu, membuatku takut. Padahal ia menunjukkan ekspresi seperti biasa, tapi mata hitamnya yang menatapku lekat-lekat sambil tersenyum menyeramkan sekali. Aku berusaha melepaskan tanganku, tapi tetap saja genggaman Ash begitu kuat. Aku menggoyang-goyangkan tanganku sambil meronta-ronta masih tidak lepas juga.

“Lalu harus apa? Laporan memang perlu tindak lanjutan” ucap Ash.

Aku terdiam sebentar sambil mengatur nafas untuk menetralkan emosi. Kenapa sih? Ini siapa yang sebenarnya lapor. Seingetku di sekitaran waktu ini seharusnya adalah saat-saat dimana adegan-adegan romance antara Tere dan Ash terjadi. Alur mulai berjalan saat Ash sama Tere bertemu dan ngomongin soal kalung. Kenapa malah sekarang aku yang terjebak di sini.

“Boleh tahu siapa yang lapor gak?” tanyaku, “Itu tuh fitnah tuh” lanjutku dengan suara yang mengecil.

Ash tersenyum kecil kemudian menyandarkan dirinya di pinggiran meja sambil menatapku santai.

"Kiran" jawabnya singkat.

"ANJING?" reflek aku mengumpat dengan nada yg sedikit aneh. Aku langsung menutup mulutku dengan satu tangan. Demiapapun, aku itu sebenarnya jarang sekali mengumpat, tapi ini... bukankah ini keterlaluan. Kiran lagi Kiran Lagi.

Di beberapa potongan ingatan yang muncul waktu itu, Kiran merupakan salah satu orang yang suka menebar minyak di atas api kepada Hirana. Kiran yang memang pada dasarnya sering mengompor-ngompori Hirana yang kondisinya tidak stabil, membuat Hirana percaya-percaya saja pada Kiran. Dasar Hirana bodoh…. Yah tapi apa bedanya denganku bukannya kita sama bodohnya… Tapi tetap saja, giliran sekarang aku tidak mau ikut-ikutan Kiran beserta rencana-rencana tidak jelasnya, dia pasti tidak terima dan ingin menjatuhkan Hirana sekalian karena sudah tidak berguna lagi baginya.

Sedangkan Ash? Ia tertawa kecil mendengar umpatanku. Ia memperhatikan gerak-gerikku dengan seksama. Sepertinya baru kali ini ia mendengarku mengumpat hingga ia bisa tertawa seperti itu. Ini pertama kalinya aku melihat tawa yang menyenangkan darinya. Bukan tawa seram yang biasanya ia tunjukkan pada Hirana, maksudku diriku. Surai hitamnya yang terkena matahari sore dari jendela membuatnya terlihat seperti sedang berada dalam adegan dimana sang karakter mendapatkan efek-efek visualisasi tambahan. Bedanya yang sekarang aku lihat adalah nyata, bukan karakter yang biasa aku tonton di drama, komik, maupun novel yang aku baca. Ini tawa yang menarik, ia terlihat semakin tampan dan menawan.

"Kenapa? Kenapa ketawa?"

Ash tidak membalas dan malah menanyakan hal lainnya.

“Terus mau gimana?”

“Apanya yang gimana? Kan sama-sama nggak ada bukti. Nggak ada bukti kalo aku yang ambil kecuali bukti saat aku ngasih kalung itu ke kamu. Dan nggak ada bukti juga bahwa dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau aku yang ambil” jelasku.

Ash tersenyum lagi.

“Kau bilang waktu itu di ruang kesehatan ada masalah sama Kiran. Kau pikir itu ada hubungannya?”

“Mungkin. Nggak tau ah. Aku mau balik. Kalo aku nggak balik sekarang, yang ada nanti kalo dia macem-macem dan mau melakukan sesuatu yang aneh-aneh, nggak ada yang mau nolongin aku” ucapku.

“Dia tadi bilang padaku dan bicara soal ini. Ia juga datang bersama Tere. Kiran mengatakan kalau dia melihat Tere sedang mencari-cari sesuatu dan ketika ia tahu kalau Tere mencari kalung, dia langsung memberitahu Tere kalau kalung itu kamu yang ambil” ucap Ash.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang