"Hirana" ucap Ash melihat Hirana yang terbangun.
Hirana yang membuka matanya itu melihat Ash yang langsung menghampirinya. Tanpa aba-aba Ash memeluknya. Tidak, tidak dengan tenaga, tetapi pelukan erat namun lembut hingga Ash menenggelamkan wajahnya ke bahu milik Hirana.
"Ash" panggil Hirana. Hirana memang membalas pelukan Ash. Namun, ia mengatakan sesuatu yang kembali mengejutkan hingga membuat Ash melepaskan pelukannya sementara.
"Apa aku pantas hidup?" Suara itu, suara Hirana yang kecil tetapi penuh dengan pertimbangan. Suara yang putus asa namun mendambakan harapan.
Perkataan pertama yang keluar dari mulut Hirana ketika Hirana sudah sadar sepenuhnya membuat Ash yang tadinya merasa lega kembali merasakan perasaan gelisah. Ia merasa hatinya menjadi berat melihat Hirana yang seperti ini.
Ash menatap Hirana yang terduduk di kasurnya.
"Aku.... Kenapa Ash... Kenapa semuanya begini.... Apa aku harusnya nggak disini?"
Ash terdiam menatap gadis yang sudah terbangun di hadapannya. Luka-lukanya masih banyak dan Ash terlihat sangat terganggu melihat gadisnya yang bukannya luka-luka di tubuhnya berkurang, malah semakin bertambah. Ia kesal kenapa gadis di hadapannya ini punya luka dan memar yang begitu banyak dan rasanya tidak habis-habis. Selalu ada saja yang membuatnya terluka.
"Tempatmu memang disini Hirana" Ash mendekat memperhatikan Hirana yang mengeluarkan air matanya tanpa suara. Tatapan matanya terlihat kosong.
Ia mendekat, memeluk tubuh Hirana kembali dengan pelan dan mengusap kepalanya dengan lembut. Kemudian elusannya turun ke bagian belakang leher Hirana, menekannya, dan mengarahkannya semakin dekat padanya. Tidak ada penolakan dari Hirana. Merasa nyaman, Hirana hanya terus menangis dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Ashtara, sebelum akhirnya ia merasa sedikit sesak dan mendorong Ash menjauh.
Hanya sebentar. Kemudian ia mendekapnya lagi. Bukan, sekarang bukan Ash yang memeluk, melainkan Hirana yang mendekap Ash dengan kencang, membuat laki-laki di hadapan Hirana terkejut bukan main.
"Aku....harusnya nggak disini kan?" tanya Hirana, "kalo aku nggak ada" Hirana menjeda kalimatnya sebentar, "semua pasti lebih baik" lanjutnya.
Ash terdiam sebentar memperhatikan Hirana. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
"Hirana, dengar. Kamu pantas hidup. Itulah kenapa aku nggak membunuhmu"
Dari pada menggunakan kata-kata yang seharusnya menenangkan, ucapan Ash malah berbanding terbalik. Namun, Hirana nampaknya sudah terbiasa. Dengan tatapan yang tidak fokus, air mata Hirana masih mengalir di wajahnya.
"Aku merasa gila, Ash. Kalau tempatku disini, kenapa? Kenapa semuanya seperti tidak berpihak padaku? Kenapa aku harus terluka seperti ini, kenapa-"
Ash memotong perkataan Hirana sebelum sempat menyelesaikan seluruh perkataannya. Ash mengarahkan tangannya dan menangkup rahang Hirana.
Memegang rahang milik Hirana, Ash membuat wajah Hirana tidak bisa berpaling, membuat mata mereka saling bertemu.
"Ayo menikah, Hirana"
"Ya?"
Hirana tersentak mendengar perkataan Ash. Dengan wajah yang masih terlihat pucat, ia menatap Ashtara.
"Kenapa?"
"Karena kau bilang kau gila" jawab Ash.
"Dan hentikan pertanyaan-pertanyaanmu itu" lanjut Ash tanpa berniat untuk melepaskan Hirana sama sekali.
"Sebelum ayahmu itu mendapatkan hukumannya, aku akan menjadi salah satu keluarganya. Nggak keberatan?" tanya Ash lagi.
"Gila" air mata Hirana masih terlihat di matanya sembari mengatakan hal itu pada Ash.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Teen Fiction[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...