Aku terbangun, lalu melihat Tere dan Nata yang berada disisiku.
“Hiranaa” Tere langsung memelukku dengan kondisi aku yang masih tiduran di atas kasur, tentu saja pelukan tanpa tenaga. Begitu pula Nata yang entah kenapa terlihat berbeda dari biasanya. Wajahnya tidak sedingin dulu, malah menampilkan sedikit raut wajah cemas dan khawatir, kemudian memegang tanganku.
Mereka berusaha mengajakku mengobrol, tetapi rasanya aku tidak mood untuk berbicara dan terkadang hanya sedikit mengangguk untuk menanggapi pertanyaan mereka. Pada awalnya, mereka terlihat cemas yang melihatku sama sekali tidak berniat menanggapi mereka. Namun, sepertinya mereka berusaha memahamiku dan terus saja mengajakku berbicara, sampai pada akhirnya mereka pamit pergi karena harus kembali pergi ke kampus.
Aku masih terdiam setelah mereka pergi. Ash yang memang sedari tadi ada di ruangan hanya memperhatikanku dari tempatnya sedangkan Zeron yang sedari tadi juga disana pun langsung menghampiriku.
Aku melihat Zeron mendekat. Aku terdiam. Aku tidak tau bagaimana menggambarkan perasaan ini. Kesal? Marah? Benci? Sedih? Atau malah tidak ada perasaan apapun? Aku sama sekali tidak tahu.
“Hirana, maaf” ucapnya yang sudah berada di dekatku.
‘Gampang sekali meminta maaf’ batinku.
Kenapa juga dia minta maaf? Apa karena abis dipukulin sama Ash?
Yah, aku tidak begitu mempedulikannya. Aku hanya menatapnya dengan mata sayu.
“Gue salah” ucapnya lagi. “Maaf... Gue salah udah kerja sama sama Kiran. Gue salah udah bikin lo begini. Gue nggak tau kalo bakalan separah ini. Gue.. gue kayak orang yang nggak punya hati. Gue udah manfaatin lo. Gue salah, Hirana. Sekali lagi maaf” lanjutnya. Zeron mengucapkan kata-kata itu dengan tulus. Nada bicara, ekspresi wajahnya, matanya, semuanya benar-benar menunjukkan perasaan bersalahnya. Dari yang Tere ceritakan ketika menghampiriku tadi, Zeron bahkan juga sudah meminta maaf padanya dan juga Rena, bahkan berniat memberi kompensasi.
Untuk sekarang aku tidak punya intensi untuk memaafkannya. Akan tetapi dibanding marah, rasanya lebih ke arah aku yang tidak ingin peduli. Lagipula sekarang itu sudah tidak ada lagi urusannya denganku.
Aku hanya menatapnya dengan wajah pucatku yang masih berbaring di atas kasur. Tapi kenapa? Kenapa sampai Zeron tega melakukan itu. Apa urusannya dia denganku. Aku penasaran kenapa dia mau bekerja sama dengan Kiran.
“Kenapa..” lirihku kecil bertanya pada orang di hadapanku. Meski begitu aku punya sedikit rasa penasaran.
Zeron terdiam sebentar sebelum melanjutkan perkataannya.
“Maaf. Gue sengaja deketin lo buat nyari celah kapan lo dalam kondisi lemah dan lagi di tempat yang gak terlalu banyak orang. Maaf. Gue sengaja deketin lo sebagai temen yang nyaman biar kalo ada apa-apa lo bisa cerita dan gue bisa ngasih infonya ke Kiran. Itu permintaan Kiran. Dan sebagai gantinya, gue bakalan dapet video cctv soal kakak gue, Zena. Dan gue juga dengan sukarela setuju karena Kiran bilang lo ada sangkut pautnya sama kejadian kayak gue. Gue dengan bodohnya percaya begitu aja. Maaf…Hirana… Gue bener-bener minta maaf. Gue salah. Kakak gue sampe sekarang masih koma dan gue masih nyari tau kenapa kakak gue bisa sampe kayak gitu. Gue perlu bukti” jelasnya panjang lebar.
Aku yang mendengarnya merasa sedikit aneh. Mendengar semua penjelasannya membuatku kesal. Rasanya aku ingin marah, tetapi di sisi lain aku merasa ingin menangis dan berteriak dengan kencang. Gara-gara dia, aku harus melewati semua itu. Berhadapan dengan orang-orang brengsek itu dan terluka parah karena hal itu.
“Kenapa Zeron?” ucapku kecil pada awalnya.
“Kenapa? Kenapa? KENAPA? KENAPAAAAA? AAAAAKKKKHHHHHH KENAPAAAAA?” perlahan nada bicaraku berubah. Aku kembali berteriak-teriak, merasa marah, sedih, kesal, tidak adil. Aku terbangun hingga berposisi duduk di atas kasur dan menjambak-jambak rambutku sendiri. Namun, rasanya kemarahan itu tidak hanya ditujukan pada Zeron, melainkan pada diriku sendiri, pada sosok Hirana, pada keluarga Hirana, pada Ash, pada orang-orang disini, dan pada dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Teen Fiction[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...