Terlihat seorang laki-laki dengan tubuh terikat di sebuah kursi di tengah ruangan. Matanya yang terpejam nampak terbuka perlahan-lahan. Matanya mengedip beberapa kali menyesuaikan cahaya di sekelilingnya.
Setelah kesadaran pulih sepenuhnya ia segera mengedarkannya pandangnya dan nampak terkejut mendapati dirinya tidak bisa bergerak karena tertahan di sebuah kursi. Ia merasakan ikatan yang sangat kuat di pergelangan tangannya. Beberapa kali ia meronta berusaha melepaskan ikatan itu. Namun, apa daya ikatannya begitu kuat.
Ia sudah mulai merasakan perih di pergelangan tangannya, sampai akhirnya ia melihat seseorang memasuki ruangan.
Orang itu mendekatinya, mengambil kursi di dekatnya dan duduk di hadapannya.
Jika kalian bertanya, siapa orang yang diikat di kursi, jawabannya adalah Dira Arsalan. Lalu, jika kalian bertanya siapa orang yang baru saja memasuki ruangan dan duduk di depannya, jawabannya adalah Ashtara Eilzhnata.
'Gila. Mati gue' Dira melirik ke arah Ashtara yang berada di depannya. Wajahnya nampak menatap Dira dengan ekspresi yang tidak bisa Dira artikan sama sekali.
"Jangan Gila Ash. Kenapa lo ngiket gue?" Laki-laki yang terikat itu berusaha menggerakkan tubuhnya agar bisa terlepas dari ikatan tali.
Ash masih terdiam menatap laki-laki di hadapannya. Menarik kursinya mendekat dan menatap Dira dengan tatapan seakan-akan ingin membunuhnya.
"Mengakulah" ucapnya. Entah mengapa menurut Dira, suaranya saat itu benar-benar terasa mengancam.
"Mengaku apa?" tanya Dira pada Ash yang tampaknya tidak berniat memberikan keringanan sama sekali.
"Soal Rena" ucapnya santai. Ash yang masih duduk di hadapan Dira menyandarkan dirinya pada punggung kursi, menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh temannya itu.
Deg.
Jantung Dira seakan mencelos. Detak jantungnya berdegup semakin keras. Ia terdiam tidak bisa mengatakan apa-apa.
'Mampus. Gue mau ngomong apa. Ngaku kalau gue jatuh cinta sama adiknya dan udah nyium adiknya? Meskipun temen, gue bisa dibunuh sekarang juga'
Dira menggeleng kecil membuat Ash menaikkan alis matanya.
"Jawab" suara Ash benar-benar memberikan tekanan.
Melihat Dira yang diam saja, Ash menendang kaki Dira yang sedang duduk terikat di hadapannya.
"AKHH" Dira meringis kesakitan merasakan nyeri di kakinya.
"Jawab, Dira Arsalan" suara berat Ash lagi-lagi terdengar membuat jantung Dira berdetak semakin tidak karuan merasakan sebuah ketakutan yang mengelilinginya.
"Gu..gue suka sama Rena" jawab Dira cepat memilih untuk jujur daripada anggota tubuh lainnya menjadi korban berikutnya.
Ash masih menatap Dira dengan ekspresi yang sama sekali tidak bisa ia baca.
"Bukan itu" suara berat Ash terdengar menyeret, ia menyilangkan salah satu kakinya dan menyenderkan punggungnya sembari mencari posisi nyaman di kursinya. Namun, gerak-gerik itu malah membuat tubuh Dira merinding. Rasanya ruangan tersebut dipenuhi oleh hawa dominasi yang kuat milik Ashtara.
"Taman bermain" lanjut Ash lagi sambil memutar pisau yang ternyata sudah berada di tangannya.
'Sialan. Ash Gila. Ini mah tantangannya ngelebihin Romeo dan Juliet. Yang ada dia bakal mainin tuh pisau pelan-pelan sampai dapet jawaban yang dia mau'
Ash tampak menunggu jawaban yang akan dilontarkan oleh Dira.
'Gue jawab apa. Gue harus jawab apa. Akhh gila. Seinget gue dari setiap orang yang pernah ada di ruangan ini, tetep aja Ash akan melakukan apapun yang dia suka apapun jawabannya dan mereka..... ah bener juga, hasil akhir setelah Ash melakukan kegiatannya, mereka gue yang urus. Dan mereka semua.......' Dira nampak menelan ludahnya sendiri mengingat-ingat apa yang terjadi pada orang-orang itu, 'kalau gini emangnya masih ada harapan? Nggak mungkin kan gue jujur kalau gue nyium Rena di taman bermain. Tapi dia pasti juga udah tahu kejadian sebenernya. Kalau gue nggak jujur, yang ada malah makin parah. Ini maju mundur kena'
Dira tampak berpikir keras, ia harus segera menjawab sebelum kesabaran Ash habis.
"Gue..." perkataan Dira tampak tertahan sementara, "menciu-"
BRAK.
Kaki Dira lagi-lagi menjadi korban tendangan Ash bersamaan dengan suara pintu dibuka yang menampilkan dua orang wanita yang sedang menatap ke arah mereka.
Melihat satu orang yang terikat dan merintih kesakitan dan satu orang lagi yang duduk dengan santainya sambil membawa pisau di tangannya membuat kedua wanita itu menyadari situasinya tanpa harus bertanya.
Kedua wanita itu adalah Rena dan Hirana. Membaca situasi dengan cepat, Rena langsung berlari ke arah Dira untuk memastikan bahwa Dira masih baik-baik saja. Sementara Hirana berjalan pelan mendekati Ash.
"Kak Dira. Kak Dira, nggak apa-apa?"
Dira masih merintih, namun tersenyum kecil melihat kehadiran Rena. Melihat senyum tipis Dira, Rena beralih ke arah Ashtara.
"Kak Dira milikku. Jangan berani-beraninya ambil. Ka Ash udah punya Hirana, kak Dira masih mau dimonopoli juga?" Rena berdiri tepat di hadapan Ash seakan-akan menantangnya.
Ash menatap tajam Rena dan Dira, tetapi bibirnya tersenyum kecil, menyeringai ke arah mereka.
Melihat situasi yang belum mereda sepenuhnya, Hirana segera menggenggam tangan Ash yang sedang memegang benda tajam itu. "Ash, apa masalahnya? Rena nggak ada masalah soal itu dan nggak bakal jatuh ke dalam bahaya juga 'kan?"
Rena mengangguk mantap mengiyakan perkataan Hirana. Yap benar, Rena membawa Hirana untuk dipergunakan dalam hal seperti ini, siapa lagi yang bisa menahan kakaknya itu kalau bukan Hirana.
Sementara itu, Ash menatap Hirana dan Rena bergantian. Sudah pasti kedua orang ini bersekongkol.
Namun, Ash hanya menghembuskan nafas pelan sebelum akhirnya mengacak-acak rambut adiknya. Sama seperti yang diceritakan dalam novel maupun di kehidupan di dunia yang sekarang, Ash menyayangi adiknya.
Setelah puas mengerjai Rena hingga rambutnya benar-benar berantakan, Ash menoleh ke arah Hirana dan tiba-tiba memeluknya. Ini membuat Rena dan Dira tidak habis pikir melihat kelakuan Ash.
"Ayo keluar dari sini, Ash" ucap Hirana. Ash mengangguk menyanggupi permintaan Hirana.
Namun, tepat sebelum pergi, Ash kembali bersuara, "jangan macam-macam" dengan suara beratnya, ia memberikan tekanan sekaligus peringatan pada dua orang di dalam ruangan itu, membuat tubuh Dira merinding mendengarnya.
Rena dan Dira terdiam sesaat. Kemudian, Rena segera melepaskan ikatan yang menahan tubuh Dira. Akan tetapi, karena ikatan terlalu kuat, Rena tidak membukanya secara manual. Ia menggunakan sebuah pisau tajam yang cukup panjang.
"Jangan bergerak kak, takut kena" ucap Rena.
Dengan cepat, Rena berhasil membebaskan Dira. Jangan ditanya bagaimana. Rena termasuk mahir menggunakan pisau meskipun tidak selihai Ash ataupun ayah dan ibu mereka.
Rena menyingkirkan semua tali-tali besar di tubuh Dira. Sementara itu, Dira hanya menatap Rena memperhatikan setiap gerak-geriknya. Ia tersenyum kecil, tetapi menghela nafas panjang.
Segera setelah talinya terlepas, laki-laki itu langsung menyandarkan kepalanya di bahu kecil milik Rena.
'Kenapa kamu harus jadi adiknya Ash sih Rennnn?'
TAMATTTT
.
.
.
.
.
.Sekali lagi terima kasih telah mampir dan membaca cerita ini.
Bagi yang mau baca extra Part soal Ash, Hirana, dan anak-anaknya ada di karyakarsa yaaa.
Bagi yang mau mampir ke ceritaku yang lain silakan.
Ada "Dayana" yang menceritakan Dayana dan Kaivan, teman dekatnya. Namun, ternyata ia menemukan sebuah hal yang tidak terduga dari Kaivan. Ini satu universe dengan Ashtara.
Ada juga "HAGA" yang tiba-tiba menjadi ayah untuk si dua anak kembar.
Jangan lupa vote dan komennya
Sampai bertemu lagii ~~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Jugendliteratur[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...