⚠️ Hati-hati ⚠️
Ada cukup banyak bahasa kasar dan adegan kekerasan
Ambil yang baik dan buang yang buruknya ya
____________________
Di sisi lain, Nata terlihat kebingungan mencari-cari sesuatu.
"Nyari apa?" tanya Evan pada Nata yang terlihat kebingungan.
"Dompet" jawab Nata tanpa mengalihkan perhatiannya ke arah Evan sedikitpun dan terus mencari sesuatu dari dalam tasnya bahkan pakaiannya.
Nata pun terus disibukkan dengan kegiatannya mencari dompet yang belum juga ketemu. Ia pun mulai panik. Namun, tak lama tiba-tiba ia terdiam begitu saja hingga Evan yang melihatnya merasa bingung dengan sikap perempuan di hadapannya.
"Kenapa? Kok tiba-tiba diem? Udah ketemu?" tanya Evan.
"Gue baru inget, Van. Tadi dompetnya dipegang Rena, tadi pas bayar gue titip ke dia. Lupa gua ambil"
"Yaudah telpon orangnya" ucap laki-laki di hadapan Nata.
Nata pun meraih telepon pintarnya, kemudian menelepon sahabatnya itu.
Selang beberapa lama, tidak ada jawaban dari Rena. Nata berusaha meneleponnya beberapa kali tetapi tidak diangkat.
Akhirnya ia mencari cara lain yaitu menelepon Tere. Namun, setelah beberapa kali meneleponnya, juga tidak ada jawaban.
Nata merasa bingung kenapa kedua temannya tidak ada yang menjawab. Biasanya sesibuk apa-pun apalagi ketika keduanya sedang bersama, mereka tidak mungkin mengabaikan teleponnya begitu saja.
Karena tidak mendapatkan kedua jawaban dari temannya, ia pun mencoba menelepon Hirana. Meskipun ia jarang sekali menghubungi Hirana, tapi ia tidak punya pilihan. Di dompetnya itu terdapat tiket konser band kesukaannya yang ingin ia tonton bersama Evan.
"Hirana nggak ngangkat teleponnya juga, Van. Kita balik aja deh dulu ke kampus cari mereka. Siapa tau mereka masih disana" ucap Nata.
Evan menyetujui ucapan Nata. Mereka pun kembali ke kampus dan mencari mereka, tapi tidak bisa menemukan mereka sama sekali.
"Katanya tadi mereka ke taman yang deket kampus itu. Coba kita cari ke sana" usul Evan pada Nata.
Mereka pun pergi ke taman itu, tetapi tetap tidak ketemu-ketemu juga. Padahal suasana taman itu sepi. Meskipun mereka mencari hingga ke sudut-sudut taman, batang hidung mereka masih juga tidak kelihatan.
"Kok mereka nggak ada disini ya? Padahal kita udah ngelilingin nih taman. Disini kan sepi, harusnya gampang nyari mereka" Nata mengeluh kecil pada Evan.
"Udah, santai dulu. Mungkin mereka pergi kemana dulu gitu sebelum kesini, makanya kita nggak ketemu mereka. Coba telepon Ash. Bukannya kamu bilang biasanya Rena kalau mau kemana-mana bilang sama kakaknya?" ucap Evan.
Nata pun mengikuti saran dari Evan dan mencoba menelepon kakak dari sahabatnya itu.
"Halo" jawab orang dari ujung telepon yang merupakan Ash. Akhirnya setelah Nata mencoba menelepon banyak orang, setidaknya ada satu yang menjawab.
"Halo, kak Ash. Sorry ganggu waktunya. Boleh tanya nggak? Rena bilang nggak ya lagi dimana? Ini gue chat sama telpon dari tadi nggak dibales" ucap Rena.
"Tadi sempet bilang sih katanya mau ke taman yang deket kampus itu. Kenapa?" tanya Ash dari sebrang telepon.
"Dompet gue kebawa Rena kak. Ini gue udah nyusul ke tamannya, tapi Rena sama yang lainnya nggak ada" jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Teen Fiction[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...