Part 15

40.9K 2.3K 30
                                    

Aku benar-benar takut. Kenapa sih mereka menyiksaku seperti ini. Aku nggak kenal siapa orang-orang ini.

Akhhh sakit…sakit bangettt. Sebenarnya ini genrenya apa sih. Kayaknya harusnya romance tapi kok banyak horor, action, criminalnya. Serem’ batinku sambil menahan rasa takut di tengah-tengah usahaku untuk tetap membuat diriku tersadar. Namun, apa daya tubuh ini sepertinya sudah tidak kuat. Setelah menginjak perutku, mereka masih menendang seluruh tubuhku dengan sekuat tenaga. Orang-orang tadi benar-benar kejam.

Pandanganku mulai mengabur. Seluruh tubuhku rasanya sakit. Aku tidak bisa menahan lebih lama. Mataku perlahan-lahan menutup.

Di saat kesadaranku sudah diambang batas, tiba-tiba aku mendengar suara-suara berisik dan keributan yang suaranya berasal tidak jauh dariku. Sepertinya terjadi pertengkaran di luar sana.

Terdengar suara teriakan dari orang yang tadi menyekapku.

“KENAPA KAU BISA ADA DISINI?” Teriak laki-laki yang tadi menculikku ke arah orang-orang yang baru saja datang.

Bugh

Bagh

Brak

Bruk

Tidak ada jawaban. Suara pertempuran itu masih berlanjut.

Aku memaksakan mataku untuk terbuka demi melihat apa yang terjadi. Namun, penglihatanku tidak begitu jelas. Aku hanya dapat melihat sedikit siluet dan pergerakan orang-orang tersebut.

“Sial bukannya kau sedang pergi ke perusahaan Timur untuk menandatangani perjanjian tersebut. Kenapa malah disini?” Laki-laki itu menampilkan raut wajah cemas dan sedikit ketakutan.

“Dasar bodoh. Mana mungkin aku mau setuju dengan perjanjian merugikan itu begitu saja. Lagipula yang kau tangkap itu bukan adikku” ucap seseorang di hadapannya. Aku tidak asing dengan suaranya. Itu suara milik Ash. Laki-laki yang tadi menculikku sedang berbicara dengan Ash saat ini.

Itu Ash 'kan?

Tak lama, terdengar suara keributan yang lebih besar. Lalu, terdengar suara pistol. Ya Tuhan, apa permasalahannya lebih besar dari yang aku duga ya. Aku tak sanggup mempertahankan mataku untuk terbuka. Namun suara berisik itu masih saja terus terdengar selama beberapa saat. Aku masih berusaha mempertahankan kesadaranku. Akan tetapi, tubuhku sudah tidak sanggup lagi.

Sebelum aku benar-benar menutup mataku, aku melihat sesorang menghampiriku. Seseorang dengan rambut hitam dan mata tajamnya. Itu Ash. Ia mendekat ke arahku, berdiri beberapa saat sambil menatapku dan kemudian berjongkok tepat di hadapanku.

Laki-laki bersurai hitam yang sudah berada tepat di depan diriku yang babak belur dan terluka menyeringai kecil. Aku yakin sekali dia sedang tersenyum saat ini. Meski tak dapat melihatnya dengan jelas, seringaian yang tampak di wajahnya membuatku seluruh tubuhku merinding. Masih dengan senyum tipisnya, ia memegang luka di pipiku perlahan. Aku mendesis pelan menahan sakit. Namun, laki-laki di hadapanku ini tidak berkata apa pun selain mengelus luka di pipiku yang terasa sakit.

Tak lama mataku benar-benar tertutup, aku melihat ke arah Ash sebentar sebelum akhirnya benar-benar gelap. Aku tak sadarkan diri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku mendengar suara orang-orang sedang berbincang. Aku ingin membuka mata. Namun, tidak bisa. Aku mencium bau obat-obatan yang khas, seperti bau yang dapat tercium ketika kamu berada di rumah sakit. Aku berbaring di sebuah tempat yang tidak begitu empuk, tetapi tidak keras juga. Aku menduga tempat yang aku tiduri sekarang adalah kasur rumah sakit. Orang-orang tersebut masih terus berbincang. Sayup-sayup aku mendengar pembicaraan mereka.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang