Part 48

27.3K 1.8K 77
                                    

Hari berganti pagi. Ketika aku terbangun, aku berada di kamar Ash. Aku terlonjak kaget. Kenapa aku disini? Tiba-tiba aku teringat kejadian tadi malam.

Aku gelisah. Tanpa menunggu lama, aku berdiri berniat kabur, rasanya pikiranku ngeblur dan campur aduk. Tidak berpikir jernih dan tidak memperhatikan sekitar sama sekali. Tujuanku adalah keluar dari sini segera.

"Mau kemana?" ucap seseorang tiba-tiba. Siapa lagi kalau bukan Ash. Sedari tadi aku dengan bodohnya tidak menyadari kehadiran Ash di dekatku.

Ia langsung menarik tanganku.

Aku dengan sekuat tenaga berusaha melepas cengkraman Ash.

"Mau kabur?" tanya Ash yang merupakan pertanyaan retoris.

Aku sedikit gemetar mendengar suara Ash karena kepalaku sudah membayangkan hal yang tidak-tidak. Siapa yang tidak ketakutan melihat ruangan dengan isi menyeramkan seperti itu.

Ash menarik tanganku untuk duduk kembali di kasur. Kakiku yang memberontak dan tangan yang ingin memukul Ash semuanya ditahan, sampai nggak bisa bergerak sama sekali.

Mataku berkaca-kaca melihat Ash.

"Jangan bunuh aku" lirihku kecil.

Ash sedikit tersentak mendengar ucapanku. Pertama kalinya ia melihatku dengan ekspresi yang seperti ini.

“Itu nggak akan terjadi, Hirana. Asalkan kamu nggak lari atau kabur diam-diam” Ash mendekat ke arahku.

Kemudian Ash menarikku ke sisinya.

"Nggak ada yang mau bunuh kamu Hirana" suara berat Ash yang harusnya terdengar lembut malah terdengar menyeramkan bagiku.

Seperti di film-film biasanya setelah pelaku berbicara seperti itu, mencoba menenangkan korbannya, pada akhirnya sang pelaku akan tetap melakukan kejahatannya pada korban. Siapa yang tahu kan kalau-kalau Ash bisa saja seperti itu.

"Aku nggak sengaja nemuin ruangan itu" aku berkata dengan suara yang teramat kecil memberi alasan.

"Ruangan itu" Ash diam sejenak.

"Bukan untukmu" lanjutnya.

Selang beberapa saat tidak ada suara. Meski Ash bilang begitu, siapa percaya. Biasanya kan orang-orang seperti itu akan membunuh saksi mata.

"Aku… aku… nggak akan bilang ke siapa-siapa soal itu"

Ash menatapku, kemudian tersenyum.

Pertama-tama, ia menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut, kemudian semakin lama tangannya berpindah mengikuti arus helaian rambut, semakin ke bawah dan sedikit memainkan helaian rambutku.

“Bagus” ucapnya.

“Mendekatlah” pintanya padaku.

Aku terdiam, tidak mengerti apa maksudnya. Padahal posisi Ash sekarang sudah berada sangat dekat denganku. Dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk mataku, aku menurutinya, mendekatkan tubuhku lebih dekat lagi ke arahnya. Takut-takut jika aku tidak melakukannya, maka Ash akan melakukan hal-hal buruk yang tidak bisa kubayangkan.

Tanpa berlama-lama, aku menyadari sepasang tangan Ashtara sudah melingkari pinggangku. Ia memelukku.

Aku tidak tahu kenapa ia seperti ini. Apakah ini seperti di drama-drama, ehei tidak mungkin. Ia mengeratkan pelukannya padaku.

“Hirana”

"Jangan melakukan hal yang aneh kalau nggak mau aku menguncimu di tempat itu" ancamnya. Tubuhku sedikit menegang mendengar ucapannya. Namun, ia kembali melanjutkan perkataannya.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang