Kedua orang tuanya tak menginginkan kehadirannya. Dia hanyalah alat bagi kedua orangtuanya tuk mendapat harta warisan dari kakeknya.
"Cuman benda kecil ini yang bisa bikin hidup ini tenang, aman dan damai." Ucap Reykhansa. Sudah menjadi kebiasaannya...
Sebelum baca jangan lupa Vote, komen dan Follow akun wp ku ya❤
•
•
•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alisya terus mengaduh kesakitan. Lio pun terbangun karena teriakan Alisya yang sedikit nyaring.
"Ibu, tahan ya? Sebentar lagi kita akan sampai di istana." Lio mengusap pelan tangan Alisya, Alisya menggenggam tangan kecil Lio.
"Sakit sekali nak." Keluh Alisya, Lio pun tetap memberikan ucapan semangat pada ibunda nya tersebut. Di satu sisi ia sangat khawatir tetapi di sisi lain ia pun sangat senang bahwa sebentar lagi ibu nya akan melahirkan yang otomatis ia akan melihat adiknya.
"Cepatlah bodoh! Jalankan kereta ini lebih cepat lagi!" Teriak Alisya, pria misterius itu dengan sedikit panik ia memacu cepat kereta kuda tersebut.
Sampailah di gerbang istana, melihat bukan kusir yang seperti biasanya. Para prajurit pun berniat menghentikan kereta, "Bodoh! RATU KALIAN AKAN MELAHIRKAN. MINGGIRRR!" Teriak Pria misterius itu. Refleks para prajurit pun menyingkir dari kereta kuda tersebut.
Setelah mengantarkan Alisya dengan sigap Pria Misterius itu menghilang, Alisya sudah tidak memikirkan siapa pria tersebut yang ia cari sekarang adalah Leon.
Lio digendong oleh pelayan, ia panik ibunya yang kini tengah kesakitan.
"Lio ingin ikut bersama ibu." Rengek Lio pada pelayan pribadinya.
Tetapi pelayan tersebut menenangkan Lio dan memberi penjelasan pada Lio. Untungnya Lio mengerti dan mau diajak bekerjasama.
Leon yang baru saja tiba di istana pun dengan panik menuju kereta yang kini dikerubungi oleh para prajurit serta pelayan, ia sigap memangku istrinya menuju istana utama.
Para dokter istana pun sudah bersiap denga segala peralatan medis yang dibutuhkan. Alisya kini dibaringkan diatas kasur, dirinya terus mengaduh kesakitan rasanya sangat sakit sekali.
"Sayang, bertahanlah. Kau pasti bisa, kau adalah wanita kuat." Leon terus mengusap peluh yang keluar, ia sangat panik melihat istrinya kesakitan seperti ini.
"Arghhh... Leon ini sangat sakit" Alisya mencengkram erat tangan Leon sampai buku jari nya memutih, Leon tak merasa sakit. Ia tahu posisi Alisya kini lebih sakit dari pada cengkraman tangan istrinya padanya.
Dokter istana pun memasuki kamar, tetapi dokter tersebut laki laki. "Aku tidak memperintahkan dokter laki laki untuk membantu persalinan istriku." Leon menatap tajam dokter tersebut.
"Maaf sebelumnya Yang Mulia. Tetapi dokter perempuan kini sedang menuju perjalanan kemari. Yang saya takutkan adalah Yang Mulia Ratu akan melahirkan segera tanpa dibantu oleh dokter." Jelas Dokter tersebut, walaupun ia takut akan aura intimidasi yang Leon keluarkan tetapi ini demi menyelamatkan nyawa.