Kedua orang tuanya tak menginginkan kehadirannya. Dia hanyalah alat bagi kedua orangtuanya tuk mendapat harta warisan dari kakeknya.
"Cuman benda kecil ini yang bisa bikin hidup ini tenang, aman dan damai." Ucap Reykhansa. Sudah menjadi kebiasaannya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pov Leon
Leon duduk diruang kerja nya, ia telah menyiapkan semua rencana yang dirancang dengan hati hati.
Ini hanya Dunia Novel, dunia yang dibuat oleh manusia. Ia masih belum bisa mencerna seluruh cerita yang berada dibuku yang sedang ia genggam ini, tulisan Alisya dalam buku ini membuatnya sedikit bimbang.
Antara ia harus mempercayainya atau tidak, tetapi sebagian yang tertulis dibuku ini adalah kebenaran. Ia masih tak mengerti.
Tetapi semua yang berada dibuku ini menuntun Leon untuk melakukan sesuatu.
Ia tak peduli kisah cinta Anne dan Maxius dalam buku ini, yang terpenting ia tak ingin dirinya dan Alisya hancur.
Ia ingin dirinya dan Alisya atau bisa disebut Reykhansa bahagia, dan jalan satu satu nya ialah menghancurkan Raja Villipe.
Ia ingin cerita kali ini bukan Anne atau Maxius pemeran utama nya. Tetapi dirinya dan Alisya lah yang menjadi pemeran utama dengan akhir yang bahagia.
Dia tak peduli jika ini hanyalah Dunia Novel yang terpenting dirinya dan Reykhansa bersama.
Dengan petunjuk yang ada dibuku harian Alisya, Leon menjadi tahu apa alasan Raja Villipe sangat ingin menghancurkan dirinya, dan di buku harian tersebut juga menuliskan masa depan Alisya yang akan berakhir tragis, tetapi Leon tak akan membiarkan itu terjadi.
Ia tahu, mengapa Alisya dulu membatalkan pertunangan mereka, ternyata Gadisnya sangat takut dengan masa depan yang ia tulis dibuku ini bahwa Leon akan membunuh keluarga Knight dan juga Alisya.
Jelas terdengar sangat bodoh jika ia melakukan itu pada Alisya dan juga keluarga Knight.
Rencana yang ia buat ini hanya dirinya dan Alex yang tahu, karna Leon sangat meminimalisir adanya pengkhianat saat rencana ini ia jalankan.
Bukan hanya itu, Resiko yang ia ambil dalam rencana ini pun sangat besar. Leon tak mau melibatkan banyak orang dalam rencana nya kali ini.
Leon menatap ke lurus ke arah lukisan, ada rasa kecewa dan rindu di dalam hatinya.
"Aku janji, kita akan menjadi pemeran utama kali ini."
Ia merindukan Alisya, ia tak masalah dengan Jiwa Reykhansa yang berada dalam Tubuh Alisya.
Yang sangat ia inginkan sekarang adalah Alisya-Reykhansa ada di sisinya.
Saat Leon sibuk menatap Lukisan dirinya dan Alisya terdengar Pintu kerja Leon terbuka perlahan.
"Em, Tuan saya ingin mengantarkan Teh untuk anda" Suara Anne membuat lamunan Leon buyar seketika.
"Maaf mengganggu, tetapi saya hanya ingin mengantarkan Teh" Ucap Anne merasa tak enak hati karna mengganggu Tuannya- Leon.
"Bukannya kau sudah kupecat?" Nada dingin Leon membuat Anne sedikit gugup.
"Tetapi Tuan saya sangat ingin bekerja dengan anda, Lagipula apa salah saya sehingga saya dipecat?" Cicit Anne.
Leon mendekati Anne, sekarang jarak Anne dan Leon sangat dekat.
Anne yang akan dihampiri Leon pun menjadi salah tingkah.
"Karna kau sangat kompeten" Bisik Leon dengan sedikit tekanan tepat ditelinga Anne, bisikan tersebut tak membuat Anne mengerti bahwa dalam kalimat Leon mengandung sindirian.
Anne justru tak merasa takut, ia malah sedikit tersenyum, merasa bangga bahwa dirinya dipuji.
Leon yang melihat Anne bersikap seperti itupun merasa sedikit jengah "Enyahlah! Jangan pernah menunjukan wajahmu didepanku lagi." Desis Leon.
Anne yang sedikit kaget "Tapi kenapa Tuan?" Tanya Anne dengan nada yang menyedihkan.
Leon hanya diam menatap Anne dengan dingin.
"Aku akan terus bekerja padamu" Anne begitu keras kepala, entah mengapa perasaannya kian begitu besar pada Leon sehingga ia berbuat nekat seperti ini.
Leon masih menatap Anne dengan dingin, Anne yang ditatap seperti itupun menundukan kepala nya.
"Sebenarnya saya menyukai Tuan Leon" Cicit Anne pelan.
"Pergilah" Nada dingin Leon tak membuat Anne beranjak dari ruang kerja Leon.
"Saya bisa lebih baik dari Lady Alisya Tuan" Teriak Anne, ia menangis tersedu sedu.
"Saya bisa membuat anda bahagia" Lanjut Anne, ia terus berbicara tanpa merasa malu.
"Saya selalu ada disaat anda membutuhkan saya, tak seperti Lady Alisya yang sekarang entah dimana" Anne terus berbicara dan Leon hanya diam saja.
"Lagipula Lady Alisya adalah Lady yang" Kata kata Anne terhenti karna kini rahangnya dicengkram kuat oleh Leon.
Leon menatap dingin Anne "Jangan pernah menyebut nama Calon istri ku lagi, Jalang. Kau sangat tak pantas." Leon melepaskan cengkramannya pada Rahang Anne.
Anne pun menatap Leon ketakutan, ia sangat tak menyangka Tuannya Leon akan bertindak kasar seperti ini, padahal apa yang ia katakan adalah hal yang benar adanya.
Anne pergi dari ruang kerja Leon dengan menangis, dan Leon tak peduli.
Menurut Leon Anne terlalu Naif dan bodoh.
🌷🌷🌷
Leon menyiapkan pasukannya untuk turun ke medan perang, begitu juga Alex ia pun ikut berpartisipasi dalam perang kali ini.
"Kita akan pergi perang sungguhan kah?" Tanya Alex penasaran.
"Diam, bodoh." Leon menginjak kaki Alex. Karna ia sangat kesal Alex terus saja bertanya tentang hal ini, padahal ini adalah rahasia mereka berdua.
"Awww! Sakit Leon" Alex mengaduh karna kakinya diinjak keras oleh Leon.
"Kau jika mengajakku untuk masuk kedalam rencana mu setidaknya biarkan aku tahu detail apa rencanamu" Alex sangat kesal pada Leon karna ia masih tak mengerti tujuan Leon itu seperti apa.
"Tugas kau hanya mengawasi para penghianat, bukan mengetahui keseluruhan rencanaku bocah" Leon mendengus pelan, ia sangat sabar menghadapi Alex yang sedikit lemot.
"Dan ingat kita tak akan pergi ke Medan Perang sungguhan." Nada dingin Leon membuat Alex terdiam, ia sedikit merasa ngeri.
"Baiklah" Alex sekarang mengerti apa tugasnya.
Leon pergi menuju Prajurit yang tengah bersiap, ia akan memeriksa kelengkapan sebelum pergi.
"Tetapi, siapa yang harus ku awasi?" Tanya Alex kikuk.