Ceklek....
Suara pintu yang dibuka dari arah luar membuat seorang wanita cantik yang bernama Joanna Tan mengangkat pandangannya dari layar laptop yang sedang memperlihatkan laporan neraca laba rugi perusahaan miliknya bulan lalu. Saat ia mengangkat pandangannya, tampak anak laki-lakinya yang bernama Fabian Alaric Kawinda sedang memasuki ruangan ini dengan wajah panik bercampur gelisah.
"Ma, Mama... Aku harus pulang ke Jogja sekarang."
Seketika Joanna langsung mengernyitkan keningnya. Anaknya baru tiba di Jakarta pagi ini dan ia belum setengah hari berada di Jakarta, kini sudah ingin pulang kembali ke tempat istrinya? Seketika rasa was-was muncul di dalam hati Joanna. Jangan sampai terjadi hal-hal yang buruk kepada cucu-cucunya bahkan mungkin menantunya. Ia bisa gila jika hal itu terjadi. Walau menantunya adalah salah satu wanita tergila yang pernah ia kenal di hidupnya, namun menantunya selalu berhasil membuat dirinya tertawa dengan ocehannya bahkan terkadang tingkah absurd-nya.
"What happened?"
"Deva barusan telepon katanya Enzo kepleset di tangga."
Mata Joanna langsung membelalak sebesar piring makan saat mendengar perkataan anak tunggalnya ini.
"Enzo? Jatuh dari tangga?"
"Iya, Ma. Aku minta tolong Mama gantikan aku meeting dengan Pak Andi Saputra ya tiga jam lagi. Berkas sudah komplit semua di meja aku. Aku pamit dulu, Ma. Assalamualaikum." Fabian langsung mencium pipi kanan kiri sang Mama sebagai salam perpisahan. Berbeda dengan kebanyakan hubungan anak dan orantuanya jika berpamitan biasanya dengan sang anak akan mencium punggung tangan, dirinya dan Fabian justru menggunakan kecupan pipi kanan dan kiri. Ini semua sudah menjadi kebiasaan sejak Fabian kecil dan berlanjut hingga sekarang.
"Waalaikum salam," jawab Joanna walau masih sedikit gagu saat melafalkannya. Maklum saja, ia belum lama memeluk kepercayaan yang sama dengan anak dan menantunya. Baru sekitar tiga bulan yang lalu ia menjadi seorang mualaf.
Setelah mencium Pipi sang Mama, Fabian langsung keluar dari ruang kerja sang Mama. Kini setelah sang anak keluar dari ruangannya, Joanna segera menghubungi nomer telepon menantunya.
Tutt....
Tutt....
Tutt....
Joanna menjadi cemas saat teleponnya tak kunjung diangkat oleh Deva. Demi apapun di hidupnya kali ini, baginya yang terpenting adalah mengetahui keadaan salah satu cucu kembarnya itu.
"Please... Angkat, Dev. Angkat." Desis Joanna pelan sambil ia menggigit kuku-kuku jari tangan kanannya yang yang kali ini sedang dihiasi kutek berwarna merah.
Saat telepon itu tak kunjung diangkat oleh Deva, Joanna mencoba menghubungi nomer telepon rumah Fabian.
"Kediaman keluarga Kawinda, selamat siang."
"Siang, Mbok Yah. Mbok, Deva sama Enzo di mana?" Tanpa berbasa-basi terlebih dahulu, Joanna langsung bertanya kepada salah satu pekerja rumah tangga Fabian yang paling sepuh ini.
"Ke rumah sakit, Bu. Mas Enzo kepleset di tangga dahinya robek."
Bles....
Jantung Joanna seakan baru saja ditusuk samurai hingga tembus ke punggungnya. Dahi cucunya sobek. Rasanya Joanna merasa sulit untuk bernapas, kakinya kini lemas hingga ia menjatuhkannya tubuhnya kembali di atas kursi kerjanya.
"Sobek?"
"Iya. Mbak Deva sudah nangis-nangis soalnya darahnya banyak."
Tubuh Joanna seakan tidak memiliki kekuatan lagi. Air mata keluar dari matanya yang indah ini. Tanpa mengucapkan salam perpisahan kepada Mbok Yah, Joanna sudah menangis tersedu-sedu saat memikirkan keadaan cucunya. Sejak Fabian menikah dan memiliki tiga anak, yang menjadi prioritas Joanna adalah cucunya bukan Fabian lagi. Bahkan jika ada yang bertanya kepadanya lebih sayang kepada Fabian atau cucu-cucunya, Joanna akan menjawab dengan tegas jika ia memilih cucu-cucunya (Enzo, Enzy dan Nefertiti).
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
General FictionSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...