"Wow, Andi mau kasih kamu tiga persen kepemilikan saham perusahaan dia?"
"Iya, Nin."
"Lumayan, Jo kamu semakin jadi finansial freedom. Enggak perlu kamu kerja keras kaya sekarang. Duduk manis di rumah sambil nungguin deviden aja enggak kekurangan apa-apa."
Berbeda dengan Anin yang memilih menyimak cerita Joanna dengan baik, Deva justru sudah sibuk dengan kalkulator yang ada di dalam menu handphone miliknya.
"Saham perusahaan om Andi 'kan kan harga per lembar kisaran delapan ribu rupiah. Dikali seratus terus dikali berapa ratus ribu lot ya, Ma?"
Pertanyaan Deva ini sukses membuat Joanna menghela napas panjang. Anin yang menyadari perilaku Deva ini langsung menyenggol lengan Deva.
"Kenapa sih, Tante? 'Kan beneran ini aku tanyanya. Lumayan banget sih ini. Kalo ijab siri aja dapat saham, gimana ijab resmi negara?"
"Dapat semua saham kepemilikannya, Dev," ucap Anin dengan santainya.
Deva menelan salivanya sambil menatap Anin. Jika benar seperti itu, seharusnya Joanna menikah dengan Andi sejak kemarin-kemarin ketika harga saham perusahaan Andi sedang di puncak.
"Ma, kapan Mama mau ijab qobul?"
"Besok pagi."
Satu detik....
Dia detik....
Tiga detik....
Anin dan Deva langsung mematung di tempat duduk mereka masing-masing. Hanya mata mereka yang berkedip berkali-kali saat ini. Mereka masih berada di fase percaya dan tidak percaya dengan semua ini. Besok pagi? Ini terlalu cepat bagi mereka. Belum ada persiapan sama sekali yang mereka lakukan.
"Mendadak banget, Ma. Mama sudah siapin semuanya?"
Joanna menggelengkan kepalanya. Ini membuat Deva dan Anin saling berpandangan beberapa saat. Tak ingin banyak berdebat, akhirnya Dava segera mengajak Anin dan Joanna untuk pergi dari tempat ini. Bahkan Deva memilih meminta kunci mobil Anin. Anin dan Joanna memilih tak banyak bertanya kepada Deva ketika Deva justru melajukan mobilnya menuju ke sebuah daerah yang tidak mereka ketahui.
"Mau ke mana kamu, Dev?"
"Mau ke butik barunya Ero, Ma."
"Memang Ero buka butik di Jakarta?"
"Ya begitu deh, Ma kabarnya. Aku juga masih nyari-nyari."
Cukup lama mereka mencari-cari butik Ero hingga akhirnya mereka menemukan butik Ero yang membuka cabangnya di Jakarta. Deva segera mengajak Joanna dan Anin untuk keluar dari dalam mobil. Mereka bertiga langsung masuk ke dalam butik.
Sepertinya nasib baik sedang berpihak kepada Joanna karena kali ini Ero sedang berada di butik ini. Ia dan Anin memilih diam. Mereka berdua membiarkan Deva berbicara dengan Ero tentang semua yang ia butuhkan. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Ero langsung menggiring Joanna untuk memilih baju yang akan ia kenakan.
Akhirnya Joanna memilih sebuah kebaya berwarna putih yang menurutnya cukup pas di badannya tanpa ia harus banyak mengukur kembali baju ini. Saat Joanna akan membayarnya, Deva ternyata sudah membayarnya lebih dulu.
"Kenapa kamu bayarin baju Mama, Dev?"
"Sekali-kali aku traktir Mama apa salahnya? Hitung-hitung ini jadi hadiah pernikahan Mama dan Om Andi yang pertama dari aku."
Joanna tersenyum dan ia ucapkan terimakasih kepada menantunya ini. Kini setelah acara mereka di tempat ini selesai, Deva mengajak Anin dan Joanna untuk pulang. Mereka harus melakukan beberapa hal secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Художественная прозаSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...