"Makanan sudah siap, siapa yang mau panggil Oma sama Om Andi di tenda depan?" Tanya Wisnuaji pada ketiga cucu-cucu Joanna.
"Aku aja," kata Enzo menawarkan diri.
"Perlu ditemani enggak, Zo?"
"Sama Enzy aja ya, Opa?"
"Boleh, kalian hati-hati ya jalannya. Soalnya gelap. Opa Wisnu sama Oma Samira siapin perlengkapan makan dulu."
"Iya."
Saat kedua kakaknya baru saja akan keluar dari tenda, tiba-tiba Nefertiti bersuara.
"Aku ikut."
Enzo dan Enzy berhenti melangkahkan kakinya. Mereka memilih diam dan menunggu Nefertiti mengikuti mereka keluar dari tenda Samira. Setelah sang adik ada di luar tenda, pelan-pelan mereka melangkahkan kakinya menuju ke arah tenda Joanna. Karena ini malam dan sepi tidak ada diantara mereka bertiga yang berisik selama perjalanan ke tenda mereka.
Di waktu yang sama di dalam tenda Joanna, bibir Andi dan Joanna masih saling menempel. Tidak hanya menempel, bahkan kini Andi mulai mengulum serta menikmati bibir Joanna layaknya bibir Joanna adalah ice cream.
Rasanya bahagia yang membuncah timbul di dalam diri Andi ketika ia merasakan Joanna yang membuka mulutnya dan seakan memberikan akses bagi dirinya untuk mengeksplorasi semua yang terdapat di dalam bibir Joanna menggunakan lidahnya.
Andi tahu mereka sudah melewati batas, tapi ia tidak bisa berhenti. Otaknya mungkin sudah konslet. Bahkan saat ia bisa merasakan embusan napas Joanna yang seakan sedang menarik oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitarnya, Andi tetap tidak mau menghentikan aktivitasnya.
Inikah hal yang selama ini ia rindukan? Jika iya, maka hati dan jiwa Andi telah mengkhianati keyakinannya. Semua sudah menjadi runyam tatkala ia mulai menarik tubuh Joanna mendekat kearahnya. Saat kedua tangan Andi menempel pada pinggang Joanna yang ramping, hasratnya sebagai seorang laki-laki mulai bangun dari masa berhibernasi. Juniornya bangun, dan itu semua hanya karena ia berciuman dengan Joanna.
Hampir sama dengan Andi yang merasakan semua hal ini, Joanna sendiri juga merasa dirinya sudah gila bahkan tidak waras. Bagaimana bisa ia diam saja dan tidak menampar atau menendang Andi ketika Andi justru sedang mengeksplorasi bibirnya. Kini bahkan tangan Andi sudah memegang kedua pinggangnya dengan erat. Tidak bisa Joanna pungkiri jika ia merindukan perlakuan manis dan hangat dari lawan jenisnya. Meskipun ia adalah wanita yang independen dan mandiri, namun jiwanya tetap sama dengan wanita lain. Ia ingin diperlakukan dengan baik, manis dan dimanja oleh lawan jenis. Tapi kenapa semua itu justru dilakukan oleh laki-laki seperti Andi? Laki-laki yang selalu bisa membuatnya emosi, marah, kesal dan kini bertambah satu lagi yaitu laki-laki yang sudah seperti soang karena berani nyosor kepadanya tanpa permisi terlebih dahulu.
Semua pikiran gila Joanna terhenti tatkala Andi menggigit bibir bawahnya dengan pelan yang membuat Joanna menggeram. Mendengar Joanna yang menggeram Andi langsung mengangkat tangan kanannya dan ia tempelkan ke pipi Joanna.
Damn it!
Andi tak pernah menyangka jika pipi Joanna sehalus dan selembut ini. Beberapa saat kemudian Andi bisa merasakan tangan Joanna yang melingkar di lehernya. Sebagai seorang duda yang pernah mencicipi surga dunia dan telah lama berhenti, Andi tahu jika kali ini mereka sudah kelewatan dan sebentar lagi mungkin mereka akan berakhir dengan tindih menindih.
Andi ingin mengakhiri ciuman ini, namun saat ia merasakan tangan kanan Joanna sudah mulai turun untuk membelai tubuh bagian depannya, rasanya Andi tidak mau mengakhiri ini semua. Sentuhan Joanna telah membuatnya merasakan rasa yang luar biasa di dalam dirinya. Tidak hanya rasa rindu akan sentuhan wanita, namun juga hasratnya yang ingin memiliki serta dimiliki mulai muncul di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
General FictionSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...