"Gimana Jo?" Tanya Andi ketika ia sudah sampai di dekat mobilnya.
"Aku harus nyari beberapa barang buat besok. Kemungkinan aku harus mampir ke toko adventure. Aku antar kamu pulang dulu."
Andi menggelengkan kepalanya. "Enggak usah, aku ikut enggak pa-pa."
Tidak mau berdebat dengan Andi, akhirnya Joanna menganggukkan kepalanya. Kini ia langsung membuka pintu sisi pengemudi. Mau tidak mau Andi juga melakukan hal yang sama. Seperti dugaannya, saat ia masuk ke dalam, cucu-cucunya langsung protes.
"Oma lama banget, ngapain aja sih?"
"Siapa yang telepon Oma?"
"Panas tahu Oma, AC-nya hidupin dong."
Suara-suara cempreng itu memenuhi suasana mobil. Untuk kesekian kalinya Andi merasa kasihan kepada Joanna. Mungkin kalo wanita lain berada pada posisi Joanna, mereka tidak akan tahan.
Dengan sabar Joanna menghidupkan mesin mobil sambil menjawab pertanyaan cucunya satu-satu.
"Maaf ya kalo panas. Tadi yang telepon Oma Samira. Kita mampir dulu ke toko adventure baru on the way antar om Andi."
Setelah mengatakan itu, Joanna langsung tancap gas dari parkiran kolam renang merangkap Waterboom tersebut. Joanna bahkan belum lima menit berkendara namun suara Enzo benar-benar berhasil membuatnya menggeram.
"Oma, Om Andi ikut pulang sama kita aja, ya?"
"Kamar di rumah kita sudah penuh," jawab Joanna yang menolak itu secara halus.
"Nanti boboknya sama kita Oma."
Joanna memilih menarik napas dalam-dalam dan pelan-pelan ia embuskan perlahan.
"Kamar kalian single bed. Om Andi sudah besar, enggak akan kuat tempatnya."
"Kita bangun tenda aja pakai selimut kaya yang diajarin Om Juna."
Rasanya kali ini Joanna ingin menangis dan memukul mukulkan kepalanya di atas kemudi saat Enzo dan Enzy tidak henti-hentinya memiliki jawaban atas setiap perkataannya.
Tidak mau membuat dirinya semakin gila sendiri, Kini Joanna memilih diam. Ia memilih fokus pada kemudinya. Sedangkan di kursi penumpang belakang, Andi, Enzy dan Enzo sudah bercerita ngalor ngidul ngetan ngulon. Joanna yang sejak tadi tidak mendengar suara Nef langsung menoleh dan ia tersenyum ketika mendapati si bungsu justru sudah tertidur dengan pulas di kursi.
Saat berhenti di lampu merah, Joanna membelai wajah Nef yang terlihat imut ini. Wajah Nef memang perpaduan sempurna antara Fabian serta Deva walau lebih condong ke arah Deva.
Andi yang melihat Joanna sedang membelai-belao wajah Nef hanya bisa menempelkan tangannya di bibir dan membuat tanda agar Enzo serta Enzy diam.
"Sssuutt....."
"Kenapa sih, Om?"
"Nef bobok, kalian jangan berisik."
"Nef udah kenal. Tiap hari juga dia dengar kita berantem."
"Tapi kasihan sama adik kalian berdua. Sekarang kalian bobok juga sini."
"Enggak, aku enggak mau bobok. Aku mau ngobrol aja. Aku enggak mau pas bangun nanti Om Andi udah pergi dari mobil."
Andi langsung diam dan menatap Enzy. Siapa sangka ada manusia yang takut kehilanganmu dirinya walau itu hanya cucu Joanna. Sejak anak dan istrinya meninggal, tidak ada yang peduli kepadanya. Jangankan takut ia pergi, ia ada dan tidak saja terkadang orang lain tidak peduli.
Tin... tin....
Suara klakson dar arah belakang membuat Joanna kembali melajukan mobilnya untuk membelah kemacetan kota Jogja. Ia terus melakukan mobilnya menuju ke lokasi toko perlengkapan Adventure milik Juna (suami sahabat Deva).
Di lampu merah kedua, Joanna langsung membuka tasnya karena ia mendapatkan pesan. Ternyata dari Samira yang mengirimkan apa saja yang harus mereka bawa. Joanna yang membaca sekilas isi pesan tersebut segera meletakkan kembali handphonenya dan ia fokus pada kemudi mobil.
Sepuluh menit kemudian, ia sampai di sebuah toko adventure yang memiliki jalan cukup luas. Saat ia berhasil memarkirkan mobilnya, Enzy dan Enzo langsung berhamburan keluar dari mobil. Andi langsung mengikuti kedua bocah itu keluar. Tidak mungkin Joanna akan bisa menjaga mereka seorang diri. Kini setelah melihat Andi sudah mengawal kedua cucunya masuk ke dalam toko, Joanna mencoba membangunkan Nefertiti. Sayangnya, Nefertiti tidak mau bangun juga. Dengan terpaksa Joanna segera mengambil tasnya dan keluar dari mobil. Ia berjalan menuju ke arah sisi penumpang depan dan ia terpaksa menggendong Nef.
"Okay, aku pasti bisa. Hitung-hitung ini sebagai latihan angkat tas gunung 60 liter besok pagi," kata Joanna dalam hati dan setelahnya ia segera menggendong Nef untuk keluar dari mobil.
Dengan berjalan pelan karena ada Nef dalam gendongannya, Joanna memasuki store. Saat sampai di sana, ia segera mengedarkan pandangannya. Suara Enzy dan Enzo memenuhi isi toko ini. Mereka sudah heboh memilih barang-barang seperti tas dan sepatu.
"Aku mau tas yang ini warna biru," kata Enzo yang membuat Andi mencoba mengambilkan tas yang ditunjuk boleh Enzo.
Karena Enzy masih diam saja, Andi mencoba untuk menawarkan apa yang ada di depannya. "Enzy mau yang mana?"
"Aku mau yang gambar Transformers tapi enggak ada."
Andi berusaha menahan tawanya, namun gagal. Kini ia sudah tertawa cekikikan karena mendengar perkataan Enzy yang terdengar lucu baginya ini. Saat ia menoleh, Andi menemukan Joanna yang sedang kerepotan menggendong Nef segera pamit kepada Enzo serta Enzy.
"Kalian di sini dulu ya sebentar."
"Om mau ke mana?"
"Itu ke tempat Oma. Kasihan Oma gendong Nef."
Kedua anak itu menganggukkan kepalanya dan segera Andi berjalan menuju ke Joanna. Joanna cukup kaget ketika Andi berada di hadapannya.
"Ada apa?" Tanya Joanna tanpa basa basi.
"Sini aku bantuin gendong, Nef."
Satu detik ...
Dua detik...
Tiga detik....
Joanna diam terpaku saat mendengar perkataan Andi. Bagaimana bisa Andi sebaik ini kepadanya padahal ia sudah ketus sejak awal mereka bertemu? Bahkan berkali-kali Joanna yakin jika ia sudah memencet tombol emosi yang ada di dalam diri Andi.
Melihat Joanna yang masih diam saja, Andi segera tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya, aku gendongin Nef sini. Kamu bisa cari apa yang teman kamu minta. Aku gendong Nef sekalian awasin Enzo sama Enzy."
Joanna menelan salivanya. Bibirnya terasa terkunci rapat hingga sulit berkata-kata. Akhirnya ia memilih menganggukkan kepalanya. Setelah itu Andi segera mengambil Nef yang ada di dalam gendongan Joanna. Beberapa saya kemudian Nef sudah berada dalam gendongan Andi.
S
Ata sebuah beban yang cukup berat hilang dari depan tubuhnya, akhirnya Joanna bisa bernapas dengan lega. Ia memperhatikan Andi yang terlihat cukup nyaman dan tidak merasa keberatan menggendong Nef yang berbobot sekitar 15 kilogram."Sudah buruan sana, kamu cari apa yang teman kamu minta."
Joanna menganggukkan kepalanya dan ia segera berjalan untuk menuju ke arah jaket gunung. Sambil berjalan, Joanna memilih untuk mengambil handphonenya dan membuka pesan dari Samira. Ada jaket tebal, sepatu, baju ganti dan beberapa printilan lagi.
Andi yang melihat Joanna sudah mulai menjalankan tugasnya, segera menghampiri Enzo dan Enzy. Kini tugasnya adalah menjaga tiga anak yang salah satunya ada dalam gendongannya. Dalam hati, Andi benar-benar salut pada Fabian dan istrinya yang bisa sabar saat memiliki tiga anak dengan jarak usia yang sedikit. Apalagi kini ketiga anak mereka masih balita seperti ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
General FictionSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...