131. First Meet with Warren

817 129 13
                                    

Andi bangun dari atas ranjang yang ia tiduri lalu dirinya merenggangkan tubuhnya dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Beberapa saat kemudian Andi berjalan keluar dari kamar ini. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur untuk mengambil minum.

Hmm.... Siapa yang mengira jika paginya akan seindah ini? Bangun pagi tanpa adanya gangguan. Selesai meminum air putih, Andi berjalan menuju ke arah kamarnya lagi. Baru saat ia sampai di ruang keluarga, langkah kaki Andi terhenti ketika melihat Joanna menuruni tangga dengan hanya mengenakan lingerie pendek berbahan satin. Andi menelan salivanya karena melihat bagaimana pagi-pagi seperti ini Joanna sudah tampak panik setengah mati. Terlebih saat sudah dekat dengan dirinya, Andi semakin tidak bisa berkata-kata.

Sialan, siapa sangka jika Joanna akan se-hot ini pagi-pagi sehingga timbul perasaan di diri Andi untuk mencicipi rasanya. Dengan kewarasan yang masih tersisa di dalam dirinya, Andi berusaha kuat untuk fokus pada kedua mata Joanna. Bukan kepada kedua gunung kembar Joanna yang menggugah gairahnya sebagai seorang laki-laki normal.

"Gawat, An... Gawat... Kamu enggak bisa di sini sekarang."

"Kenapa?" Tanya Andi dengan wajah bingungnya.

Sadar jika saat ini dirinya tidak memiliki waktu, Joanna memilih untuk segera menarik tangan Andi menyingkir dari ruang keluarga. Ia akan menjelaskan ini nanti ketika semua sudah terkondisikan.

Mungkin saat ini keberuntungan memang sedang tidak berpihak kepada Joanna dan Andi. Karena baru saat mereka sampai di dekat tangga, tiba-tiba sebuah suara membuat Joanna berhenti berjalan cepat sambil menggeret Andi.

"Joanna?"

Suara yang sangat Joanna kenal hingga akhirnya Joanna memilih menutup kedua matanya. Dalam hatinya sedang berpikir apa yang bisa ia lakukan sebagai cara untuk menyelamatkan Andi dari adik laki-lakinya ini. Terlepas Warren orang yang sangat open minded, tetapi ia paling tidak suka kepada sepasang kekasih yang memutuskan untuk tinggal bersama sebelum pernikahan di gelar.

Mampus....
Habis sudah dirinya saat ini. Pasti Warren akan mengadukan dirinya pada Simon dan Benjamin.

Setelah yakin bahwa ia sanggup untuk menghadapi dunia, Joanna memilih membuka matanya lagi. Ia lepaskan tangan Andi yang sedang ia genggam kali ini. Ia balikin tubuhnya dan ia tersenyum kepada Warren.

"Hai, Ren," sapa Joanna sok ramah.

Andi yang memperhatikan laki-laki yang berada sekitar lima meter di hadapannya ini, langsungnya tersenyum. Siapa sangka jika ia akan bertemu dengan Warren secepat ini. Andi memilih tetap diam dan berdiri di tempatnya saat ini sambil memperhatikan Joanna yang sedang berjalan untuk memeluk saudaranya ini. Otak Andi sibuk melihat apa yang bisa ia jadikan alasan kepada Warren karena pagi-pagi seperti ini bagian atas tubuhnya sudah tidak tertutup sehelai benangpun. Untung saja ia masih mengenakan celana pendek warna merah. Itu juga Andi berusaha membuat Junior tidak menonjol di sana.

Baru setelah Joanna mengurai pelukannya dengan Warren, Warren langsung melihat ke arah Andi. Ia amati Andi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Siapa laki-laki yang berani menginap di villa kakak perempuan satu-satunya ini? Apakah Fabian dan Deva tahu kelakuan Joanna yang mengajak laki-laki untuk menginap berdua saja di villa ini?

Walau otak Warren berusaha untuk berpikiran positif, namun tetap saja gagal. Penampilan Joanna dan laki-laki yang tidak jauh dengan dirinya ini sudah seperti sepasang suami istri yang baru saja mengarungi malam ini dengan peperangan panjang.

"Siapa dia?" Hanya dia kata yang meluncur dari bibir Warren, namun nyatanya sukses membuat Joanna gelagapan.

Melihat Joanna yang tampak bingung mencari alasan, Andi segera berinisiatif. Ia tersenyum dan segera melangkahkan kakinya untuk mendekati Warren. Saat sampai di hadapan Warren, Andi mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Warren.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang