"Jo, kamu enggak mau nyuapin anak-anak lagi?" Tanya Andi sambil lalu karena ia masih fokus pada makanan yang sedang ia santap di depannya.
"Enggak. Memangnya kenapa?"
"Ya, enggak pa-pa sih, tapi kalo enggak kamu suapin lihat makannya anak-anak, pada belepotan gitu makan mie-nya."
Joanna mengangkat pandangannya dan ia bisa melihat ketiga cucunya yang sedang makan sendiri. Tampak wajah mereka yang belepotan di sekitar bibir dan pipi. Melihat itu semua, Joanna menghela napas panjang lalu menggelengkan kepalanya pelan.
Joanna ingin menginterupsi mereka dengan menyuapi mereka secara bergantian. Sayangnya ia tidak mau melakukan itu karena seolah dirinya memberi kesempatan kepada Andi untuk bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang akan ia lakukan kepada cucu-cucunya. Ia tak mau Andi menyuapinya lagi seperti saat mereka makan malam di tenda Wisnuaji.
"Biarin aja, An. Nanti tinggal dibersihkan pakai tisu basah."
"Itu baju mereka juga kotor, Jo."
"Enggak pa-pa, nanti kalo sudah sampai di rumah tinggal dimandiin terus suruh tidur."
"Masih dimandiin, ya mereka?"
Joanna menganggukkan kepalanya. Kini Joanna mulai meneruskan sesi makan siangnya. Ia berusaha mengabaikan Andi dan tidak terlalu menanggapi apa yang Andi katakan kepadanya. Perilaku Andi kepadanya tadi yang mencium pipinya saat sesi berfoto membuat Joanna kecewa tapi ia sudah enggan untuk marah. Sepertinya kemarahannya tidak membuat Andi jera apalagi gentar untuk membuatnya selalu emosi.
Saat semua sudah selesai makan, Joanna langsung berdiri dari kursi yang ia duduki. Andi yang melihat itu segera bertanya kepada Joanna. Ia tidak mau Joanna mentraktir dirinya. Habis sudah reputasinya sebagai laki-laki jika Joanna yang membayari makan siangnya.
"Kamu mau ke mana, Jo?"
"Toilet. Kenapa? Mau ikut?"
"Emang boleh?"
Joanna baru menyadari jika ia telah salah berkata-kata. Kini ia memilih segera meninggalkan Andi untuk turun ke bawah. Saat di bawah, Joanna memilih segera menuju ke arah meja kasir dan membayar semua makanan mereka. Selesai itu baru ia menuju ke kamar mandi.
Baru juga Joanna keluar dari kamar mandi dan ia baru akan kembali ke lantai dua ketika melihat Andi serta ketiga cucunya sudah menunggu di dekat tangga. Bahkan tatapan Andi kepadanya benar-benar tatapan menyelidik. Joanna lebih memilih mengabaikan tatapan Andi dan ia segera bertanya kepada ketiga cucunya.
"Kok kalian sudah turun?"
"Iya, Oma. Aku mau pulang," kata Enzy yang biasanya memang tidak terlalu suka keluar rumah dalam waktu yang cukup lama.
"Ya sudah, ayo kita pulang," ajak Joanna pada ketiga cucunya.
Andi memilih untuk berjalan di paling belakang. Ia ingatkan kepada dirinya sendiri untuk menanyakan kepada Joanna kenapa Joanna justru memilih membayari semua makan siang mereka? Padahal ia pamit untuk ke toilet bukan ke kasir. Baru saat mereka sudah di mobil dan Andi melajukan mobil SUV milik Fabian lagi, mau tidak mau Andi segera bertanya kepada Joanna.
"Jo?"
"Hmm.."
"Kenapa kamu bayarin semua makan siang kita?"
"Memangnya kenapa? Aku rasa enggak ada yang salah dengan itu."
"Jo, aku 'kan cowok. Harusnya aku yang bayarin makan siang kita. Bukan kamu."
Joanna menyunggingkan senyum tipisnya saat mendengar kata-kata Andi saat ini. Mungkin bisa saja Andi berperilaku seperti itu jika ia sedang pergi berkencan dengan perempuan, tapi ini bukan kencan. Mereka hanya mampir makan siang bersama. Ini pun tidak mereka lakukan berdua. Ada kehadiran Nefertiti, Enzo dan Enzy bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Ficção GeralSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...