"Mama masuk ke dalam dulu ya, Bi?" Pamit Joanna kepada Fabian.
Andi yang melihat Joanna akan masuk ke dalam pintu keberangkatan hanya bisa menghela napas panjang. Rasanya ia seperti anak kecil yang akan ditinggal oleh sang ibu. Ingin rasanya Andi kabur dari Fabian dan Deva namun ia tidak bisa melakukan itu saat ini. Bagaimana pun juga ia harus menghadapi Fabian yang mungkin akan menguliti setiap jengkal tubuhnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk Andi jawab namun tetap harus ia jawab dengan jujur.
Dalam hati Andi ia terus berdoa semoga Fabian nanti tidak akan bertanya-tanya kepadanya tentang apa yang terjadi kepadanya dan Joanna di depan pintu keberangkatan tadi.
"Kok cuma Fabian aja yang dipamitin. Ayang Andi enggak dipamitin, Ma?"
Demi warga bikini bottom yang tetap bisa membuat api unggun walau hidup di dasar lautan, Joanna kali ini merasa malu setengah mati. Apalagi cara Deva mengatakan kata "ayang Andi" benar-benar dengan nada menggoda. Apes, sungguh apes hidupnya saat ini.
"Tadi udah, Dev," jawab Andi singkat.
"Enggak pingin lagi, Om? Padahal yang tadi udah mirip cerita-cerita romantis di film lho, ciuman di bandara."
Somprettt....
Andi benar-benar ingin mengadu kekuatan jidatnya dengan tembok saat mendengar ocehan Deva ini.
"Enggak usah, nanti kamu pingin."
"Ye, kalo aku mah udah halal. Nih, mau aku cium begini, muach juga enggak akan ada yang protes apalagi nimbun dosa," kata Deva sambil mencium Fabian sekilas.
Joanna mencoba menarik napas dalam-dalam dan pelan-pelan ia embuskan perlahan. Merasa bahwa ia tidak akan kuat untuk untuk lebih lama bergabung dengan anak, menantu serta Andi lagi, Joanna memilih segera masuk ke dalam pintu keberangkatan.
Saat Joanna sudah masuk ke dalam dan meninggalkan dirinya bersama Deva dan Fabian, kini Andi menjadi kikuk. Apalagi tatapan Fabian benar-benar sanggup menghujam jantungnya.
Mencoba mengabaikan tatapan mata Fabian, Andi langsung berbasa-basi. "Kalian pulang naik apa?"
"Di jemput supir kantor yang tadi antar Mama ke Bandara."
Mampus ...
Berarti kini dirinya harus semobil dengan Fabian dan Deva?Ya Tuhan,
Andi menjadi bingung harus seperti apa lagi dirinya kali ini bersikap. Walau susah payah ia mencoba untuk biasa saja, namun nyatanya itu sulit untuk dilakukan."Oh, kalo begitu sekarang kita ke parkiran."
Fabian menganggukkan kepalanya dan ia memilih berjalan lebih dulu daripada Deva dan Andi. Deva yang melihat kelakuan suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Setelah itu ia menoleh ke arah Andi dan ia tepuk-tepuk pelan punggung belakang Andi.
"Yang sabar ya, Om. Maklumi aja, namanya juga anak laki-laki ke ibunya."
Andi menganggukkan kepalanya. "Memang Om yang salah. Harusnya om enggak lakuin itu di sini."
"Kalo enggak di sini mau di mana? Di kamar hotel?"
Seketika mata Andi membelalak lebar saat mendengar ucapan santai Deva ini.
"Enggak, Om enggak bakalan kaya gitu."
"Oh, iya salah, bukan di hotel tapi di tenda," kata Deva dengan santai kemudian ia berjalan meninggalkan Andi untuk berjalan menyusul sang suami.
Saat Deva sudah meninggalkan dirinya begitu saja dan memilih menyusul Fabian, mau tidak mau Andi juga ikut menyusul Deva. Bahkan saat ia sampai di parkiran mobil, Fabian dan Deva sudah menunggunya di depan mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Fiksi UmumSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...