Setelah turun dari mobil, Andi memperhatikan rumah yang ada di hadapannya. Rumah yang jika di lihat sekilas tidak lebih mewah daripada rumah miliknya, namun rumah ini tampak berbeda. Entah karena atap uniknya atau apa. Kini bahkan Enzo, Enzy dan Nefertiti sudah menariknya untuk segera berjalan ke arah pintu utama rumah ini. Joanna memilih berjalan di belakang mereka berempat hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu rumah itu.
Andi memilih untuk memencet bel rumah. Beberapa saat mereka menunggu hingga akhirnya seorang pekerja rumah tangga membukakan pintu untuknya.
"Selamat pagi, Minah. Bapak sama ibu ada?" Suara Joanna dari arah belakang membuat Andi menoleh.
"Pagi, Bu Joanna. Ealah, saya kira siapa, lha enggak kelihatan ada di belakang. Masuk, Bu. Bapak sama ibu lagi di belakang sama Alda."
Andi mengangguk kecil dan kini mereka semua segera masuk ke dalam. Hal pertama yang bisa Andi rasakan ketika memasuki rumah ini adalah kenyamanan. Saat sampai di ruang keluarga, Andi bisa melihat jika ternyata rumah ini adalah rumah keluarga teman Deva.
"Jo, ini rumah keluarga teman menantu kamu?" Tanya Andi kepada Joanna dengan suara kecil ketika mereka berjalan menuju ke arah halaman belakang rumah.
"Lebih tepatnya ini adalah rumah mertua teman Deva."
"Kamu sedekat itu sama mereka?"
"Iya, lumayanlah, An. Kita sering ngumpul bareng kadang. Kenal mereka jadi nambah keluarga baru di sini."
Andi memilih diam dan menganggukkan kepalanya. Obrolan mereka terhenti ketika mereka sampai di halaman samping rumah ini.
"Ibu solehot... dicariin mertuanya Mbak Deva," teriak Minah dari teras halaman belakang yang menyambung dengan halaman samping rumah ini saking luasnya.
Joanna menahan tawanya saat mendengar kata-kata Minah ini. Joanna kadang malah cukup takjub dengan hubungan asisten dan majikan di rumah ini. Mereka terlalu dekat hingga kadang sudah seperti keluarga.
Samira yang mendengar Minah memanggil namanya segera berkata kepada sang suami.
"Mas, itu Joanna sudah datang. Udah aja kita mandiin si Alda. Anak-anak juga ayo kita angkat dari punggung si Alda."
Wisnuaji menganggukkan kepalanya. Ia mencoba membujuk Galen serta Edel untuk turun dari atas kerapas Alda yang besar dan lebar.
"Anak-anak, ayo turun."
"Enggak mau. Mau diantar Alda ke sana."
"Kasihan Alda, Sayang," Samira mencoba membujuk Galen agar segera turun. Walau Alda adalah seekor kura-kura aldabra berukurang raksasa yang sudah berumur lebih dari 35 tahun tetapi tetap saja Samira tidak tega jika harus menjadikan Alda ojek dadakan si kembar.
Saat kedua anak itu akhirnya turun, siapa sangka jika Alda juga mengikuti mereka berjalan di belakangnya secara pelan.
Andi yang sejak tadi memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling berumah ini justru sedang bertanya-tanya, ini rumah atau kebun binatang? Karena halaman luas ini benar-benar di penuhi berbagai macam hewan. Andi bisa melihat kolam yang ada di dekatnya dihuni berbagai macam kura-kura air dan matanya sempat membelalak ketika melihat seekor buaya. Ternyata setelah ia perhatikan itu bukan buaya, tetapi kaiman, sang raja sungai.
Lebih jauh matanya memandang, Andi melihat dua ekor kura-kura sulcata albino yang cukup besar. Tidak hanya itu saja. Andi bisa melihat burung Macaw, burung Kakak Tua Raja Hitam yang begitu cantik ada di tempat ini. Tidak hanya satu melainkan dua ekor burung Macaw dan dua ekor burung Kakak tua. Andi mengikuti Joanna maju ke depan. Saat akan keluar dari teras, di bawah kaki mereka ada kolam ikan koi dengan berbagai macam warna. Ternyata kolam ini memiliki batas antara kolam reptil dan kolam ikan koi.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Ficción GeneralSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...