115. Renda Hitam

1.2K 142 7
                                    

Andi membuka pintu taxi online itu terlebih dahulu. Setelah ia keluar, Andi membukakan pintu penumpang belakang untuk Enzo, Enzy dan Nefertiti. Sambil mereka melangkahkan kakinya keluar dari dalam taxi online, mereka mengucapkan terimakasih kepada Andi.

"Makasih, Om Andi."

"Sama-sama. Sekarang Om antar kalian masuk ke dalam, ya?"

"Sampai di sini aja enggak pa-pa, Om. Om Andi 'kan harus siap-siap mau pergi sama Oma nanti."

Mendengar perkataan Enzy ini, entah kenapa hati Andi terasa terenyuh. Apalagi saat Enzy kemudian maju selangkah lalu memeluk kaki kanannya. Andi langsung menutup kedua matanya. Ia berusaha untuk tidak menangis kali ini. Perlakuan sederhana dari ketiga anak-anak ini telah berhasil membuat Andi merasa tidak tega meninggalkan mereka sendirian di rumah. Semoga saja Deva benar-benar pulang. Jika tidak, ia lebih baik membatalkan semua perjalanan ini dan mengurus anak-anak.

"Ayo masuk. Keburu telat."

Perkataan Enzo ini membuat Enzy mengurai pelukannya pada kaki Andi dan segera mengikuti kedua saudaranya menuju ke arah pintu utama. Setelah mereka sampai di dalam ruang kelasnya, Andi memilih segera keluar dari sekolah ini. Baru juga ia akan memesan taxi online, tiba-tiba punggungnya di tepuk dari arah belakang yang membuat Andi menghentikan aktivitasnya.

"Eh, Wis," ucap Andi saat melihat Wisnuaji ada di belakangnya. 

"Kok sendiri, Joanna mana?"

"Masih tidur."

Walau bersusah payah mencoba menahan rasa ingin tertawanya, namun tetap saja gagal. Kini Andi hanya bisa diam sambil melihat Wisnuaji yang sudah menganggap kejadian ini mungkin hal yang lucu baginya.

"Apa yang lucu sih, Wis?" Tanya Andi ketika tawa Wisnuaji sudah hilang.

"Kamu, An. Kamu ini benar-benar all out ya jadi calon Opa. Omanya masih tidur, tapi kamu sudah mau antar mereka ke sekolah sendiri."

"Bukannya memang gitu ya kalo kita sudah punya pasangan? Cuma saling ngertiin aja."

Wisnuaji menganggukkan kepalanya. "Iya, yang penting saling dan menerima tanpa ngoceh di belakang. By the way naik apa ke sini?"

"Taxi."

"Ayo, aku antar pulang saja, An."

"Enggak usah lah, Wis."

"Enggak pa-pa. Nanti aku ajakin sarapan di dekat stasiun tugu."

"Soto? Kemarin kita sudah makan soto."

"Hari ini kita makan soto lenthok."

Andi mengernyitkan keningnya. Sepertinya ia memang belum pernah makan soto lenthok. Apa perbedaannya dengan soto biasa?

"Ayo, An buruan. Keburu macet jalannya."

Andi menganggukkan kepalanya dan kini ia berjalan bersebelahan dengan Wisnuaji menuju ke arah Wisnuaji memarkirkan mobilnya. Andi yang melihat mobil Wisnuaji hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kamu tiap hari ganti mobil udah kaya ganti baju aja, Wis."

"Ini bukan mobilku, tapi mobilnya Nada. Kata dia suruh pakai aja daripada nganggur di rumah selama dia pergi ke Thailand."

Sepertinya hubungan Wisnuaji dan menantunya cukup dekat. Ini membuat Andi berpikir, apakah dirinya bisa sedekat ini dengan Deva dan Fabian?

Saat mereka sudah masuk ke dalam mobil, Wisnuaji segera menjalankan Range Rover Evoque warna hitam milik Nada untuk menuju ke jalan Mangkubumi. Selama perjalanan baik Wisnuaji dan Andi mengobrol ringan tentang kehidupan mereka sehari-hari.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang