27. Kegalauan Om Andi

1.7K 195 2
                                    

"Alhamdulillah, kenyang juga malam ini walau cuma pakai lauk seadanya," kata Andi sambil mengelus perutnya.

Wisnuaji dan Samira tersenyum saat mendengar kata-kata Andi ini. Sepertinya apa yang dirasakan oleh Andi sangat berbeda dengan Joanna yang makan kurang dari 10 suapan.

"Kamu kenyang, An. Soalnya lebih banyak masuk nasinya ke kamu bukan ke Joanna."

Andi menggelengkan kepalanya. "Ya gimana, Joanna takut jarum timbangannya jalan ke arah kanan. Padahal kalo ke arah kanan itu 'kan bagus biar makin berisi daripada badan kering kerontang kaya orang enggak pernah makan."

Samira tertawa cekikikan ketika mendengar kata-kata Andi ini karena ia tahu bagaimana Joanna menghitung setiap asupan makanan yang masuk ke tubuhnya. Joanna bahkan melakukan diet gula serta garam selama puluhan tahun.

"Oma.... Ayo kita pulang ke tenda, aku ngantuk," kata-kata Nefertiti membuat Joanna tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Akhirnya ada yang menolong dirinya untuk terbebas dari situasi menyebalkan ini. Tanpa banyak membuang-buang waktu, Joanna segera memilih untuk pamit kepada Wisnuaji dan Samira. Joanna juga tidak lupa untuk mengajak dua cucu kembarnya.

Andi hanya bisa diam ketika menyadari Joanna tidak mengajaknya. Sungguh, wanita ini sangat sulit untuk diprediksi. Terkadang jinak, terkadang buas dan terkadang benar-benar mampu membuat orang merasa dikacangi serta keki sendiri.

Andi kini hanya bisa melihat Joanna yang memilih untuk kembali ke tenda dengan ketiga cucunya tanpa mengajaknya ikut serta. Wisnuaji dan Samira yang melihat Andi tidak segera menyusul Joanna justru menatap Andi dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Kalian kenapa lihatin aku begitu?"

"Kenapa kamu enggak ikutin Joanna balik ke tenda?"

Andi menggelengkan kepalanya. Ia takut akan kebablasan lagi jika ia tidur dekat dengan Joanna. Tidak peduli jika ada anak-anak di dekat mereka karena pesona Joanna yang luar biasa itu kemungkinan bisa membuat dirinya nekat.

"Aku takut."

"Takut kenapa?" Tanya Samira dengan nada suara keheranan yang tidak bisa ia sembunyikan lagi.

"Takut dia marah lagi."

Wisnuaji langsung mengeluarkan kata-kata yang terlintas di dalam kepalanya. "Owalah, aku kira takut mengulang adegan yang sama lagi. Secara yang tadi belum berhasil bobol gawang."

Plak....

Wisnuaji merasakan panas serta sedikit pedih karena Samira langsung menampar pahanya dengan cukup keras kali ini. Andi yang melihat itu berusaha untuk tidak tertawa cekikikan.

"Sakit, Sam."

"Enak 'kan, Mas? Makanya kalo ngomong kasih filternya. Jangan ketularan sama menantu."

Andi yang mendengar itu menjadi terdiam. Kehidupan Wisnuaji benar-benar sempurna. Bahkan Enzo, Enzy dan Nefertiti saja memangil dirinya Opa. Seakan dirinya adalah kakek mereka. Kasih sayang ketiga bocah itu kepada Wisnuaji juga tampak nyata.

Andi menghela napas panjang dan kini ia memilih keluar dari dalam tenda tanpa berpamitan kepada Wisnuaji. Ia tidak mau mendengarkan perdebatan suami istri ini. Saat Andi keluar dari tenda, semilir angin laut langsung menyapa kulitnya yang membuatnya sedikit terasa gatal kembali.

Ia memilih tidak kembali ke tenda karena tidak ingin membuat Joanna marah kepadanya. Ini adalah waktu di mana ia harus memikirkan apa yang terjadi kepadanya dan Joanna. Dirinya tahu semua sudah kebablasan jauh tetapi untuk mundur sudah sangat tanggung. Otak Andi tidak bisa berhenti berpikir, kenapa wanita itu harus Joanna Tan?

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang