47. Meminta Maaf dan Meminta Restu

1.5K 167 6
                                    

Deva tersenyum dengan puas saat ia berhasil mendapatkan foto serta video Andi bersama ketiga anak-anaknya. Dengan skill mata-matanya yang sudah tidak diragukan lagi, Deva akan mengirimkan hasil kerja kerasnya kepada sang suami.

Deva : *sending Vidio*

Deva : *sending picture*

Deva : tugas negara aku sebagai istri yang paling sholehah berbonus solehot ini sudah selesai ya, Bi. Kamu bisa lihat sendiri gimana om Andi benar-benar Opa peluk able banget. Pokoknya aku sudah madep mantep milih Om Andi jadi Opa sambungnya anak-anak.

Fabian : semua tergantung Mama.

Deva : salah. Semua tergantung kamu sebagai anaknya. Mama 'kan maunya kamu kasih restu dulu buat Om Andi.

Fabian yang baru saja menikmati coffee break bersama Tom ketika membaca pesan istrinya itu hanya bisa tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. Tom yang melihat Fabian sedang senyam senyum tidak jelas ini segera menegur.

"Why you look so happy today?"

"I'm so grateful to have Deva in my life."

Tom langsung tersenyum bahagia saat mendengar jawaban Fabian ini. Ia bersyukur akhirnya Deva mendapatkan pendamping yang benar-benar mencintai dirinya setelah kegagalan hubungannya dengan Lionel Ananta dulu. Dulu Tom sempat takut jika Fabian akan mencampakkan Deva karena usia Deva yang lebih tua berbonus sikap Dava yang terkadang sangat di luar nalar.

"Iya, walau dia sifatnya seperti itu tapi dia sangat menyayangi kamu dan Mama kamu."

"Iya, Om. Dia sayang banget sama Mama. Sampai waktu kita umroh kemarin bareng Mama, Deva berdoa di depan Ka'bah. Dia minta ke Tuhan agar Mama diberikan pendamping. Deva ingin masa tua Mama itu enggak sendirian di rumah dan cuma di habiskan berdua saja sama Tante Anin."

"Lalu doa Deva sudah terkabul belum sampai saat ini?" Tanya Tom menyelidik karena semalam Salma sudah bercerita banyak kepadanya tentang sosok Andi Saputra. Laki-laki yang disinyalir sedang dekat dengan Joanna Tan.

Tom penasaran, apakah Fabian sebagai seorang anak mengetahuinya atau tidak. Mengingat hubungan Fabian dan Joanna yang cukup dekat seharusnya Fabian juga mengetahui tentang kabar burung ini.

"Antara sudah dan belum, Om."

"Lho kok begitu?"

Fabian menatap Tom lekat-lekat. Haruskah ia bercerita kepada Tom tentang apa yang terjadi dan menanyakan bagaimana pendapat Tom? Bagaimanapun Tom seusia Andi, sehingga mungkin ia bisa memberikan pandangannya berdasar hasil ceritanya nanti.

"Soalnya laki-laki yang lagi dekat sama Mama ini adalah seorang duda tanpa anak yang juga rekan bisnis perusahaan kita."

"Bagus berarti. Setidaknya dia bukan suami orang dan Mama kamu tidak perlu pusing memikirkan bagaimana cara mendekatkan dirinya ke calon anak sambungnya. Kalo mereka saling suka dan cinta, sebaiknya kamu sebagai seorang anak jangan terlalu menghalangi hubungan mereka. Mama kamu berhak bahagia walau usianya sudah tidak lagi muda."

Fabian mencoba menarik oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitarnya lalu ia menahan napasnya selama empat detik kemudian pelan-pelan ia embuskan perlahan. Fabian mengulangi hal ini sampai tiga kali.

"Masalahnya laki-laki ini sedikit tidak bisa mengontrol gairahnya, Om. Dia bahkan mencium Mama di depan pintu keberangkatan bandara. Jelas aja semua orang bisa melihat itu. Sungguh memalukan, Om," kata Fabian sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalo dia sampai mencium Joanna dan Joanna tidak suka diperlakukan seperti itu, pasti Joanna sudah menampar laki-laki itu berkali-kali. Kalo dia diam dan menerima semua pemberian Andi berarti perasaannya dan Andi juga sudah sama. Mereka sama-sama memiliki ketertarikan lebih dari sekedar rekan bisnis."

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang