Deva yang melihat raut wajah Fabian menampilkan raut tidak suka sedang berpikir bagaimana cara membuat suaminya ini baik kembali.
"Bi?"
"What?"
"Aku rasa kamu enggak perlu sampai marah dengan apa yang dilakukan Om Andi ke Mama. Karena buat orang dewasa sentuhan fisik itu wajar. Lagipula Om Andi enggak sampai ngajak Mama masuk kamar berdua apalagi berbuat yang enggak-enggak."
"Tahu dari mana kamu, Dev?"
Deva menelan salivanya. Ia tahu bahwa di kamar Joanna mereka tidak memasang CCTV selain di luar kamar.
"Feeling aja sih."
"Kenapa feeling kamu ngomong gitu?"
"Kalo Om Andi sudah mencicipi menu utamanya kenapa dia masih mau dengan sekedar menu pembuka seperti itu."
Fabian memilih diam dan ia tidak mau menanggapi kata-kata istrinya yang ia tahu maksudnya. Bagi Fabian laki-laki baik tidak akan melakukan hal itu kepada wanita yang belum menjadi istrinya. Dia saja belum pernah mencium Deva sebelum mereka resmi menikah, ini Andi sudah colong start kepada Mamanya.
"Laki-laki baik enggak mungkin kaya gitu ke perempuan yang belum jadi mahromnya, Dev."
"Kamu ngomong gitu seolah om Andi yang sulit. Siapa tahu aja Mama yang justru sulit diajakin ke penghulu."
Fabian tahu jika ia akan lebih sering kalah berdebat dengan Deva karena itu dirinya memilih untuk segera meninggalkan Deva sendirian di sini. Kini setelah kepergian Fabian dari hadapannya yang bisa Deva lakukan adalah menepuk jidatnya. Semoga saja Salma memiliki informasi yang lebih tentang apa yang dilakukan Joanna dan Andi di villa. Jangan sampai seorang Joanna Tan hamil terlebih dahulu sebelum menikah dan mengikuti jejak Salma. Bisa-bisa Deva dibuat stress jika hal itu sampai terjadi.
***
Joanna menggeram ketika baju-baju yang ia temukan di walk in closet ini lebih pantas disebut sebagai lingerie daripada pakaian biasa. Joanna terus membolak-baliknya dan akhirnya ia menemukan sebuah lingerie merah berbahan satin. Terpaksa ia menggunakan lingerie itu yang ketika ia kenakan jatuh di atas lututnya. Untung saja lingerie merah ini memiliki kimono yang bisa menutupi bahu mulusnya. Selesai berpakaian, Joanna segera menuju ke meja rias milik Salma. Saat sampai di sana, ia segera menghidupkan hairdryer. Sambil mengeringkan rambutnya, Joanna terus berpikir tentang apa yang terjadi di hidupnya kali ini dengan Andi.
Ia tidak pernah mengira jika hubungan mereka akan serumit ini. Dirinya bukan perempuan yang mudah melangkah apalagi jika untuk terikat lagi dalam sebuah hubungan. Andai saja ia bisa mengintip takdir, tentu saja itu akan membantunya agar tidak segalau ini saat ini. Ia tidak mau gagal untuk kedua kalinya. Cukup sekali ia ingin bunuh diri dan mengakhiri semuanya. Tidak ada jilid dua dan jilid tiga lagi di hidupnya.
Ia tahu Andi mapan secara finansial. Bahkan mungkin menghidupi dirinya saja akan kuat tanpa dirinya harus berkerja keras seperti saat ini. Namun itu justru yang membuat Joanna takut. Ia yang merupakan perempuan sibuk dan terbiasa bergelut dengan pekerjaan setiap harinya tiba-tiba harus menjadi istri di rumah saja tentu tidak bisa ia lakukan. Tidak peduli kesibukannya saat ini juga yang membuat Ferdian dulu mencari kehangatan di luar rumah mereka. Baginya bekerja merupakan bentuk aktualisasi dirinya. Sedangkan jika ia memiliki pasangan, maka ia memiliki tanggung jawab untuk melayani suaminya seumur hidupnya. Mungkin Andi tidak meminta atau memaksanya melakukan itu, tetapi ego laki-lakinya pasti juga memiliki keinginan itu. Menyadari hal itu, Joanna langsung menutup kedua matanya. Entah dengan siapa ia bisa berbagi cerita saat ini. Biasanya ia bisa berbagi cerita bersama Deva dan Anin, namun tidak kali ini karena rasanya ia tidak ingin membagi kisah ruwet kehidupan pribadinya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Fiction généraleSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...