Bugg....
Joanna menepuk punggung Andi yang justru diam dan tidak segera merakit kerangka tenda mereka.
"Aduh, Jo... Kamu ini kenapa sih? Sakit tahu."
"Kerja, An... Kerja. Bukan diam aja."
Andi menghela napas panjang dan ia kini menoleh ke arah Joanna yang ternyata telah memaparkan wajah marah kepadanya.
"Kenapa sih, Jo?"
"Rangkanya buruan disusun bukan cuma dipegangi aja."
Andi terus menerus mengatakan agar dirinya bisa sabar di dalam hatinya. Mungkin ini pertama kalinya rekan bisnisnya itu harus menjalani kehidupan seperti ini yang membuatnya sangat sewot. Apalagi terik sinar matahari yang sangat bersemangat membakar kulit mereka hingga kulit mereka menjadi memerah.
"Jo, aku itu lagi perhatiin anak-anak. Kalo mereka tiba-tiba nyemplung ke bawah tebing gimana?"
Joanna langsung mengalihkan pandangannya untuk menatap ketiga cucunya yang benar-benar membuatnya senam jantung tiba-tiba. Apalagi ketika Enzo justru bergelayutan di pohon yang ada di pinggir tebing. Jantung Joanna seakan langsung aerobik dibuatnya.
"ENZO...!" Teriak Joanna yang membuat telinga Andi berdenging dan sakit. Suara Joanna benar-benar memekakkan telinganya.
"Kenapa Oma?"
"Buruan kalian bertiga ke sini. Jangan di sana nanti jatuh ke bawah," Kata Joanna sambil mengangkat tangannya yang memegang rangka tenda yang terbuat dari besi. Gerakan tangan Joanna seakan ia ingin menampar bokong cucunya menggunakan besi yang ada di tangannya itu.
Mendengar kata-kata Joanna, Andi hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Di mana-mana ternyata emak-emak tetaplah emak-emak walau casing yang membalutnya sudah tampak elegan dan anggun. Kenyataannya saat ia panik, sifat aslinya keluar begitu saja.
"Jo, kamu itu mbok ya sabar. Kalo begitu kamu enggak beda sama emak-emak berdaster dari negri Talokan."
Joanna langsung mengalihkan pandangannya kembali ke arah Andi. Ia memperhatikan Andi yang sedang berperilaku baik dan sok sabar kepadanya ini dengan tatapan galak.
"Kamu kira aku enggak dasteran kalo di rumah?"
Andi bersusah payah membuat mulutnya terkunci rapat karena sejak Joanna mengatakan kata-kata itu kepadanya, yang ingin Andi lakukan adalah mengatakan bahwa Joanna bukan mengenakan daster di rumah, melainkan lingerie seksi yang berhasil membuatnya bersemedi di dalam kamar mandi hampir setengah jam lamanya.
"Oma kenapa sih teriak-teriak? Lama-lama sudah mirip Mama aja," kata Enzo ketika sudah sampai di dekatnya.
Kini Joanna bisa mengerti kenapa Deva sering melakukan "paduan suara" di rumah. Tentu saja karena kelakuan anak-anaknya selalu berhasil membuat orang-orang mengelus dada. Kebandelan mereka entah menurun dari siapa? Fabian dulu tidak sebandel ini ketika kecil. Bahkan tergolong menjadi anak yang penurut walau saat beranjak dewasa Fabian sedikit sering 'nakal' terhadap lawan jenisnya.
"Cantikan Oma ke mana-mana daripada Mama kalian."
Ya Tuhan,
Cobaan apalagi ini? Andi benar-benar tidak habis pikir jika Joanna Tan benar-benar senarsistik ini hingga mengatakan jika dirinya lebih cantik daripada menantunya sendiri. Bahkan ketiga cucunya yang ada di hadapannya saja hanya menatap Joanna dengan tatapan penuh ketidakpercayaan."Iyain aja biar Oma puas," kata Enzy bersamaan dengan saudara kembarnya yang berkata, "Tapi lebih mudaan Mama."
Andi benar-benar ingin tertawa terbahak-bahak namun ia sadar jika dirinya melakukan itu, pasti Joanna akan langsung menendang dirinya hingga ia jatuh ke laut. Susah payah Andi harus menggigit bibir bawahnya agar rasa ingin tertawa yang ia rasakan hilang dari dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Fiksi UmumSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...