5. Merasa tersaingi

2.3K 193 1
                                    

Andi, Joanna dan ketiga cucu Joanna akhirnya sampai di kolam renang yang ada di jalan Wonosari. Mereka langsung keluar dari dalam mobil ketika Joanna sudah mematikan mesin mobilnya. Kini Joanna memilih menggandeng Nefertiti karena Enzo dan Enzy memilih lengket dengan Andi daripada dirinya yang notabennya adalah Oma mereka.

"Om, tahu enggak kalo Oma itu baik banget lho," kata Enzo yang sejak tadi sudah mempromosikan sang Oma layaknya Omanya adalah barang dagangan.

Andi yakin jika kini Joanna yang memilih berjalan di depan mereka bertiga bersama Nef pasti sedang menahan amarahnya. Apalagi ia selalu menanggapi kata-kata Enzo kepadanya.

"Tahu banget. Soalnya Oma juga baik banget ke Om."

"Baiknya gimana, Om? Suka beliin baju sama mainan enggak? Soalnya Oma kaya gitu ke aku sama Enzy."

Inilah kesempatan yang tepat untuk membuat Joanna meledak. Siapa tahu Joanna akan meledak seperti bom atom dan berakhir dengan ia yang mau menandatangani berkas kerjasama tersebut karena tidak mau ia ada di sini terlalu lama.

"Kalo ke Om yang ada Oma kalian sukanya ngajakin jalan-jalan terus makan. Kaya kata kamu tadi apa itu namanya?"

Enzy yang sejak tadi memilih diam saja akhirnya membuka mulutnya dan hanya satu kata yang keluar dari bibirnya. "Pacaran."

Mendengar suara Enzy, Andi memilih menoleh ke sisi kanannya. Ia tersenyum dan menanggapi kata-kata anak pendiam ini yang mood-nya sering berubah secepat kilat. Mirip sekali dengan Omanya yang layaknya dispenser.

"Nah, iya. Om sama Oma kalian pacaran. Kalo orang pacaran itu begitu. Jalan-jalan bareng terus makan bareng."

Andi yakin, jika saja tidak ada Enzo, Enzy dan Nef di dekatnya, pasti Joanna sudah melemparkan sepatu yang ia kenakan ke arahnya. Tidak hanya itu saja, kemungkinan Joanna akan menganggapnya laki-laki gila dan harus ditendang hingga ujung dunia.

"Berarti Om lagi pacaran ya ini sama Oma?"

Joanna yang sejak tadi memilih diam, akhirnya tidak tahan juga. Sepertinya Enzo membutuhkan peringatan yang tegas dari dirinya.

"Enzo, anak kecil enggak boleh ngomongin pacar-pacaran. Yang sudah bangkotan juga tolong mulutnya dijaga. Jangan suka nyebar hoax."

Mendengar perkataan Joanna yang masih terus berjalan ke arah penjualan tiket masuk kolam renang ini, Andi memilih menggigit bibir bawahnya. Benar-benar ibunda Fabian ini jauh dari kata sabar apalagi anggun seperti apa yang orang-orang katakan tentangnya selama ini.

Mereka berlima baru berhenti berjalan saat mereka sudah sampai di depan lokasi loket pembelian tiket masuk kolam renang. Baru juga Andi akan mengeluarkan dompetnya untuk membayar tiket masuk mereka, namun Joanna sudah lebih dulu mengeluarkan kartu debet-nya. Sungguh, Joanna benar-benar wanita yang tidak mau terlihat materialistis di hadapan laki-laki. Andi bisa melihat hal itu dengan begitu jelas. Padahal sudah lumrah di circle mereka jika seorang wanita yang sedang pergi bersama laki-laki, maka pihak laki-laki yang akan membayari semuanya. Apalagi perempatan itu sekelas Joanna Tan, yang notabennya adalah wanita kalangan atas.

Setelah mendapatkan lima tiket, mereka berlima masuk ke dalam. Seketika Andi langsung merasa kasihan pada Joanna karena Joanna harus berlarian mengejar ketiga cucunya begitu masuk ke arah kolam renang. Andi memilih tetap berjalan dan mengamati kerepotkan Joanna ini. Dalam hati ia masih terus bertanya-tanya bagaimana Joanna memilih baby sitting ketiga cucunya tanpa bantuan orang lain. Minimal nanny yang akan membuatnya tidak terlalu kerepotan seperti ini. Andi juga yakin jika Joanna lebih dari mampu untuk membayar jasa mereka.

"Kalian bertiga enggak boleh lari-larian di kolam renang. Nanti kalian jatuh kepleset. Enzo enggak boleh ikut berenang hari ini. Kamu duduk di gazebo sama Oma."

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang