92. Parkiran mobil

1.1K 135 2
                                    

"Ayo, Jo kita jalan lagi," ucap Andi ketika mereka sudah membagikan daster-daster itu lebih dari 10 buah malam ini. Masih cukup banyak daster yang ada di kantong belanja lainnya.

"Kita mau ke mana lagi, An?" Tanya Joanna kepada Andi.

"Pulang. Muka kamu sudah mulai enggak kelihatan santai itu. Kelihatan kamu sudah capek banget malam ini."

Joanna memutar kedua bola matanya dengan malas. Andi kira menjelajahi jalan Malioboro dari ujung selatan ke ujung Utara hingga mereka sampai di dekat stasiun Tugu Yogyakarta bukan hal yang melelahkan? Tentu saja melelahkan. Apalagi sejak pagi Joanna sudah sibuk dengan acara pernikahan Robert. Ia bahkan tidak sempat beristirahat walau sekedar untuk tidur siang selama satu jam saja.

Saat ini pun perut Joanna sudah mulai terasa lapar namun ia harus menahannya hingga besok pagi. Jangan sampai ia menimbun lemak-lemak serta makanan di dalam perutnya. Lebih baik menahan lapar daripada berinvestasi malam-malam kepada perutnya.

Krucuk.... Krucuk ...

Suara perut Joanna terdengar oleh Andi yang membuat Andi tertawa dengan laknatnya. Sumpah, kali ini Joanna merasa malu setengah mati hingga ia memilih membuang mukanya dan tidak fokus kepada Andi. Ia memilih menatap apa saja yang terlihat lebih menarik di sekitarnya yang penting bukan menatap sosok Andi yang ada di sampingnya.

"Kayanya ada yang lapar tapi gengsi mau bilang."

"Siapa?" Tanya Joanna sok polos.

"Ya kamulah, masa aku? Orang kamu yang belum makan malam. Kalo aku sudah habis seporsi sate lontong tadi."

"Mending nahan lapar daripada harus nimbun lemak di perut. Sekarang kita jalan saja. Di dekat situ ada minimarket Indoapril."

"Ya, ya, ya....," Ucap Andi sambil mengikuti Joanna yang mulai berjalan menuju ke arah minimarket itu berada.

Sungguh, Andi terkadang heran dengan cara berpikir Joanna yang benar-benar unik. Ia selalu mengkhawatirkan tentang berat badan dan penampilannya. Andai Joanna mau ikut dengan dirinya ke Afrika dan melakukan perjalanan wisata di beberapa negara miskin di sana. Pasti cara berpikir Joanna terhadap makanan akan berubah. Itu pula alasan dirinya lebih mencintai berwisata ke Afrika daripada ke Eropa. Selain dirinya bisa belajar rasa syukur yang tidak ada habis-habisnya, Andi juga bisa melihat bagaimana eksotisnya hewan-hewan di sana. Memang sih keamanan di sana tentunya berbeda dengan di Eropa yang jelas aman untuk wisatawan, tetapi tetap saja Andi termasuk suka melihat apa yang ada di sana.

"Jo, kamu pernah ke Kenya, Tanzania atau negara Afrika lainnya?"

"Afrika selatan pernah dulu di jaman piala Dunia berlangsung. Aku sebulan di sana bareng Fabian dan Anin."

"Cuma nonton bola aja?"

"Ya begitulah. Memang tujuannya buat nonton piala dunia sambil cuci mata lihat atlet-atlet yang ganteng kalo buat aku pribadi." Ucap Joanna mencoba menutupi kisah aslinya yang sebenarnya tidak seasyik itu. Bagaimana tidak, ia menonton bola hingga mengeluarkan uang yang tidak sedikit tapi dirinya tidak terlalu paham apalagi suka dengan permainan itu. Pure, ia di sana hanya menemani anak laki-lakinya. Semua itu demi bisa mencoba dekat kembali dengan Fabian yang selama beberapa tahun belakangan lebih dekat dengan Ferdian. Benar juga kata orang, jika seorang ibu akan rela melakukan apa saja untuk anaknya.

"Rugi bandar, Jo. Jauh-jauh ke sana enggak eksplorasi alamnya. Kamu yang belum pernah ke Kenya, Tanzania, Somalia, Sudan atau Ethiopia mungkin enggak akan pernah tahu bagaimana kehidupan di sana yang membuat kamu akan banyak bersyukur dengan kehidupan kamu yang sekarang."

"Aku selalu menghabiskan liburan di Eropa selama itu bukan waktunya musim panas, aku bisa kapan aja ke sana."

"Kenapa kamu enggak suka summer?"

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang