Joanna menoleh ke arah Andi yang sedang memeluk Nefertiti, Enzo dan Enzy secara bersamaan. Ada perasaan sebal karena ketiga cucunya memilih memeluk Andi daripada dirinya. Ya, ya, ya... Sejak Om Andi datang di hidup mereka, Oma sudah enggak penting lagi. Mungkin itulah yang ada di hati serta pikiran ketiga cucunya saat ini.
Joanna menghela napas panjangnya ketika mendengar kecupan-kecupan bersuara yang Andi layangkan ke pipi Enzo, Enzy dan Nefertiti secara bergantian. Bukan ia iri, tetapi rasanya tidak rela saja karena ia harus menjadi yang kedua.
"Om kangen banget sama kalian. Gimana kabar kalian bertiga?" Tanya Andi ketika ia mengurai pelukan besarnya kepada tiga anak itu.
"Alhamdulillah, sehat, Om," jawab Enzy dengan jawaban yang sangat dewasa.
Bersamaan dengan itu Enzo sudah mengeluarkan apa yang ada di dalam kepalanya melalui bibir tipisnya. "Kalo kangen sama kita, kenapa yang dipeluk dan dicium justru Oma?"
Mampus...
Kenapa Enzo harus mempertanyakan hal ini kepadanya saat ini? Otak Andi harus berpikir dengan cepat dan tepat. Jangan sampai ia salah menjawab kali ini. Karena memory Enzo masih sangat peka dan bisa menampung semua informasi darinya entah baik atau buruk. Karena itu Andi harus meninggalkan memory yang baik-baik saja pada anak ini."Hmm... Soalnya kalian belum datang tadi, jadi Om peluk Oma dulu."
"Tapi kok pakai acara gini-gini?" Tanya Enzo sambil memperagakan ciuman Andi dan Joanna dengan kedua tangannya.
"Enggak pa-pa, Kak. Mama sama Papa 'kan juga sering kaya gitu di rumah."
Fabian yang baru saja sampai dan mendengar kata-kata Nefertiti menjadi malu sendiri. Kini ia berdeham yang membuat Joanna dan Andi mengangkat pandangan mereka untuk menatap Fabian.
"Mama sama Pak Andi sudah selesai sarapan paginya?"
Joanna menelan salivanya saat mendengar pertanyaan Fabian ini. Apalagi Mbok Yah tampak menahan tawanya dengan menundukkan kepalanya. Joanna yakin Mbok Yah juga sedang menertawakan dirinya serta Andi yang baru saja ketahuan melakukan hal-hal tidak senonoh di depan rumah.
Andi yang tahu jika Joanna seakan sedang tak berkutik di bawah pertanyaan Fabian langsung membantu menjawabnya.
"Sudah, Fabian. Sekarang lebih baik kita berangkat saja."
Fabian menganggukkan kepalanya dan kini ia memilih berjalan mendahului semua orang. Lebih baik ia lebih dulu masuk ke mobil dan menghidupkan mesin mobil. Ia berharap bahwa anak-anaknya tidak akan membuka bibir kecil mereka kepada sang Mama dan menceritakan semua yang mereka lihat tadi di teras rumah. Makin habis harga diri Mamanya jika menantunya mengetahui tindakan tak terpujinya yang ternyata diketahui oleh anak, cucu serta asisten rumah tangganya.
Joanna yang melihat Fabian sudah berjalan lebih dahulu akhirnya memilih mengikuti Fabian. Joanna berjalan secepat yang ia bisa dan meninggalkan Andi bersama ketiga cucunya serta mbok Yah di belakang. Melihat kelakuan Joanna ini, Andi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sungguh, Joanna benar-benar tipikal perempuan yang sulit ditebak sikap serta perilakunya. Tindakan yang ia ambil terkadang membuat orang merasa gemas.
"Om, Oma marah, ya sama kita?" Tanya Enzy yang memilih berjalan di sisi kiri Andi.
"Mungkin marah karena Enzo tadi tanya yang enggak-enggak sama Oma."
"Lho kok aku? Aku 'kan cuma tanya, Om," sanggah Enzo yang tidak terima dijadikan kambing hitam atas sikap Joanna saat ini.
"Ya besok-besok kalo tanya jangan kaya gitu lagi. Biar Oma enggak marah begitu ke kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Fiksi UmumSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...