38. Hujan

1.5K 162 0
                                    

Andi yang melihat Joanna hanya diam sambil menatap dirinya lekat-lekat hanya bisa menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak tahu apa yang ada di dalam benak Joanna. Jika Joanna mencari pasangan yang tidak berniat menggerogoti aset miliknya, ia adalah calon yang paling kuat. Apalagi dengan menikahi dirinya Joanna tentunya tidak akan dipusingkan dengan hubungan ibu sambung dan anak tiri apalagi dengan mantan istri.

"An?" Panggil Joanna pelan.

"Ya?"

"Maaf, aku belum bisa menjawab pertanyaan kamu."

Andi menghela napas panjang dan kini ia membuang mukanya ke arah samping. Benar-benar tega Joanna ini, pikir Andi dalam hatinya.

"Bilang aja kalo kamu tolak aku, Jo."

"Aku ini seorang janda dengan satu anak, satu menantu dan tiga cucu. Ketika kamu ingin menikahi aku, daripada kamu bertanya sama aku apakah aku mau atau tidak? Lebih bagus lagi kalo kamu bisa mendapatkan restu dari keluarga aku."

Andi kini memilih menatap Joanna lagi. Wajah Joanna tampak yakin dengan apa yang ia katakan.

"Berarti kalo Fabian setuju kamu setuju juga, Jo?"

"Enggak cuma Fabian tapi ada Deva, sama anak-anak mereka. Ini bukan jalan yang mudah, An. Kamu yakin?"

Andi menatap Joanna lekat-lekat dan ia menganggukkan kepalanya. "Aku pasti bisa dapat restu mereka."

Joanna hanya tersenyum dan kini ia memilih untuk menarik tangannya yang ada dalam genggaman Andi. Setelah berhasil lepas dari "dominasi" tangan Andi, Joanna langsung berdiri dari posisi duduknya. Tanpa membuang-buang waktu lagi, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah parkiran motor.

Andi yang menyadari jika Joanna memilih meninggalkan dirinya begitu saja segera berdiri dan mengejar Joanna. Baru beberapa meter ia mengejar Joanna, ternyata rintik air hujan sudah mulai turun yang membuat Joanna segera berlari ke arah motor dan menunggu Andi di sana.

"An, buruan lari. Cepat bukain jog motornya," kata Joanna dengan suara sedikit keras.

Andi segera berlari dan butir-butir air hujan yang jatuh dari langit ternyata semakin deras. Bahkan malam ini hujan juga berduet dengan angin yang mulai berhembus kencang.

Andi segera membuka jog motor milik Deva dan setelahnya ia serta Joanna langsung membelalakkan matanya karena di dalam jog motor Deva tidak ada jas hujan satu pun. Yang ada di sana hanya kanebo, dan toolkit bawaan motor tersebut. Saat melihat itu, Joanna bahkan sudah melupakan guyuran air hujan yang kini sudah menembus baju yang ia kenakan. Tidak hanya bajunya namun juga celana jeans yang ia kenakan serta sepatunya.

"Jo, enggak ada jas hujannya. Kita neduh dulu aj, Jo."

"Neduh di mana?" Tanya Joanna dengan sedikit berteriak karena suara angin, bahkan bercampur petir sudah mendominasi area ini.

"Tempat yang tadi."

Joanna langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak mungkin berteduh di sana dengan keadaan yang sudah basah kuyup seperti ini. Otaknya berpikir dengan cepat hingga akhirnya ia mengingat jika Salma memiliki villa yang tidak jauh dari lokasi ini.

"An, buruan kamu naik ke motor."

"Kita mau langsung pulang?"

"Buruan kamu naik dulu. Aku arahkan kamu ke villanya Salma."

Andi ingat nama itu. Salma adalah sahabat menantu Joanna. Tidak mungkin banyak bertanya-tanya terlebih dahulu pada Joanna. Andi segera naik ke atas motornya. Saat Andi sudah menghidupkan mesin kendaraannya, Joanna segera naik ke atas motor dan menepuk bahu belakang Andi pelan sebagai tanda ia minta untuk segera berjalan.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang