77. Es Teler Durian

915 143 8
                                    

Deva memasuki halaman rumah orangtua Robert yang berada di daerah Timoho dengan senyum yang terus mengembang di wajah imutnya. Bagaimana tidak, hari ini ia berhasil mengerjai Andi dengan memberikan kamar kedua kakak kembarnya (Nakula dan Sadewa). Ini adalah bukti bahwa balas dendam itu terkadang menyenangkan dan indah. Yah, siapa tahu saja Andi akan khilaf kepada Mama mertuanya. Setelah itu siapa tahu ia akan memiliki adik ipar. It's crazy pikir Deva dalam hati namun ia tetap saja bisa tertawa.

Wajah bahagianya nyatanya tetap bisa ditangkap oleh ketiga sahabatnya yang kini sedang duduk di gazebo belakang rumah orangtua Robert.

"Kenapa wajahnya si Sampah kelihatan bahagia banget sih?" Tanya Robert sambil mencolek sambal lotis hasil ulegan Nada yang belum seratus persen selesai diuleg.

"Emang si Sampah udah datang?" Tanya Salma yang kini sedang sibuk mengupas buah kedondong.

"Udah, noh lagi jalan ke mari."

Nada dan Salma mengangkat pandangannya. Saat melihat wajah Deva yang berseri-seri, mereka tahu pasti ada sesuatu yang membuat Deva bahagia. Sayangnya kenapa mereka justru merasa ada yang tidak beres kali ini?

"Harusnya gue merasa happy lihat wajahnya si Sampah, tapi kenapa sekarang perut gue mules ya?" Ucap Nada tanpa banyak basa-basi.

"Soalnya kita tahu gimana gilanya si Deva kemarin di rumah sakit."

Kini ketiga teman Deva ini terdiam. Apalagi ketika Deva sudah sampai di dekat mereka.

"Hi, everybody. Do you miss me?"

Nada, Salma dan Robert menggelengkan kepala mereka bersamaan. Jawaban ketiga temannya ini membuat Deva mendengus kasar lalu ia membuka sepatunya dan naik ke gazebo. Deva memilih duduk di samping Robert yang berhadapan dengan Salma dan Nada.

"Baru juga gue merasa bahagia, lo bertiga udah memupusnya begitu saja."

"Kenapa lo bahagia?"

"Soalnya gue berhasil ngerjain Om Andi sama Mama, Bet."

Deg'

Jantung Salma dan Nada seakan baru saja menabrak tulang rusuk mereka secara keras hingga membuat mereka tidak bisa berkata apa-apa. Tidak hanya itu saja, perkataan Deva juga sukses membuat mereka merinding. Rasa-rasanya mereka takut akan terjadi hal buruk setelah hari ini.

"Lo ngerjain Om Andi sama Tante Joanna?" Tanya Robert dengan santainya.

"Iya, Bet. Penasaran enggak lo sama ceritanya?"

"Buruan deh, ah kalo mau cerita. Kagak usah lama-lama begitu."

Nada dan Salma masih diam dan memperhatikan Dava yang bukannya langsung bercerita, namun justru memilih mengambil irisan bengkoang lalu mencocolnya dengan sambal lotis. Baru setelah irisan bengkoang di tangannya kandas, Deva mulai membuka mulut sampahnya.

"Jadi kemarin gue minta Om Andi bohongin Mama kalo dia lagi sakit gitu, Bet habis kecelakaan. Tapi ternyata Tuhan enggak suka kalo cuma bohongan, tapi harus real. Enggak tahu ada kejadian apa di rumah sakit, tapi informasi dari Mama sih Om Andi tangan kirinya retak."

Nada dan Salma mengangkat kedua alisnya sambil membeo bersama, "retak?"

Deva menanggapi pertanyaan kedua temannya ini dengan menganggukkan kepalanya. "Yuhu, retak dan mau enggak mau Mama harus urus Om Andi semalam sampai enggak pulang ke rumah. Terus siang ini 'kan Om Andi sudah boleh pulang, tapi Mama bingung mau bawa Om Andi ke mana? Enggak mungkin dong ke rumah gue. Secara rumah gue udah kaya taman kanak-kanak berisiknya. Demi membuat Om Andi nyaman, akhirnya Om Andi sama Mama, gue suruh pulang ke rumah Eyang."

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang