36. Jembatan Penyebrangan

1.3K 162 3
                                    

"Om, aku mau yang ini sama ini ya," kata Nefertiti sambil mengangkat dua kotak boneka Barbie yang berbeda. Andi yang melihat apa yang Nefertiti minta hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Mendapatkan anggukan kepala dari Andi, Nefertiti langsung bersorak bahagia yang membuat kedua kakaknya ikut-ikutan melakukan hal yang sama. Mereka berlarian mendekati Andi dan meniru apa yang dilakukan oleh sang adik.

"Om, Om... Aku juga mau kereta Thomas yang ini sama mainan ini ya?"

Andi kembali menganggukkan kepalanya. Rasanya menunggu ketiga anak ini memilih milih mainan telah berhasil membuatnya merasa mengantuk hebat. Setelah ketiga anak itu kembali memilih-milih mainan kembali, Andi langsung menutup kedua matanya. Sepertinya tidur sejenak tidak ada salahnya karena Joanna juga belum sampai ke gerai mainan ini.

Andi langsung membuka matanya saat ia merasakan ada seseorang yang baru saja menepuk-nepuk pundaknya. Saat ia membuka kedua matanya, Andi langsung mengernyitkan keningnya. Ada sepasang suami istri berusia 50 tahunan dan sedang tersenyum ke arahnya. Wajah suami istri itu tidak asing bagi Andi namun Andi lupa nama mereka berdua.

"Kamu ngapain di sini, An?"

Sumpah ...
Andi paling tidak bisa berada di situasi seperti ini. Ia ingat wajah orang ini namun ia lupa namanya. Jika ia langsung bertanya siapa mereka? Ini akan menampakkan kesan jika dirinya adalah teman yang sombong. Kalo dirinya hanya diam saja, ia bingung harus memanggil mereka dengan nama panggilan siapa?

Andi pelan-pelan berdiri dari kursi yang ia duduki dan ia tersenyum kepada sepasang suami istri itu.

"Ee... Aku lagi nunggu anak-anak yang lagi pada cari mainan."

"Alhamdulillah, aku ikut senang dengarnya. Itu tanda kamu sudah move on dan bisa menjalani hidup kamu kembali."

Sampai detik ini, Andi masih bertanya-tanya siapa laki-laki ini. Kenapa ia tahu bahwa istri dan anaknya meninggal dunia?

"Aku juga baru tahu dari anak-anak kalo Rani dan Prayoga juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sayang sekali ya, An besok waktu acara nikahan anakku, kita enggak bisa kumpul semua dengan formasi komplit."

Makin bertanya-tanya lah Andi di dalam hati siapa laki-laki ini hingga mengenal Prayoga Ramadityo dan Rani. Sejak tadi Andi memilih diam dan hanya tersenyum sebagai jawaban hingga akhirnya laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu nama kemudian ia ulurkan kepada Andi.

"Ini, An kartu nama aku. Tolong kamu kirim pesan WhatsApp ke aku. Karena aku mau kasih kamu undangan pernikahan anakku."

Andi tersenyum dan setelah membaca nama laki-laki itu, kini ia tahu jika nama laki-laki itu adalah Bambang. Teman kuliahnya dulu bersama Prayoga. Mereka dulu sering mengikuti acara kegiatan kampus bersama.

"Iya, Mbang. Kalo jadwalku kosong insyaallah aku nanti datang."

Joanna yang melihat Andi sedang bersama dua orang yang asing dan tidak ia kenal sedangkan ketiga cucunya tidak terlihat di dekat Andi menjadi was-was sendiri. Jangan-jangan Andi memutuskan untuk melupakan ketiga anak itu hanya karena ia bertemu dengan temannya. Untuk memastikan semuanya, Joanna segera bergegas untuk mendekati Andi.

"Permisi," sapa Joanna saat ia sampai di dekat Andi.

Karena sapaannya, Joanna berhasil membuat Andi, Bambang serta istri Bambang yang bernama Siti menoleh ke arah Joanna.

"Eh, hai Jo. Sudah selesai belanjanya?" Tanya Andi dengan santai.

"Sudah. Enzo, Enzy sama Nef di mana, An?"

"Di dalam, Jo. Lagi milih mainan."

"Oh, kalo begitu aku ke dalam dulu," kata Joanna sambil menyerahkan salah satu tas belanjaannya kepada Andi karena itu berisi baju yang Andi titip beli kepadanya. "Permisi," sambung Joanna kemudian ia berlalu begitu saja.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang