Joanna menghela napasnya ketika ia mendengar suara bel pintu depan apartemen Anin dibunyikan. Ia mencoba menaruh gelas yang ada di tangannya dan ia segera berdiri dari posisi duduknya. Pasti ada barang bawaan Anin yang ketinggalan, pikir Joanna dalam hati.
"Iya, Nin sebentar aku bukain," kata Joanna ketika bel pintu itu kembali dibunyikan untuk kedua kalinya.
Ceklek....
Joanna membuka pintu itu dengan santainya. Saat ia membukanya bukannya wajah Anin yang ia kira akan dirinya temui, namun justru wajah Andi yang sedang berdiri di depan pintu apartemen Anin sambil membawa makanan. Saat menyadari hal itu, Joanna berusaha menutup pintu secepat yang mampu sayangnya belum juga pintu itu tertutup, Andi sudah menahannya agar tetap terbuka.
"Jo, we need to talk."
"No."
"Kamu enggak bisa kaya gini terus. Kita harus bicara," kata Andi sambil terus mencoba menahan pintu apartemen Anin yang semakin lama semakin berat karena Joanna juga tetap berkeinginan untuk terus menutup pintu tersebut.
"Kamu enggak perlu kebanyakan ngomong, An. Kamu enggak tahu semuanya. Sekarang kamu minggir."
"Enggak, aku enggak mau minggir!" Bentak Andi dengan suara lebih tegas dan kini Andi mengerahkan kekuatan kejantanannya untuk mendorong pintu itu hingga akhirnya terbuka.
Pintu itu terbanting dengan cukup keras saat Joanna memilih melepaskan tangannya yang menahan pintu itu. Kini mata Andi dan Joanna sama-sama beradu pandang. Tidak ada salah atau dari mereka yang mau mengalah. Tidak tahan dengan semua ini, Joanna memilih membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah kamar pribadi miliknya yang ada di apartemen Anin.
Andi yang menyadari jika Joanna akan pergi begitu saja segera menaruh masakannya di meja dekat pintu dan ia berjalan cepat menuju ke arah Joanna. Dengan gerakan super cepatnya, Andi berhasil memeluk Joanna dari arah belakang tubuhnya yang membuat Joanna sangat kaget.
"Lepasin, An."
Pukk...
Pukk...
Pukk...
Joanna meminta Andi melepaskan dirinya sambil terus memukul tangan Andi yang kini sedang menyelimuti pinggangnya.
Mencoba mengabaikan rasa sakit di tangannya karena Joanna terus memukul mukul tangannya,Andi justru mengangkat tubuh Joanna sedikit hingga kaki Joanna tidak menyentuh tanah. Joanna langsung terdiam karena ia cukup shock dengan kelakuan Andi ini.
Jika Andi mengira dirinya akan merasa terintimidasi dengan perilakunya, maka Andi telah salah besar. Joanna kini memilih diam dan akhirnya ia membuka mulutnya kembali.
"What you want from me?" Tanya Joanna pelan.
Mendengar pertanyaan Joanna ini, Andi lebih memilih untuk menundukkan kepalanya dan ia dekatkan bibirnya di telinga Joanna.
"Don't avoid me."
Damn it!
Kenapa Andi justru mencium samping lehernya setelah mengatakan itu? Tidak tahukah Andi jika kulit di sekitar leher adalah salah satu kelemahan Joanna. Karena perilakunya ini, akhirnya kini Joanna merasakan bulu kuduknya merinding dan napasnya mulai memburu.
"Ayo, Jo fokus! Jangan sampai kamu terbawa suasana," kata Joanna di dalam hatinya.
Beberapa saat Joanna terdiam hingga akhirnya ia yakin jika suaranya tidak akan bergetar lagi kali ini.
"Aku tidak menghindari kamu, An."
"Kalo begitu kita bicara baik-baik layaknya manusia," kata Andi sambil melepaskan lingkaran tangannya pada pinggang Joanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Ficción GeneralSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...