16. Minimarket dan roti gandum

1.6K 195 4
                                    

Joanna melihat laki-laki yang berjalan di depannya ini dengan ketiga cucunya bisa benar-benar sabar menghadapi ocehan cucu-cucunya. Bahkan Andi bisa sabar menghadapi pertengkaran-pertengkaran mereka bertiga. Beberapa kali Joanna melihat Andi justru tersenyum ketika melihat tingkah ketiga cucunya yang bagi sebagian orang sangat menjengkelkan. Terlebih bagi mereka yang masih belum merasakan bagaimana memiliki anak kecil.

"Om, Om Andi pernah ketemu Tante Anin belum?" Tanya Enzo sambil mendongak untuk menatap wajah Andi.

"Pernah, Om kenal juga sama Tante Anin.  Memangnya kenapa?"

"Tante Anin, baik banget. Enggak punya pacar juga. Kalo Oma galak-galak sama Om Andi, Om Andi sama Tante Anin aja yang baik banget."

Seharusnya Joanna marah ketika dirinya dibandingkan dengan Anin yang tidak orisinil, tetapi yang ada dirinya justru menahan tawanya. Cucu-cucunya memang tidak mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Bahkan selama ini teman-teman Deva pun tidak ada yang mengetahuinya. Hanya dirinya, Deva dan Fabian yang tahu tentang fakta yang sebenarnya. Bagi mereka sekeluarga, Anin adalah keluarganya tanpa memandang siapa Keiza Anindita atau Keizaro Laut Bagaskara.

"Memang Tante Anin baiknya gimana?"

"Suka beliin aku mainan, terus kalo sama Tante Anin aku boleh jajan apa aja yang aku mau tanpa dimarahin apalagi dilarang. Makanya aku suka kalo Tante Anin main ke sini."

Joanna menghela napas panjang dan kini ia tahu bagaimana Anin begitu memanjakan ketiga cucunya walau ia tahu itu sudah dilarang oleh Fabian dan Deva. Lebih apesnya lagi ketiga cucunya bisa menjaga rahasia itu dari orangtua mereka terlebih dirinya. Jika bukan karena mereka yang bercerita kepada Andi, mana mungkin ia tahu yang sebenarnya terjadi.

Kini saat mereka sudah sampai di parkiran mobil, Joanna kembali memasuki sisi penumpang depan mobil. Saat mereka sudah ada di dalam mobil, Andi kembali melajukan SUV putih itu untuk mengikuti mobil Wisnuaji yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.

Sepanjang perjalanan, Enzo, Enzy dan Nef yang duduk di belakang mereka berdua, benar-benar membuat Joanna semakin pusing karena mereka terus berdebat satu sama lain.

"Jo?"

Suara Andi telah membuat Joanna berhasil menoleh ke arah rekan bisnisnya itu.

"Ya?"

"Kamu mau beli makan apa? Kita sudah mulai masuk ke kawasan kotanya ini."

"Enggak usah, An. Nanti kita ketinggalan mobilnya si Wisnu."

"Kamu tinggal telepon mereka, bilang kalo mau berhenti sebentar. Biar mereka nunggu."

"Enggak usah, enggak pa-pa."

Andi menghela napas panjang. Wanita yang ada di sampingnya ini benar-benar keras kepala. Andai ia memiliki nomer Wisnuaji atau Samira, pasti ia akan langsung menelepon mereka walau Joanna menolak untuk berhenti.

"Oma, aku mau pipis," suara Nefertiti dari kursi penumpang belakang mobil membuat Andi tersenyum.

Ini adalah saatnya ia berhenti di sebuah minimarket.

"Tahan dulu ya, Sayang. Om Carikan minimarket atau Pom bensin. Jo, kamu telepon Samira dulu. Bilang sama dia kalo kita mau cari toilet."

"Iya. Aku telepon Samira," kata Joanna sambil mengeluarkan handphonenya dari dalam tas.

Kini saat Joanna menelepon Samira, Andi terus mencari minimarket. Ia sengaja memilih menumpang di minimarket agar dirinya bisa membeli snack dan makanan untuk Joanna. Tidak mungkin juga ia akan membelikan Joanna makanan berat yang tidak pernah ia konsumsi sebelumnya. Terserah jika itu mungkin akan membuat Joanna gagal diet. Toh menurutnya tubuh Joanna masih tetap sempurna bahkan mungkin justru akan bagus andai tubuhnya berubah beratnya walau hanya beberapa kilogram.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang