Sejak perjalanan dari Kledung sampai Jogja ini beberapa kali Deva mencoba mencuri-curi pandang ke arah leher Joanna. Sebagai seorang yang menguasai ilmu bela diri, Deva tahu jika apa yang terlihat di leher Joanna adalah bekas sebuah cekikan.
Deva tidak berani bertanya apa-apa pada Joanna, namun otaknya terus berpikir. Siapa yang tega melakukan hal ini kepada Joanna? Tidak, tidak... tidak mungkin Andi yang akan tega melakukan ini semua kepada Joanna. Dari melihat kedua sorot mata Andi, Deva sudah bisa memastikan jika Andi begitu menyayangi Joanna hingga tidak mungkin ia melakukan tindakan biadab seperti itu.
Kesunyian di dalam mobil ini terpecah karena adanya lantunan suara dari music yang Deva setel di volume pelan. Sebuah lagu lawas dari Christian Bautista yang berjudul Afraid for Love to Fade. Rasanya Joanna seperti tertohok dengan lagu ini. Ia benar-benar tertampar atas beberapa lirik yang ada di sana. Joanna bahkan melirik Deva yang sedang sibuk mengemudi dengan santainya. Seakan Deva benar-benar sedang membuatnya malu dengan kisah cintanya sendiri.
Ya Tuhan,
Sudah bangkotan tetapi kenapa dia seperti ini? Ada ketakutan di dalam dirinya jika ia tidak akan pernah bisa membalas kata-kata cinta dari Andi. Tidak hanya itu saja, ia juga takut jika pada akhirnya dirinya tidak bisa bersama dengan orang yang sudah mencoba menghadirkan dunia dengan warna yang beda di hidupnya."Kamu kenapa milih lagu kaya begini sih, Dev?"
"Memangnya kenapa, Ma?"
"Terlalu romantis dan puitis."
Deva tertawa di balik kemudi mobilnya. Ia lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Ma, aku mah nyetel lagu ini karena memang dari jaman aku muda sampai dewasa, lagunya Christian Bautista ini sudah menemani masa-masa itu semua selain lagunya Sheila on seven, westlife."
Joanna menarik napas dalam-dalam dan pelan-pelan ia embuskan perlahan. Kini ia memilih melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tatap lalu lintas di depannya yang mulai padat karena ia mulai memasuki daerah Secang, Magelang.
"Ada nilai historisnya berarti?"
"Hmm... Enggak juga sih, tapi kayanya ini lebih cocok buat Mama ya, daripada buat aku."
"Kamu nyindir Mama?"
"Enggak lah, Ma. Ngapain sih nyindir? Aku mah tim tambak langsung."
Ya Tuhan..
Joanna benar-benar mengeluhkan bagaimana Fabian bisa mendapatkan istri semodel Deva ini yang ahli dalam menggali informasi dengan caranya tersendiri."Ma?"
"Apalagi, Deva?"
"Kenapa Fabian enggak pernah berhasil nyari informasi tentang penyebab perceraian Mama?"
"Karena Mama memblokir semua akses dia untuk ke sana."
Alamak...
Deva tak pernah menyangka jika Mama mertuanya sampai sebegininya hanya karena Fabian ingin mengetahui yang sebenarnya."Kenapa Mama sampai sebegininya?"
"Mama enggak mau menyakiti dia. Mama rasa informasi ini cukup sampai di kamu saja. Mama harap kamu bisa menjaga rahasia ini dengan baik."
Astaga....
Andai dirinya bisa, Deva ingin memukul-mukulkan kepalanya di setir kemudi mobilnya. Mama mertuanya ini benar-benar tidak bisa ia ajak berdiskusi dengan baik mengenai hal ini. Bahkan Joanna lebih banyak diam ketika mereka mulai masuk ke arah Magelang kota.Deva tidak mau tahu tentang apa-apa lagi jika pada ujungnya Joanna tidak akan mengijinkannya untuk memberitahukan semuanya kepada Fabian.
Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Andi duduk menemani Kania di depan kamar ICU sebuah rumah sakit swasta. Dengan kondisi Julien yang sudah terkapar di dalam ruang ICU dan Kania yang sedang rapuh seperti ini, tentu saja hal ini membuatnya tidak bisa kembali kepada Joanna. Ada hal-hal yang lebih penting yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Ficção GeralSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...