119. Junior bangun karena kamu*

1.4K 136 8
                                    

Kedua mata Joanna langsung membelalak lebar saat melihat ke arah pintu dekat kolam renang. Ia berharap matanya akan salah saat melihat apa yang Kimaya kenakan, namun sayangnya matanya tidak cukup rabun untuk hal itu. Kini yang ingin dirinya lakukan adalah menutup kedua mata Andi dengan tangannya hingga jangan sampai ia melihat penampilan Kimaya yang pasti sanggup membuat junior para laki-laki normal yang tidak impoten apalagi lemah syahwat bangun dari posisi tidurnya.

"Apa Risnawan sudah gila sampai kasih ijin Kimaya pakai baju seperti itu?"

Suara pelan Joanna yang ada di samping Andi membuat Andi mengalihkan tatapannya menuju ke arah Joanna fokus memandang saat ini. Seketika Andi langsung menelan ludahnya ketika melihat penampilan Kimaya yang sangat seksi. Terlebih saat Kimaya sampai di dekatnya dan di dekat Joanna. Demi Tuhan, Andi berusaha tidak memfokuskan pandangannya pada sosok wanita muda ini. Sebisa mungkin ia lebih memilih untuk menatap Risnawan. Jangan sampai matanya menimbun dosa hanya karena memandangi tubuh Kimaya yang sudah penuh tanda merah di sekitar dadanya. Luar biasa, luar biasa percaya diri pasangan beda usia ini.

"Acaranya sudah lama mulainya, An?"

"Belum, kamu tenang aja. Biduannya belum naik panggung, Ris. Paling-paling sebentar lagi."

Joanna menghela napas panjang. Tidak ia sangka jika Andi tidak berbohong tentang acara dangdutan ini. Hmm, rasanya ia ingin kembali ke kamarnya dan pergi tidur saja. Sayangnya percuma melakukan hal itu, karena ia tetap akan mendengar hingar bingar dari arah kolam renang yang membuat tidurnya terganggu. 

"Ris, daripada nonton beginian, kita balik ke kamar saja, ya?"

Pertanyaan Kimaya kepada Risnawan ini membuat Joanna berpikir bahwa sebaiknya Risnawan menyetujuinya saja. Daripada jika Kimaya terlalu lama di sini, kemungkinan ia bisa menjadi bahan santapan mata laki-laki lapar.

"Tidak. Kita tetap di sini. Jarang-jarang kita kumpul sama mereka."

"Tapi, Ris..."

Joanna merutuki keputusan kakek-kakek tua yang ada di hadapannya ini. Rasanya benar-benar Risnawan memiliki cara berpikir di luar pemikiran kebanyakan orang. Laki-laki lain pasti tidak mau tubuh istrinya ditelanjangi dengan tatapan mata oleh laki-laki lain.

Tidak mau terlalu lama dekat dengan pasangan ini, Joanna memutuskan untuk pamit kepada Kimaya dan Risnawan.  Ia memilih pamit dengan alasan ingin mencari minum dan menjauhi panggung yang mulai berisik dengan alunan music dangdutnya.

Karena Joanna pergi dari hadapan Kimaya dan Risnawan, mau tidak mau Andi mengikuti Joanna. Saat mereka berjalan berdampingan menuju ke tempat soft drink berada, tidak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan. Baru setelah Joanna selesai meminum satu gelas kecil soft drink, Andi memberanikan diri bertanya kepada Joanna.

"Kamu kenapa diam saja, Jo?"

"Memang aku harus gimana?"

"Senang-senang gitu. Kita karaokean di sini. Mumpung ada live music. Itu juga sudah mulai acaranya."

Joanna tersenyum kecil dan kini ia memilih untuk menatap ke depan. Hanya beberapa saat ia memfokuskan tatapannya pada apa yang ada di panggung. Mata Joanna seakan tidak kuat lagi melihat goyangan pinggul penyanyi wanita muda itu. Menyadari kenapa Joanna kini memilih menunduk, Andi akhirnya mengangkat tangan kanannya dan ia taruh di pundak Joanna.

"Tenang, Jo. Tidak semua laki-laki menyukai wanita yang terlalu terbuka dan binal."

Joanna tersenyum penuh kegetiran. Kini otaknya justru kembali ke masa lampau di mana Ferdian mengatakan kepadanya bahwa ia bukanlah wanita yang menggairahkan. Bahkan kata-kata Ferdian yang mengatakan bahwa dirinya tidak pernah puas dengan goyangan Joanna di atas ranjang membuat Joanna insecure. Mungkin fisik dan otak encernya bisa menjadi kelebihannya untuk mengintimidasi orang lain sejak dulu, tetapi Ferdian justru membuatnya sangat insecure hanya karena urusan ranjang.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang