Joanna menatap penampilannya di depan cermin. Ia tersenyum puas ketika melihat dirinya sudah tampil dengan seanggun ini. Setidaknya kali ini dirinya tidak akan salah kostum karena ia sudah tampak rapi dengan dress pajang berwarna hitam dengan bagian atas yang bermodel kemben.
"Mau kamu ajak sampai mana juga aku enggak akan malu-maluin dunia persilatan, An," ucap Joanna di dalam hati.
Kini Joanna mulai melangkahkan kakinya untuk menuju ke arah tempat di mana dirinya menyimpan beberapa tas miliknya. Ketika sampai sampai di sana, Joanna menyusuri lemari penyimpanan ini dari atas sampai bawah hingga akhirnya ia memilih mengambil sebuah tas tangan kecil berwarna silver.
Setelah puas, ia segera turun ke bawah. Baru juga ia menuruni tangga, tetapi Andi dan Warren sudah menatapnya dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Yang paling parah adalah Andi. Andi sudah menampilkan wajah cengonya.
Melihat Andi yang diam saja, Warren segera berbisik pelan di telinga Andi. Ia harap Joanna juga tidak akan mendengarnya.
"Yang salah kostum siapa sebenarnya?"
Andi menelan salivanya. Pertanyaan Warren ini membuat Andi seakan kembali ke realitas. Padahal ia tidak meminta Joanna untuk berdandan dengan sangat rapi walau mereka akan dinner. Lalu Andi menundukkan kepalanya dan ia tatap penampilannya yang hanya mengenakan sebuah kemeja putih polos panjang yang ia lipat sampai ke siku, lalu celana warna khaki panjang membalut bagian bawah tubuhnya. Sumpah, penampilannya sangat jomplang dengan Joanna.
"Cantik banget, Jo," puji Warren sambil berdiri dari sofa yang ia duduki. Warren lalu berjalan mendekati Joanna.
"Iya, biar enggak malu-maluin kalo digandeng sama Andi."
Alamak....
Bukannya merasa bahagia, yang ada Andi justru merasa tidak enak telah membuat Joanna berekspektasi tinggi."Ayo, An kita berangkat."
Akhirnya Andi berdiri dan segera saja ia menghampiri Joanna. Saat ia sudah sampai di dekat Warren dan Joanna tentu saja Andi langsung pamit kepada Warren.
"Ren, aku ajak Joanna dulu keluar ya?"
"Iya, tapi tolong ingat jalan pulang."
Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Bye-bye."
"Bye-bye."
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Warren Joanna dan Andi segera berjalan keluar. Mereka berjalan berdampingan dengan Joanna yang melingkarkan tangan kanannya pada lengan kiri Andi.
"Kita mau dinner di mana, An?"
"Tempat yang enggak akan ada pengganggu di sana."
"Tempatnya romantis?"
"Hmm.... Tergantung selera, sih masalah romantis atau tidak."
Joanna menganggukkan kepalanya dan kini saat mereka sampai di halaman villa Joanna ternyata sudah ada sebuah mobil sedan hitam yang menjemput mereka berdua lengkap dengan supirnya. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Joanna dan Andi segera masuk ke dalam mobil. Setelah mereka berada di kursi penumpang belakang, supir tersebut mulai melajukan mobilnya.
"Sebenarnya kita mau ke mana?" Tanya Joanna kepada Andi yang membuat Andi tersenyum.
"Nanti juga bakalan tahu. Sekarang mata kamu aku tutup dulu pakai kain, ya?"
Oh no....
Tidak peduli semenarik apa kejutan yang mungkin akan dirinya dapatkan, tetapi Joanna tidak mau matanya harus dalam keadaan di tutup. Itu akan merusak riasan di kedua matanya. Tidak hanya itu saja, ia juga pasti akan panik karenanya karena merasa takut dan was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
Ficción GeneralSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...