Warren terdiam sambil menatap kemacetan Jakarta yang ada di hadapannya. Di sampingnya Fabian sedang memfokuskan perhatiannya pada apa yang ada di depannya. Siapa sangka jika kurang dari setengah jam yang lalu mereka baru saja memaksa Andi untuk segera menikahi Joanna. Luar biasa, Warren tak pernah mengira jika ia akan berperan seperti seorang bapak ketika melindungi anak perempuannya. Ia mendatangi Andi seakan-akan Andi telah menodai anak perempuannya.
"Kenapa senyum-senyum, Om?"
"Enggak, cuma lucu aja gitu. Kita datangi Andi seakan-akan kita ini sedang menuntut pertanggungjawaban dia karena telah menodai Joanna."
Mendengar jawaban Pamannya ini, Fabian hanya bisa menghela napas. Andai saja Warren tahu tentang semua yang terjadi, tentu saja ia tidak akan mengatakan semua hal itu. Jika dikatakan menuntut pertanggungjawaban, Fabian juga merasa ini pemilihan kata yang tepat untuk tindakan yang mereka ambil.
"Kalo kita tidak segera mengambil tindakan yang ada om Andi bisa benar-benar saling menodai satu sama lain dengan Mama."
"Kalo saling itu namanya bukan menodai, tapi menandai. Soalnya Om yakin habis saling menandai nanti kita bisa lihat warna merah di mana-mana."
"Memangnya darah, Om?"
Warren mengerucutkan bibirnya beberapa detik lalu setelah itu ia menjawab pertanyaan Fabian yang terlewat polos untuk bapak yang sudah memiliki tiga buntut.
"Kamu ini sok polos banget, Fabian. Padahal jelas-jelas kamu pro. Jangan tanya maksud om itu apa? Karena Om yakin kamu pasti paham."
"Om Warren itu terlalu blak-blakan. Pantas aja cocok sama Deva tapi ga cocok sama aku."
"Kaya enggak ada yang lebih okay dari Maemunah aja, Bi."
Fabian memilih tidak menanggapi perkataan Om-nya ini. Entahlah apakah ia harus tersinggung dengan ucapan Warren yang selalu memanggil istrinya dengan panggilan Maemunah. Sumpah, sekali dua kali memang menyenangkan, namun jika setiap hari mendengarnya eneg juga.
Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Andi masih duduk di kursi kerjanya sambil memikirkan apa yang belum lama terjadi di ruang kerjanya.
Damn it!
Ia tidak mengira jika dirinya akan mengiyakan begitu saja permintaan Fabian dan Warren tanpa mendiskusikan terlebih dahulu dengan Joanna. Tidak, tidak sekarang. Dirinya tidak bisa mengganggu Joanna yang sedang sibuk bekerja.
Kini saat melihat handphone khusus urusan pribadi miliknya, Andi langsung teringat sesuatu. Sejak semalam dirinya belum memeriksa isi handphone itu. Jangan-jangan Joanna sudah membombardir handphone itu dengan ratusan pesan dan panggilan tak terjawab.
Andi langsung mengambilnya. Saat ia melihat layar handphone itu, matanya langsung membelalak lebar karena dugaannya sangat tepat. Joanna telah mengirimkan cukup banyak pesan di handphone miliknya dan tentunya beberapa panggilan tak terjawab. Kini Andi mulai membuka pesan dari Joanna.
Joanna : An, malam ini Fabian dan Warren menyarankan ke aku untuk menikah dengan kamu secara siri terlebih dahulu sambil mengurus berkas-berkas pernikahan kita. Aku sengaja mengatakan bahwa jawabanku tergantung dengan jawaban kamu.
Joanna : An, kamu belum bangun atau malah sudah di kantor? Aku coba telepon Indira katanya kamu sedang sibuk.
Joanna : mampus, An... Fabian sama Warren sudah on the way ke kantor kamu sekarang.
Joanna : ANDI...?! where are you?
Joanna : Andi, kamu jangan bikin aku panas dingin begini di kantor. Buruan kamu balas pesan aku setelah kamu enggak sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Duda Meet Janda (Tamat)
قصص عامةSpin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah kembali setelah pernikahannya dengan mantan suaminya yang bernama Ferdian Kawindra gagal di ten...