51. Jangan-jangan ada peletnya?

1.4K 163 5
                                    


"Jo, aku pulang dulu, ya?" Pamit Andi ketika Joanna mengantarnya sampai di depan rumah.

"Iya, An. Makasih untuk malam ini."

Joanna tidak tahu apa yang salah dengan kata-katanya, namun ia langsung menatap Andi dengan tatapan penuh pertanyaan. Bagiamana tidak, Andi sudah senyum-senyum tidak jelas di depannya seperti ini.

"Kamu kenapa, An? Kesambet?"

"Enggak, cuma lagi seneng aja. Rasanya kaya orang habis kencan."

Mendengar kata-kata Andi yang sangat absurd ini, Joanna langsung menghela napas panjang.

"Mana ada kencan di meja makan sama di dapur."

"Ya sudah besok kita ganti suasana, kencannya pindah di ranjang."

Plak.....

Tanpa Joanna sadari tangannya sudah berhasil melesat menggampar lengan Andi. Sepertinya Andi memang bukan laki-laki yang bisa diajak untuk menjaga stabilitas suasana di sekitar setiap kali mereka sedang bersama.

"Aduh, Jo gamparan kamu kuat banget," kata Andi sambil mengelus-elus lengannya yang terasa sedikit panas dan pedih. Andi yakin jika ia bisa melihat kulitnya saat ini, pasti kulitnya sudah memerah.

"Biarin, An. Biar kamu tahu kalo kesabaranku ini setipis tisu."

"Hmm...ya sudah, aku pulang dulu. Good night, Jo."

"Good night, An."

Kini Andi segera membuka pintu penumpang belakang mobil Bentley Continental GT miliknya dan masuk ke dalam. Joanna memilih menunggu mobil Andi hingga keluar dari halaman rumahnya. Baru setelah mobil Andi tidak terlihat lagi, Joanna segera masuk ke dalam rumah. Saat ia sudah masuk ke dalam rumah, Joanna justru menuju ke halaman samping rumah dan ia menyambangi kembali pot bunga African violet yang Andi berikan kepadanya. Ia angkat pot bunga itu dan ia bawa masuk ke dalam rumah.

Sambil berjalan memasuki rumah untuk menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua, pikiran Joanna sudah melayang memikirkan tentang sosok Andi yang belakangan ini selalu mengisi hari-harinya.

Andi memperlakukan dirinya dengan cara berbeda. Sangat berbeda dengan kebanyakan laki-laki di luaran sana. Andi memilih memberikan satu pot bunga African violet untuknya daripada sebuket bunga mawar berwarna merah. Andi tidak mengajaknya ke tempat-tempat mahal dan istimewa yang lazim digunakan orang untuk candle light dinner atau sekedar untuk berkencan. Yang ada mereka justru pergi ke dapur dan makan di meja makan bersama. Sangatlah hemat biaya bahkan tidak ada kemewahan yang melatari hubungan mereka sejak awal.

Saat Joanna berada di kamar, ia taruh pot bunga itu di dekat jendela kamarnya. Kini ia duduk di dekat pot bunga itu dan ia tatapan pot bunga itu lekat-lekat. Beberapa saat terdiam, Joanna bisa tersenyum sendiri ketika menyadari jika setidaknya Andi tidak mengatakan jika warna ungu bunga ini adalah warna yang menyiratkan statusnya sebagai janda.

"Ya Tuhan, kenapa malah mikirin si sableng begini sih aku?" oceh Joanna pelan sambil menggelengkan kepalanya.

Tidak mau memikirkan hal yang tidak-tidak, Joanna memilih segera berdiri dari posisi duduknya dan segera masuk ke kamar mandi. Ia harus membersihkan wajahnya kembali, mengganti bajunya dengan setelan tidur dan tidak lupa menggunakan serum anti aging serta cream malam. Karena baginya tua itu pasti, namun menjaganya agar tetap terlihat awet muda juga wajib diupayakan. Minimal inilah self reward untuk dirinya sebagai seorang wanita.

Sejak Ferdian Kawindra mengecewakan dirinya dulu dengan berselingkuh di belakangnya, Joanna memiliki satu prinsip yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya. Ia akan terus bekerja keras serta bekerja cerdas agar dirinya bisa terus menikmati hidup seperti seorang ratu. Ia tidak akan mau menunggu seorang raja yang akan datang di hidupnya hanya untuk mengubahnya menjadi seorang ratu. Karena belum tentu raja yang akan datang itu adalah raja yang baik, bagaimana bila yang datang adalah laki-laki seperti raja Fir'aun? Karena itu perempuan harus bisa mandiri tanpa menggantungkan hidupnya pada orang lain. Itu pulalah yang membuatnya tidak pernah memaksa menantunya untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya tanpa memiliki penghasilan sendiri. Karena tidak ada jaminan jika Fabian akan hidup lebih lama dari Deva. Belum tentu juga Fabian bisa setia hingga akhir hayat pada istrinya meskipun Joanna sudah berusaha mendidik Fabian menjadi sosok laki-laki yang bertanggung jawab dan takut akan Tuhan.

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang