79. Viral tanpa sadar

1K 148 12
                                    

"Dev, Tante Joanna beneran enggak ngebolehin Fabian tahu penyebab orangtuanya cerai?" Tanya Salma yang kini sedang tiduran di gazebo dengan menjadikan paha Nada sebagai bantalnya.

"Gitulah, Sal. Gue aslinya enggak ngerti sama keputusan Mama ini. Menurut gue aneh aja gitu. Secara Fabian 'kan sudah menikah, sudah punya anak 3. Masa dia enggak boleh tahu hanya karena Mama takut dia terluka apalagi trauma? Sulit untuk gue cerna dengan akal logika gue."

"Enggak make sense juga sih di otak gue, Dev," ucap Nada sambil menggelengkan kepalanya.

Robert yang dari tadi lebih banyak diam akhirnya membuka bibirnya untuk mengungkapkan pendapatnya.

"Menurut gue, Tante Joanna cuma enggak mau kalo Fabian yang selama ini menganggap Papanya sebagai sosok Ayah yang baik sampai akhir hayatnya itu tercoreng. Bagaimanapun juga Fabian tahu sekarang atau tidak enggak ada yang berubah. Semua hanya masa lalu, jadi buat apa diungkapkan kalo pada akhirnya hanya membuat orang yang masih hidup terluka."

"Tapi Fabian berhak tahu, Bet. Nih, gue sesakit-sakitnya sama perpisahan orangtua gue dulu, gue tetap tahu alasan yang sebenarnya. Masa sih sekelas Fabian enggak bisa nyari fakta kejadian yang sebenarnya terjadi sama orangtuanya?" Ejek Salma sambil mulai bangun dari posisi tidurnya.

Deva memutar kedua bola matanya dengan malas. Apa Salma kira ia tidak pernah mengatakan hal itu kepada Joanna?

"Mama lebih gercep gerak, Sal. Mama sudah menutup akses Fabian untuk mengetahui semuanya. Bahkan sejak Fabian masih kecil."

"Ya sudah kalo gitu. Sekarang tinggal mulut sampah lo aja yang cepu ke Fabian. Selesai perkara."

Deva menggeram dan kini ia melemparkan potongan buah pepaya setengah matang ke arah Salma.

Ngguinnggg.....

Buuugg.....

Buah yang dilempar Deva itu jatuh di atas paha Salma. Bukannya membuangnya, Salma justru memungutnya sambil mengatakan, "belum lima menit."

Sontak hal itu membuat Deva dan Robert mengumpat dengan mengeluarkan semua nama hewan di kebun binatang. Apalagi saat Salma langsung memakannya.

"Anjing emang si Juminten. Orang kaya sejak masih embrio tapi kenal belum lima menit segala," ucap Robert yang langsung mendapatkan sahutan dari Deva.

"Udah ngomongnya tanpa merasa dosa. Eh, langsung dimakan pula, Bet."

Nada berusaha menahan rasa ingin tertawanya. Mungkin temannya ini adalah salah satu sosok orang kaya yang anti mainstream. Sudah menjadi old money sejak nenek kakek buyutnya yang datang dari negri tirai bambu. Eh, ternyata kelakuannya sudah mirip orang biasa. Salma benar-benar tidak menyiratkan jika ia lahir dari sendok emas. Untung saja dia juga menikah dengan laki-laki yang selevel dengannya. Bukan laki-laki yang mencintai uangnya apalagi harta keluarganya.

"Biarin, yang penting kagak ada anak gue apalagi laki gue di sini."

"Kalo Om Tom tahu, bisa-bisa dia cari bini baru."

"Enggak pa-pa, asal siap gue balas aja."

"Kaya ada yang mau aja sama lo, Sal," ucap Robert dengan nada suara pasrahnya.

"Bener, Bet. Enggak sadar si Salma kalo bentuknya udah mirip sama ikan teri. Bemper depan belakang juga datar-datar aja kalo enggak disumpelin."

Di tengah obrolan-obrolan mereka yang sudah lupa waktu dan tempat ini, istri Robert datang menghampiri gazebo.

"Etadah, neng Senja sudah datang. Berarti sudah sore ini," kata Salma sambil mulai menarik tasnya. Kini ia melihat jam di handphonenya yang benar-benar telah menunjukkan pukul 15.00 WIB. "Waduh, gue mesti jemput Alano. Sudah mau pulang full day school-nya."

When Duda Meet Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang