"Michael, ada apa ini?" Henrietta berlari keluar tenda, menghampiri Michael yang tengah bersama dengan anak-anak penerima berkah lainnya. Sabana dekat penyegelan telah mendirikan banyak tenda-tenda besar sehingga hewan-hewan tak berani mendekat. Henrietta merasa bersalah pada mereka, karena mereka telah kehilangan tempat tinggal. Terpaksa pergi ke hutan seberang, atau ke manapun tempat air dan makanan tersedia. Namun, permasalahan monster berkali-kali lebih genting ketimbang tersingkirnya para hewan.
Para penerima berkah memandang ke bawah, di mana pilar-pilar bersegel yang dikelilingi tanaman paling beracun berada. Para penyihir berdiri di antara mereka, tak ada yang turun ke bawah. Semuanya memandang dengan wajah terlipat, tergambar ekspresi ketakutan dan kebingungan.
Kekuatan suci mengambang di udara, membuat cahaya berselang-seling dan berkerlipan seperti bintang. Lantas melewati lingkaran-lingkaran sihir yang berwarna kehijauan secara serentak. Pada tiap lingkarannya, tergambar rune-rune rumit yang bersinar lebih terang daripada lingkarannya sendiri.
Tempat itu bertabur cahaya dari kekuatan tiap orang, mengalahkan cahaya mentari yang bersinar redup di atas sana. Awan-awan kelabu menggantung dengan muram, mengandung berton-ton air. Henrietta tak suka hujan, itu mengirim perasaan buruk padanya.
"Dobrakan dari dalam semakin menguat. Penguasa monster itu pasti menyerap seluruh kekuatan alam, sehingga kekuatannya menggoyahkan kekuatan suci. Lihat itu. Satu rantai terputus." Michael melambai tak jelas, cahaya debu merah terang menyelimuti tubuhnya dengan hangat.
Sejak awal Henrietta juga melihatnya. Seharusnya ada lima rantai di sana, tapi kini hanya empat. Satu rantai yang baru terlepas teronggok membisu di tanah, diliputi aura hitam keunguan yang terkesan akan memakannya sampai habis. Napasnya langsung tersendat, ulu hatinya seperti dihantam tinju sumo, peluh sebesar biji jagung membasahi leher dan bahu jenjangnya, dan mulutnya berdarah karena tergigit gigi sendiri. Henrietta mengecap rasa besi berkarat, tapi sama sekali tak memedulikannya.
Lynette, putri Ares yang sejak tadi bersamanya, menyuarakan rentetan umpatan. Tak pantas bagi Lady, tapi Lynette menegaskan dirinya bukanlah Lady. Dia adalah pejuang.
Putri Dewa Perang itu memanggil debu sucinya, partikel-partikel merah gelap muncul di udara. Matanya menangkap Henrietta, tapi tak mengatakan apa-apa. "Bagaimana bisa? Kita sudah menahannya selama ini! Kita memberikan kekuatan kita setiap enam jam sekali. Kita melakukan apapun untuk menghentikannya!" Gadis Derwyn itu dilanda amarah, nada bicaranya naik satu oktaf. Henrietta merasa baikan belakangan ini karena memiliki anak-anak penerima berkah lainnya, tapi kini dia benar-benar marah. Rasanya seperti dilempar ke masa saat Max mengancamnya.
"Kekuatan dari dalam tampaknya lebih besar ketimbang yang kita perkirakan. Jika saja ... kita memiliki catatan atau informasi apapun tentang para monster, mungkin kita bisa menekannya lebih baik." Michael berdecak, dia sama marahnya dengan Henrietta. Mereka bekerja dikejar waktu, mati-matian menahan aura monster, tapi malah menemukan satu rantai terputus oleh alasan yang tak dapat dimengerti. Mereka dilanda kelelahan karena mengerahkan kekuatan suci terlalu banyak.
Lynette menimpal, "Catatan monster lenyap entah ke mana, buku-buku itu sudah terlalu tua. Kalaupun ada sekarang, sangat sulit mencarinya. Asumsi kita saat ini raja monster adalah Pengubah, tapi kita tak tahu benar Pengubah itu seperti apa dan bagaimana mencegahnya mengubah kekuatan lebih banyak."
Para penyihir dan penerima berkah memiliki wajah pucat yang sangat kentara. Beberapa tulang rusuk mereka bahkan bisa dilihat. Akibat tak menjaga pola makan dan minum tidur. Orang-orang di luar sana senang karena menurunnya bencana, itu semua berkat kerja keras mereka selama tiga mingguan ini. Mereka dilanda kelelahan mental dan fisik, tapi tak berhenti menyalurkan kekuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who the Real Villain? [2]
Fantasy-Sang Penyihir atau sang Putra Mahkota- Kethra telah mengumpulkan sekutu yang cukup untuk masa depannya yang tenang saat monster menghancurkan Kekaisaran. Dia berniat jauh-jauh dari kekacauan, tidak mencemplungkan diri dalam bahaya. Namun, tampaknya...