Pada akhirnya, si raksasa berhasil dihancurkan oleh Chimera. Esnya meleleh dan membuatnya makin tipis, alhasil Chimera dengan mudah menghancurkannya. Saat itu juga makhluk es lain sudah dikalahkan oleh Lorrin, Edyth, dan Enerdhil. Lorrin tentu yang paling banyak berperan. Sihirnya yang sangat kuat mampu menembus es hewan-hewan itu dan merusaknya dari dalam.
Josefin pergi dengan rasa malu yang menumpuk. Ia kalah telak dengan muridnya. Ia tak punya muka lagi melawan Lorrin, si Penyihir Genius yang mematahkan peraturan-peraturan sihir.
Lorrin sangat puas, tapi tak bertahan lama. Dia muntah darah sampai pingsan. Kepalanya sangat berat, sihirnya berputar-putar kacau, dan badannya terlalu lemas. Dia tahu ini adalah konsekuensi dari memasukkan sihir ke makhluk ciptaan. Dia pun belum terbiasa, meski sudah berkali-kali mengalaminya.
Pertempuran yang sangat chaos hari itu membuat Evaine terluka sangat parah, dan dua muridnya meninggal. Mereka bertahan mati-matian, tapi gagal telak. Makin banyak yang meninggal hari itu, tapi tak sebanyak yang terluka. Para dokter dan ahli sihir penyembuhan bolak-balik ke tenda-tenda. Peluh menguncur di dahi mereka, sementara baju mereka terkena darah.
"Aku baik-baik saja." Itulah yang dikatakan Evaine setelah disembuhkan. Tidak ada jejak darah karena sudah dibersihkan asisten dokter. Edyth memukul kepalanya, membuatnya meringis kesakitan.
"Setelah terluka separah itu, kau berkata baik-baik saja? Di mana akal sehatmu? Sejak dulu kau memang bodoh!" pekik si wanita.
"Aku memang tak berekspetasi banyak melawan mereka, terutama karena adanya Varl. Dia adalah penyembuh terhebat, tiap kali ada yang terluka, tinggal dia sembuhkan. Dia adalah tokoh pembantu yang sangat menyusahkan," geram Evaine. Varl adalah kunci kemenangan. Kekuatan penyembuhannya sangat tinggi. Penyakit yang tak sembuh selama bertahun-tahun pun dapat sembuh dalam sekejap mata olehnya.
Banyak yang menyebutnya penjelmaan Apollo, sang Dewa Penyembuhan. Kekuatan suci Henrietta pun diragukan dapat menang darinya. Namun, kekuatan itu tak didapat dari berkat dewa. Banyak yang menyebut itu faktor keturunan. Varl sendiri tak mau mengungkapkan alasan kekuatannya sebesar itu.
"Iya, kita harus menyingkirkannya terlebih dahulu. Percuma bertarung, tapi dia dibiarkan segar bugar di belakang. Besok kita incar dia. Aku akan membantumu." Senyuman lebar terpatri di bibir Edyth. Evaine memalingkan muka.
Lorrin yang menyaksikan mereka akhirnya memilih undur diri.
Dia keluar dan mendapati rekan-rekannya berkumpul di tenda utama. Tak hanya mereka, ada orang-orang penting lain. Lorrin tak mengenal mereka, dan tak berminat berkenalan juga.
Mereka mengerubungi seseorang, yang duduk bersandar di kursi. Tampak lemas, lengannya tergontai di samping badan, matanya berkeliaran ke sepenjuru ruangan, dan menggumankan kata-kata tak jelas. Lorrin mengenalnya. Itu adalah Panglima Xander.
Dia bergegas mendekat, menyaksikan raut wajah khawatir dari mereka saat mendengar cerita Xander yang terkadang berguman seperti orang berhalusinasi.
"Jadi, ada Bayangan yang menculik Anda di tenda ini?" tanya Weiss. Xander mengangguk. "Bayangan itu membawaku ke sebuah tempat, mengurungku di sana. Aku tak tahu tempat apa itu, sama sekali tak ada jendela. Atapnya pun terlalu tinggi. Yang jelas, itu bukan bawah tanah karena aku melihat cahaya matahari."
"Apakah perkataannya bisa dipercaya?" bisik Lorrin pada Kethra. Si gadis mengangguk. "Panglima tahu apa yang perlu dia jelaskan, jangan khawatir. Dia mengalami kejadian mengerikan, makanya melantur begini. Jika lanturannya memarah, kita akan menyuruhnya berhenti," jelas Kethra.
Xander terus menjelaskan, kini memusatkan pandangannya pada satu titik. Seperti berusaha mengingat-ingat sesuatu. "Aku pikir itu sebuah gudang, entahlah. Lalu seorang wanita datang, dia menggodaku. Aku tahu dia bukan manusia, tapi benar-benar tak tahu menyebutnya makhluk apa. Mendadak dia memasuki pikiranku dan mulai mengacaukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who the Real Villain? [2]
Fantasi-Sang Penyihir atau sang Putra Mahkota- Kethra telah mengumpulkan sekutu yang cukup untuk masa depannya yang tenang saat monster menghancurkan Kekaisaran. Dia berniat jauh-jauh dari kekacauan, tidak mencemplungkan diri dalam bahaya. Namun, tampaknya...