Bab 44

88 18 2
                                    

Kethra mati-matian menghindar, tapi puluhan tombak mengenai dirinya. Meski hanya berupa goresan, tapi itu tetap menyakitkan. Itu mengandung sihir hitam. Tiap tetes esensi sihir itu dalam serangan James menimbulkan kerusakan pada sihirnya.

"Bajingan!"

Dia membuat tameng transparan berbentuk bundar, fokus untuk bertahan di tengah serangan beruntun ini. Ini bahkan terkesan tak masuk akal.

Dimensi ini adalah buatan James, sehingga James dapat mengendalikannya seenaknya. Ini adalah wilayah teritori yang sama sekali terkesan mustahil ditaklukkan oleh Kethra. Entah apapun yang dilakukan gadis itu, James akan menangkisnya.

Dia harus keluar, tapi bagaimana?

BAGAIMANA?

SIHIR MACAM APA INI?!

Seolah dapat membaca pikiran Kethra, James menjawab. Dia berdiri di atas tangga yang diciptakan seperkian detik setelah dimensi. "Sihir hitam terkuno yang pernah ada. Sihir Pembuat Dimensi. Anda telah masuk ke dalam perangkap saya."

"Perangkap?" Kethra menggertakkan gigi, dia kehabisan akal. Tameng ini takkan bertahan lebih lama.

"Saat Anda mau menusuk saya, semili detik saya mengambil rambut Anda. Anda sama sekali tak sadar. Anda melihat saya menghilang begitu Anda muncul, tapi sejujurnya tidak demikian. Itu hanya hitungan mili detik, tapi sangat berguna. Yang terpenting ketika menggunakan sihir ini adalah ketiksadaran lawan ketika DNA mereka diambil. DNA tak hanya ada di darah, tapi juga rambut."

James mengusap rambut, melepas jubah sehingga badannya tampak jelas. Ia tak kekar atau kurus. Mirip seperti Kyllian.

Kethra melihat mata bercahayanya bahkan di jarak sejauh ini, di antara hujan tombak. Mata itu meringkuk, bibirnya membentuk sabit. James jelas tampan sewaktu muda dulu dengan bentuk mata dan bibir itu. Sebelum luka mengerikan mengambil alih wajahnya.

"Saya membutuhkan DNA untuk membawa orang lain ke sini. Oleh karena itu, saya mempelajari seni bergerak secepat mili detik. Lawan takkan menyadari, pandangan mereka akan luput karena kecepatan gerakan itu. Jadi sekarang, ada pertanyaan lagi, Nona?"

Kethra seperti menelan mentah-mentah pelajaran sains. Penjelasan DNA sebagai syarat dan seni sesulit itu terkesan seperti film ilmiah.

"Jika aku menyerangmu sekarang, apakah seranganku akan kena?"

"Coba saja."

Hujan tombak langsung berhenti. Kethra melesat, melepas setengah lusin panah sihir, tapi serangannya ditepis oleh angin yang muncul entah darimana. Jadi, benar-benar tak ada kesempatan.

Dia berpikir cepat, memilah berbagai sihir yang dia kuasai. Dimensi ini adalah teritori James, tapi dia harus mencari cara untuk mengelabuhi pria itu.

"Saya melihat uap dari kepala Anda. Jangan berpikir terlalu keras." James tertawa.

Kethra menggeram, langsung terbang memutari James. Dia memaksa artefak bekerja ekstra. Si Necromencer mendengus, mengeluarkan cakar-cakar lagi. Sementara Kethra terus menambah kecepatannya, sampai cakar-cakar kebingungan mengejar. Berputar-putar begini memang memusingkan, tapi dia harus mengetes cara ini.

Kecepatannya bertambah tiap menit. James tampak bosan, tapi lama-kelamaan tertarik. Sekarang kecepatan Kethra begitu tinggi, sampai tak ada cakar yang bisa menjangkaunya. Saking tinggi kecepatan itu, sampai tampak seperti teleportasi.

Kethra membidik sambil menambah kecepatan, tak memedulikan kepalanya pening dan perutnya mual.

James menghilangkan tangga, kini ia melayang. Menatap lurus ke depan, mendeteksi tiap pergerakan Kethra di sekitarnya. Cakar-cakar menghilang, kini hanya suara laju kecepatan Kethra yang terdengar.

Who the Real Villain? [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang