"Nona, berhenti! Ini terlalu gegabah!" Rae mencengkeram lengan Kethra dan menyeretnya keluar dari kereta kuda. Dia tahu ini melanggar tata krama bangsawan, dan jika ada orang yang melihat, maka dia akan dijatuhi hukuman berat. Namun, dia tak peduli.
Nonanya sedang kacau sehingga pikirannya tak jernih. Kekacauan itu melanda Kethra dan menjadikannya begitu linglung dan pucat. Mata Kethra yang biasa dingin, acuh tak acuh, dan terkesan sangat jauh, kini bergetar kebingungan dan seperti tak memperhatikan apapun.
Ini kali pertama Rae melihat Nonanya seperti itu.
"A-apa?" Suara Nonanya bergetar dan liar. Cengkeraman Rae yang erat tidak terasa apa-apa, padahal lengannya terekspos dan kuku Rae tertancap. Beruntung di sini hanya ada Luther, sehingga Rae tak perlu takut bakal tertangkap basah berperilaku kasar.
Rae bernapas seperti banteng. Dirinya sangat terkejut mendapat kabar dari Luther, tapi pikirannya lebih jernih daripada sang kakak. Luther tak berguna saat ini, dia sama linglungnya.
"Jika Anda datang sekarang, itu hanya menimbulkan kecurigaan. Anda datang tepat setelah Nona Henrietta menguping pembicaraan Putra Mahkota, dan bahkan tanpa surat. Saya mengerti Anda mengkhawatirkan Nona Henrietta, Anda berjanji akan melindunginya dari segala macam bahaya. Namun saat ini, jika Anda pergi, Putra Mahkota akan curiga. Bukankah Anda tak pernah pergi ke istana tanpa surat?"
Rae, yang meskipun memiliki kepintaran rata-rata dan takkan membuat siapapun terkesan, mengetahui berbagai macam etiket bangsawan dan apa konsekuensinya. Seperti dalam sebuah jamuan minum teh, pembicaraan takkan dilontarkan dengan sebuah kesan di mana itu diambil asal-asalan, melainkan sudah direncanakan.
Pergi ke tempat tinggal bangsawan lain tanpa surat resmi maupun surat tak resmi adalah hal yang aneh. Orang-orang akan menilainya sebagai ketidaksopanan tinggi. Hanya ada beberapa keluarga yang apabila melakukannya takkan dianggap serius.
Salah satunya adalah Leveque dan Chandier. Namun, Chandier sendiri tak pernah pergi tanpa pemberitahuan. Mereka adalah keluarga yang ketat terhadap etiket. Apalagi, Kethra yang digambarkan sebagai nona bangsawan sempurna, takkan sudi melakukan itu.
Rae menghela napas, melepas cengkaramannya saat Kethra mulai tenang. Mata merah itu mulai meraih kesan-kesan yang selalu ada di dalamnya. Dia menatap bersalah pada bekas kuku di lengan Kethra, dan menjilat bibir dengan gusar. Namun, dia tetap melanjutkan ucapannya. "Itu dapat dilakukan jika kondisi benar-benar terdesak. Putra Mahkota sangat mengenal Anda, dan saat beliau melontarkan pertanyaan itu, apa yang akan Anda jawab?"
Kethra meraup udara dengan rakus seperti ikan yang terdampar di pantai. Dia menyadari betapa bodoh pemikirannya dan tak bisa melakukan apa-apa selain malu. Ketenangannya tak pernah terusik sebesar ini, sampai melupakan fakta jika Max sangat licik dan sangat mengenal dirinya.
Dia takkan berkutik jika Max bertanya demikian.
Luther, yang memerah malu karena menyadari betapa bodoh pemikirannya, menundukkan kepala.
"Kau benar." Kethra mengusap wajah, baru menyadari alisnya bertaut sejak tadi dan membuat keningnya pegal. Tangannya menggigil dan berkeringat dingin. Ketenangannya terkumpul dengan cepat, tersusun seperti menara.
Jika aku menyerang istana, wajahku pasti terlihat panik. Emosiku bocor. Max akan menanyakannya, batin Kethra dengan penyesalan. "Rencana kita akan ketahuan jika aku bertindak seperti itu. Terima kasih, Rae. Untung saja kau mengingatkanku."
Kethra melihat muka Luther, menyeringai kecil karena ekspresi pria itu. Kethra menepuk lengannya, berkata ini bukan kesalahannya. Luther tersenyum sebisa mungkin. Rae menghela napas lega, prospek menyerbu istana hanya akan menjadikan rencana mereka kacau balau. Dia mengirim senyum pada Luther, kakaknya, dan Luther tak menjawab apa-apa.
![](https://img.wattpad.com/cover/329875587-288-k130398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who the Real Villain? [2]
Fantastik-Sang Penyihir atau sang Putra Mahkota- Kethra telah mengumpulkan sekutu yang cukup untuk masa depannya yang tenang saat monster menghancurkan Kekaisaran. Dia berniat jauh-jauh dari kekacauan, tidak mencemplungkan diri dalam bahaya. Namun, tampaknya...