Kethra mengernyit, orang-orang di sekitarnya melirik dengan berbagai ekspresi padanya. Mereka berbisik-bisik, terlalu pelan untuk dia dengar jelas. Namun gadis itu menangkap sesuatu tentang 'anak haram'. Batinnya berteriak, apa-apaan semua ini? Kalian menganggapku anak haram?
Dia menggeleng pelan, mengabaikan mereka dan menegakkan badannya.
Sang pemilik pesta debutante, menghampirinya dan membungkuk. Gadis manis itu tak terusik dengan bisikan-bisikan orang di sekitarnya, dia memiliki wajah lembut seperti kelinci memiliki pipi tembam yang memerah secara alami. Rambut ikal jatuh di kedua bahunya, semakin menambah kesan keimutan karena rambut itu demikian mengembang sampai membutuhkan beberapa penjepit untuk mengendalikannya. Matanya yang berwarna hazel menatap Kethra dengan kekaguman, bersamaan dengan kedua tangannya yang tertangkup ke depan seperti seorang utusan dewa bertemu dengan dewa.
Kethra menggigit mulutnya. Gadis ini terlalu manis sampai nyaris mustahil dia sudah mencapai usia dewasa.
"Senang bertemu denganmu, Nona Camille. Selamat atas debutante Anda." Kethra membungkuk seadanya. Mau bagaimanapun, keluarga Camille lebih rendah dibanding keluarganya. Itu adalah Viscount, bangsawan tingkat rendah yang merupakan relasi Chandier.
"Tentu, Nona Kethra. Terima kasih karena sudah datang."
"Saya membawakan hadiah untuk Anda." Kethra menjentikkan jari, Luther maju untuk menyerahkan kotak kecil merah dan emas, warna kesukaan Camille. Sang nona berbinar-binar, rambutnya terkesan semakin mengembang, dan pipinya semakin merona.
"Seharusnya Anda tak repot-repot, ini bukan ulang tahun saya. Ini hanya debutante." Meskipun kotak hadiah di tangannya kecil, tapi itu pasti sangat mahal dan mewah. Membelinya bakal membutuhkan jatah uang jajan berbulan-bulan.
"Anda sudah mencapai usia dewasa, bagaimana saya tidak memberikan hadiah?" Kethra tersenyum tipis, mengangkat kipas ungunya sembari terus memperhatikan sekitar. Bisik-bisik itu semakin merendah saat dia menatap mereka dan mereka langsung membuang muka. Berpura-pura membahas hal lain, membuat gerak-gerik tak nyaman di bawah intimidasi Kethra.
Gadis itu melesat pergi begitu selesai bercakap-cakap dengan Camille, menghampiri teman-temannya yang berdiri di salah satu pilar, memelototi siapapun yang mencuri pandang pada Kethra. Mereka menyuarakan sumpah serapah diam-diam, menyembunyikan ekspresi di bawah kipas masing-masing.
"Nona." Agnes, putri Count Vsevolod, menyapa Kethra pertama kali. Empat nona yang lain membungkuk. Kethra mengangguk, menyuruh Luther untuk mengambilkan minuman dan kue untuknya.
"Bisakah kita pergi ke ruang istirahat?" Kethra langsung berterus terang, dia tak mau membuang-buang waktu. Mereka memahami intruksinya, kemudian berjalan menjauh dari aula pesta. Meninggalkan hiruk-pikuk di belakang. Kethra merasakan punggungnya menggigil karena tatapan orang-orang, tapi wajah dinginnya menutupi itu. Dia memimpin kelompok menuju ruang istirahat paling pojok, tak berbicara apapun selama perjalanannya. Dia melihat Minerva tak sabaran, tapi Agnes menyenggol lengannya supaya diam.
Kethra memasuki ruangan paling pojok, membiarkan semuanya masuk terlebih dahulu. Dia melambaikan tangan secara acuh tak acuh, membuat pintu menjeblak tertutup. Dia juga menaruh sihir kedap suara di dinding-dinding, duduk di kepala sofa dan menghela napas panjang.
Semoga Bayangan tak memataiku, batinnya. Lorrin, yang sangat marah malam itu, mengungkapkan segala-galanya dengan napas terengah-engah. Salah satunya adalah Bayangan, mata-mata Maxime. Dan karena Lorrin yang sangat emosional, Kethra menyuruhnya menginap di kamar tamu. Bakal repot jika dia berkeliaran di kota, dia bakal membuat masalah.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka bergosip tentang aku?"
Florentine menghembuskan napas panjang. Kipasnya terbuka, mengipasi wajah yang gerah karena orang-orang. Kethra menilai gadis itu adalah yang paling tenang dan tak terbaca di antara yang lainnya, tapi sekarang dia tampak begitu risau dan terganggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who the Real Villain? [2]
Fantastik-Sang Penyihir atau sang Putra Mahkota- Kethra telah mengumpulkan sekutu yang cukup untuk masa depannya yang tenang saat monster menghancurkan Kekaisaran. Dia berniat jauh-jauh dari kekacauan, tidak mencemplungkan diri dalam bahaya. Namun, tampaknya...