"Salah satu wilayah kekuasaan Chandier mengalami tsunami dua hari lalu. Tsunami itu melenyapkan hampir keseluruhan Duchy, sementara semua warga sudah dibawa ke pengungsian yang jauh dari bencana –– itu adalah wilayah Marquess Achard. Aku ingin kau pergi ke sana untuk melakukan peninjauan. Aku harus pergi ke Kerajaan Malgrave sebagai perwakilan Kekaisaran."
"Kenapa Ayah yang dipilih ke sana?" Kethra memilin gaunnya. Risau karena Vaeril akan meninggalkan Kekaisaran. Itu biasanya menghabiskan waktu sampai berminggu-minggu.
Vaeril tersenyum, menatap putri yang duduk di hadapannya tanpa menatapnya. Vaeril mengerti kerisauan itu. Dalam kondisi saat ini, memang lebih baik dia tetap berada di Duchy. Berada di kerajaan lain yang dihajar bencana alam terdengar sama buruknya dengan berada di Kekaisaran. Nyatanya, Kekaisaran dan Malgrave memiliki kehancuran yang sama buruknya.
Satu benua berada di ambang kepunahan. Maka dari itu, Kekaisaran dan sederet kerajaan-kerajaan lain bekerja sama demi menanggulangi hal ini. Mereka juga menghubungi benua lain, meminta bantuan. Tak menutup kemungkinan para pengungsi akan dibawa ke benua lain. Dua benua itu aman total dari bencana.
Alternatif diungsikan ke benua lain masih menjadi wacana, mengingat bukan hal mudah membawa puluhan sampai ratusan warga melintasi benua dengan portal sihir.
"Jika Ayah pergi ke Malgrave, bagaimana kalau ada sesuatu yang terjadi? Dan bagaimana kalau Ayah tak bisa mengirim kabar? Saya khawatir, Ayah." Kethra mengungkapnya terang-terangan. Tak ada alasan baginya untuk bersembunyi. Dia mencoba untuk membuka diri.
Vaeril mengulurkan tangan. Kethra mengerti gerakan itu, kemudian mengulurkan tangannya juga. Jemari Vaeril yang lembut mengusap jemari Kethra yang dingin. Gadis itu merasakan bekas goresan pedang dan kapalan yang masih jelas. Serta garis-garis keriput yang menunjukkan usia Vaeril. Mata pria itu masih tajam, tapi ada bayangan kebiruan di bagian bawahnya.
"Aku akan baik-baik saja. Aku akan kembali ke sini, pasti. Apa kau lupa kalau aku adalah ahli pedang? Apa kau lupa aku memiliki rekan penyihir menara? Dia akan melindungiku saat aku tidak berdaya," jelas Vaeril dengan lembut.
"Tapi Ayah, tidak ada yang tahu kapan bencana yang akan datang," kata Kethra. Ayahnya hanya tersenyum, membuat batin gadis itu makin tak berdaya. Ada keteguhan dalam mata sang Ayah, dan dia tahu apa yang akan terjadi berikutnya.
"Apa kau percaya pada Ayah, Kethra?"
Kethra mengangguk. Sebagian dirinya berkata jika lebih baik mempercayai Vaeril ketimbang meragukannya. Vaeril selalu pulang dengan keadaan selamat saat pergi ke luar Kekaisaran. Dia bahkan seringkali membawakan oleh-oleh, yang oleh Kethra asli disimpan secara khusus di lemari. Kethra –– Iseul –– mendengar jika ada yang berani menyentuh barang-barang itu tanpa seizinnya, maka akan mendapat hukuman.
Kethra yang asli adalah sosok yang sangat menghargai pemberian orang lain, dan akan menjaganya dengan sepenuh hati.
"Percayalah bahwa Ayah akan kembali. Mau bagaimanapun, ini adalah rumah Ayah. Serta ada kau dan Warren yang selalu menunggu Ayah."
Baiklah, Kethra menyerah. Dia mengangguk semakin pasrah, melepas Vaeril meski dengan setengah hati. "Sambut Ayah saat pulang nanti, ya?" Vaeril melepas pegangan dan tertawa sumringah.
Putrinya mendengus lembut. "Saya selalu melakukannya. Ayah jangan khawatir, akan saya urus peninjauan dan dokumen-dokumen lain. Saya dan Warren akan mengurus Duchy dengan baik selama Ayah pergi. Jika ada hal mendesak, saya akan menghubungi Ayah."
Mata Vaeril sejenak mendung, Kethra tahu apa yang dipikirkannya. Dia membuang muka, menatap lukisan leluhur yang terpasang apik di samping jam tua. Vaeril memanggilnya, tapi dia tak menoleh. Pandangannya tertuju pada langit pagi gelap di luar sana, mengirim angin dingin ke ibukota dan membisikkan ancaman-ancaman. Semakin sedikit warga yang berkeliaran di luar rumah atas himbauan istana. Dia juga melihat beberapa orang merenovasi mansion yang hampir roboh karena gempa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who the Real Villain? [2]
Fantasi-Sang Penyihir atau sang Putra Mahkota- Kethra telah mengumpulkan sekutu yang cukup untuk masa depannya yang tenang saat monster menghancurkan Kekaisaran. Dia berniat jauh-jauh dari kekacauan, tidak mencemplungkan diri dalam bahaya. Namun, tampaknya...